Liturgical Calendar

PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 12 Desember 2013 : HENINGLAH, MAKA KITA DAPAT MENDENGAR KELEMBUTAN ALLAH


Bacaan Ekaristi : Yes 41:13-20; Mat 11:11-15

Mempersiapkan Natal, kita akan melakukannya dengan baik dengan mengambil sebuah saat keheningan bagi Allah yang berbicara kepada kita dengan kelembutan seorang ayah dan seorang ibu. Itulah pesan dari Paus Fransiskus pada Misa Kamis pagi 12 Desember 2013 di Casa Santa Marta.

Diawali dengan bacaan dari Nabi Yesaya (41:13-20), Paus menekankan tidak hanya "apa kata Tuhan" tetapi "bagaimana Ia mengatakannya". Allah berbicara sebagai seorang ayah atau seorang ibu yang berbicara kepada anak-anak mereka :

"Ketika anak mengalami sebuah mimpi buruk, ia terbangun, menangis ... ayah datang dan berkata, Jangan takut, jangan takut, aku di sini’. Itulah bagaimana Tuhan berbicara kepada kita. ‘Janganlah takut, hai si cacing Yakub, hai si ulat Israel!’ (Yes 41:14). Tuhan memiliki cara berbicara ini kepada kita : Ia dekat ... Ketika kita mengamati seorang ayah atau seorang ibu yang berbicara kepada anak kecil mereka, kita melihat bahwa mereka menjadi kecil dan berbicara dengan suara seorang anak dan dengan sopan santun anak-anak. Seseorang mampir dari luar berpikir, 'Ini menggelikan!’. Mereka menjadi lebih kecil, di sana, bukan? Karena kasih seorang ayah dan seorang ibu butuh menjadi dekat. Saya mengatakan kata ini : merendahkan diri mereka ke dunia anak .... Jika ayah dan ibu berbicara kepada mereka secara normal, anak masih akan mengerti; tetapi mereka ingin mengambil cara berbicara anak. Mereka mendekat, mereka menjadi anak-anak. Demikian juga dengan Tuhan."

Para teolog Yunani, Paus Fransiskus mengingatkan, menjelaskan sikap Allah ini dengan sebuah kata yang agak sulit : synkatábasi” atau “sifat [condiscendenza] rendah hati dan menampung  dari Allah yang merendahkan diri-Nya untuk menjadi salah sorang dari kita".

"Dan oleh karena itu, ayah dan ibu juga mengatakan hal-hal menggelikan kepada anak : 'Ah, cintaku, mainanku...' dan semua hal ini. Dan Tuhan berkata ini juga, 'kamu cacing Yakub', 'kamu seperti cacing bagi-Ku, sebuah hal sangat kecil, tetapi Aku sangat mengasihimu'. Inilah bahasa Tuhan, bahasa kasih seorang ayah, bahasa kasih seorang ibu. Sabda Tuhan? Ya, kita mengerti apa yang Ia katakan kepada kita. Tetapi kita juga melihat bagaimana Ia mengatakannya. Dan kita harus melakukan apa yang Tuhan lakukan, melakukan apa yang Ia katakan dan melakukannya sebagaimana Ia mengatakannya : dengan kasih, dengan kelembutan, dengan sikap melindungi terhadap saudara-saudara tersebut".

Paus Fransiskus mengacu kepada perjumpaan Elia dengan Allah, ketika Tuhan datang kepadanya sebagai "angin sepoi-sepoi basa" (bdk. 1 Raj 19:11+), atau, seperti yang dikatakan dalam teks aslinya, "sebuah suara keheningan". Itulah bagaimana Tuhan semakin dekat, dengan ikut bergetarnya suara keheningan yang layak dikasihi itu. Tanpa menjadikan sebuah tontonan". Dan "Ia menjadi kecil untuk menjadikan saya kuat; Ia pergi menuju kematian, dengan sikap melindungi itu, sehingga saya bisa hidup":

"Ini adalah musik bahasa Tuhan, dan kita, dalam persiapan Natal, harus mendengarkannya : akan mengerjakan pada kita begitu banyak kebaikan. Biasanya, Natal tampaknya menjadi sebuah liburan yang sangat bising : akan mengerjakan pada kita kebaikan untuk memiliki sedikit keheningan dan mendengarkan kata-kata kasih ini, kata-kata kedekatan demikian ini, kata-kata kelembutan ini... Kamu adalah seekor cacing, tetapi aku sangat mengasihimu’. [Mari kita berdoa] untuk ini, dan diamlah saat ini yang di dalamnya, seperti yang dikatakan dalam kata pengantar, kita waspada dalam menanti."

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.