Bacaan Ekaristi : Hak 13:2-7,24-25a; Luk 1:5-25
"Kerendahan hati diperlukan agar berbuah", kata Paus Fransiskus pada Misa pagi 19 Desember 2013 di Casa Santa Marta.
Bapa Suci mengatakan bahwa campur tangan Allah mengatasi kemandulan hidup kita dan membuatnya berbuah.
Kemudian beliau mengharapkan kita agar
waspada terhadap sikap bangga yang membuat kita mandul.
Seringkali di dalam Kitab Suci kita menemukan perempuan yang mandul, kepadanya Tuhan memberikan anugerah kehidupan. Itulah titik awal homili Paus Fransiskus tentang bacaan-bacaan hari itu, terutama Injil (Luk 1:5-25), yang menceritakan kisah Elizabet, yang mandul tetapi yang memiliki seorang anak laki-laki - Yohanes. "Dari kemustahilan memberi kehidupan", kata Paus, "datang kehidupan". Dan ini, beliau melanjutkan, terjadi tidak hanya untuk perempuan mandul tetapi untuk mereka "yang tidak mempunyai harapan hidup", seperti Naomi yang akhirnya mempunyai seorang cucu :
"Tuhan campur tangan dalam kehidupan perempuan ini untuk
memberitahu kita :
"Aku mampu
memberikan kehidupan".
Dalam para nabi juga ada gambar
padang pasir, tanah gurun yang tidak bisa menumbuhkan sebuah
pohon, sebiji buah, mendatangkan
apa pun. ‘Tetapi padang pasir akan menjadi seperti hutan',
para nabi berkata, "akan menjadi besar, akan berbunga". Tetapi bisakah padang pasir
berbunga? Ya. Bisakah perempuan mandul memberikan kehidupan? Ya. Janji TUHAN : 'Aku bisa!'. Dari kekeringan, dari kekeringan Anda Aku bisa membuat kehidupan, keselamatan tumbuh.
Dari kegersangan Aku bisa membuat buah tumbuh!"
Dan keselamatan
itu, Paus Fransiskus mengatakan, adalah ini
: "Campur tangan Allah yang membuat kita berbuah, yang
memberikan kita kemampuan untuk memberikan
kehidupan". Beliau memperingatkan bahwa kita tidak bisa melakukannya
sendiri. Namun, Paus mengatakan, banyak orang telah mencoba membayangkan bahwa kita mampu menyelamatkan diri kita sendiri
:
"Bahkan orang-orang Kristiani, eh? Kita berpikir tentang para pengikut Pelagius misalnya. Semua adalah rahmat. Dan merupakan campur tangan Allah yang membawakan kita keselamatan. Merupakan campur tangan Allah yang membantu kita sepanjang jalan kekudusan. Hanya Dia bisa melakukannya. Tetapi apa yang harus kita lakukan pada bagian kita? Pertama, mengakui kekeringan kita, ketidakmampuan kita untuk memberikan kehidupan. Menyadari hal ini. Kedua, memohon : ‘Tuhan, saya ingin berbuah’. Saya berkehendak agar kehidupan saya harus memberikan kehidupan, agar iman saya harus berbuah dan maju serta bisa memberikannya kepada orang lain. Tuhan, saya mandul, saya tidak bisa melakukannya. Engkau bisa. Saya adalah sebuah padang pasir : saya tidak bisa melakukannya. Engkau bisa."
Dan ini, beliau
melanjutkan, bisa
menjadi doa kita selama hari-hari
sebelum Natal ini. "Kita berpikir tentang bagaimana bangga, mereka pikir mereka dapat melakukan semuanya sendiri, terbentur". Paus mengalihkan pikirannya pada Mikhal,
anak
perempuan Saul. Dia adalah seorang
perempuan, beliau berkata, "yang tidak mandul, tetapi bangga,
dan tidak mampu memahami apa itu memuji Allah", dan
bahkan menertawakan pujian yang Daud berikan kepada Tuhan.
Dan ia dihukum dengan kemandulan :
"Kerendahan hati diperlukan agar berbuah. Berapa banyak orang membayangkan mereka benar, seperti Mikhal, tetapi yang benar-benar jiwa-jiwa yang menyedihkan (poveracce). Kerendahan hati untuk berkata kepada Tuhan : ‘Tuhan, saya mandul, saya adalah padang pasir' dan mengulangi pada hari-hari ini antifon yang indah ini di mana Gereja menjadikan kita berdoa : O Anak Daud, O Adonai, O Kebijaksanaan - hari ini! - O pangkal Isai, O Imanuel, datang dan berilah ksmi kehidupan, datang dan selamatkanlah kami, karena hanya Engkau yang bisa, dengan diri saya sendiri saya tidak bisa!'. Dan dengan kerendahan hati ini, kerendahan hati padang pasir ini, kerendahan hati sebuah jiwa yang mandul ini, menerima rahmat, rahmat untuk berkembang, untuk memberikan buah, dan untuk memberikan kehidupan."
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.