Bacaan Ekaristi : Yes 48:17-19; Mat 11:16-19
Paus Fransiskus merayakan Misa Jumat pagi 13
Desember 2013 di kapel kediaman Domus
Sanctae Marthae,
Vatikan, dengan memusatkan homilinya pada
sikap beberapa orang Kristiani yang tampaknya
"alergi" terhadap para pewarta dan terlalu kritis terhadap mereka yang memberitakan Injil, menunjukkan bahwa mereka sering takut membiarkan Roh
Kudus ke dalam kehidupan mereka dan
karenanya rentan terhadap kesedihan
yang mendalam.
Dalam homilinya kepada
umat beriman setelah bacaan-bacaan hari itu, Paus Fransiskus memusatkan pada
Injil hari itu (Mat 11:16-19). Di sana, Yesus membandingkan angkatan
zaman-Nya dengan anak-anak yang
selalu tidak bahagia, menjelaskan bahwa
mereka, "tidak terbuka pada Sabda Allah". Penolakan
mereka, beliau menjelaskan, bukan tentang pesan, tetapi tentang
penyampai pesan. "Mereka menolak
Yohanes Pembaptis", beliau mengatakan, yang datang "tidak
makan maupun minum", mengatakan tentang dirinya bahwa
ia "kerasukan setan". Mereka menolak Yesus karena mereka
mengatakan, "Ia seorang pelahap, seorang peminum, seorang
sahabat pemungut cukai dan orang berdosa".
Mereka selalu punya sebuah
alasan untuk mengkritik pewarta
:
"Orang-orang zaman itu lebih
suka berlindung dalam sebuah agama yang
lebih terperinci : dalam pedoman-pedoman moral, seperti
kelompok Farisi; dalam kompromi politik, seperti orang-orang Saduki; dalam revolusi sosial, seperti orang-orang Zelot; dalam spiritualitas gnostik, seperti kaum Eseni. Mereka [gembira] berada
bersama kebersihan
mereka, sistem mereka yang dipoles dengan baik. Namun, pewarta tidak [begitu
disenangi]. Yesus
mengingatkan mereka : 'Nenek moyangmu melakukan
hal yang sama dengan para nabi’.
Umat Allah memiliki sebuah
alergi tertentu terhadap para pewarta Sabda
: Mereka menganiaya para nabi, [bahkan]
membunuh mereka"
Paus melanjutkan dengan mengatakan bahwa orang-orang ini mengaku menerima kebenaran pewahyuan, "tetapi pewarta, mewartakan, tidak. Mereka lebih suka sebuah kehidupan yang terkurung dalam pedoman-pedoman mereka, dalam kompromi-kompromi mereka, dalam rencana revolusioner mereka atau dalam spiritualitas mereka [yang tanpa tubuh]". Mereka adalah orang-orang Kristiani, yang selalu tidak puas dengan apa yang dikatakan para pewarta :
"Orang-orang
Kristiani ini tertutup, mereka terjebak, sedih ... orang-orang
Kristiani ini tidak bebas. Mengapa? Karena mereka
takut kebebasan Roh Kudus,
yang datang melalui pewartaan. Lalu,
ini adalah skandal pewartaan, skandal
yang dibicarakan Santo Paulus : skandal pewartaan yang berakhir dalam skandal Salib. Sehingga Allah harus
berbicara kepada kita melalui
orang-orang dengan batas-batas, orang-orang berdosa, menimbulkan skandal : dan bahkan melebihi skandal yakni Allah harus berbicara kepada kita dan menyelamatkan kita dengan cara
seorang manusia yang mengatakan
Ia adalah
Putra Allah, tetapi mengakhiri [hidup-Nya] sebagai seorang
penjahat.
Itulah skandal.
"Orang-orang Kristiani ini
sedih", kata Paus Fransiskus, "tidak percaya pada Roh Kudus, tidak percaya pada kebebasan yang berasal dari pewartaan, yang mengingatkan Anda, mengajarkan Anda –
juga
menampar Anda - tetapi merupakan kebebasan sebenarnya yang membuat
Gereja tumbuh"
:
"Melihat anak-anak ini yang takut menari,
menangis, [yang] takut akan segala sesuatu, yang meminta kepastian
dalam segala hal, saya berpikir tentang
orang-orang
Kristiani yang sedih, yang selalu mengkritik para pewarta Kebenaran,
karena mereka takut membuka pintu bagi Roh Kudus. Marilah kita berdoa
bagi mereka, dan berdoa juga bagi diri kita
sendiri, agar kita tidak menjadi orang-orang Kristiani yang sedih, memenggal kebebasan Roh Kudus untuk datang kepada kita melalui skandal pewartaan"
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.