Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA HARI RAYA PENAMPAKAN TUHAN 6 Januari 2014 : MENGIKUTI TERANG YANG MENUNTUN KEPADA KRISTUS


Bacaan Ekaristi : Yes 60:1-6; Ef 3:2-3a,5-6; Mat 2:1-12

"Lumen requirunt Lumine". Kata-kata yang menggugah dari sebuah nyanyian liturgi untuk Penampakan Tuhan ini berbicara tentang pengalaman orang-orang Majus : mengikuti sebuah terang, mereka sedang mencari Terang. Bintang muncul di langit menyalakan dalam pikiran mereka dan dalam hati mereka sebuah terang yang menggerakkan mereka untuk mencari Terang agung Kristus. Orang-orang Majus mengikuti dengan setia terang itu yang memenuhi hati mereka, dan mereka menjumpai Tuhan.

Nasib setiap orang dilambangkan dalam perjalanan orang-orang Majus dari Timur ini : hidup kita merupakan sebuah perjalanan, yang diterangi oleh terang-terang yang mencerahkan jalan kita, untuk menemukan kepenuhan kebenaran dan kasih yang kita orang-orang Kristiani kenali dalam Yesus, Terang Dunia. Seperti orang-orang Majus, setiap orang memiliki dua "buku" besar yang memberikan tanda-tanda untuk menuntun peziarahan ini : buku penciptaan dan buku Kitab Suci. Yang penting adalah bahwa kita penuh perhatian, waspada, dan mendengarkan Tuhan yang berbicara kepada kita, yang selalu berbicara kepada kita. Seperti dikatakan Pemazmur dalam mengacu pada Hukum Tuhan : "Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku" (Mzm 119:105). Mendengarkan Injil, membacanya, merenungkannya dan menjadikannya santapan rohani kita terutama memungkinkan kita berjumpa Yesus yang hidup, mengalami-Nya dan kasih-Nya.

Bacaan pertama bergema, dalam kata-kata nabi Yesaya, panggilan Allah kepada Yerusalem : "Bangkitlah, menjadi teranglah (Yes 60:1). Yerusalem disebut sebagai kota terang yang memantulkan terang Allah bagi dunia dan membantu manusia untuk berjalan di jalan-Nya. Ini adalah panggilan dan perutusan umat Allah di dunia. Tetapi Yerusalem dapat gagal menanggapi panggilan Tuhan ini. Injil mengatakan kepada kita bahwa orang-orang Majus, ketika mereka tiba di Yerusalem, kehilangan penglihatan bintang untuk sementara waktu. Mereka tidak lagi melihatnya. Terangnya terutama berlalu dari istana Raja Herodes : kediamannya suram, dipenuhi dengan kegelapan, kecurigaan, ketakutan, iri hati. Herodes, pada kenyataannya, membuktikan dirinya penuh curiga dan disibukkan dengan kelahiran seorang Anak yang lemah yang ia anggap sebagai saingan. Pada kenyataannya Yesus datang bukan untuk menggulingkannya, sebuah boneka yang malang, tetapi untuk menggulingkan Pangeran dunia ini! Meskipun demikian, raja dan para penasihatnya merasa bahwa landasan kekuasaan mereka sedang runtuh. Mereka takut bahwa aturan-aturan permainan sedang terbalik, sehingga penampilan-penampilan sedang tak berkedok. Sebuah dunia yang seluruhnya dibangun di atas kekuasaan, keberhasilan, kepemilikan dan penyelewengan sedang mengalami krisis oleh seorang anak kecil! Herodes pergi begitu jauh membunuh anak-anak. Sebagaimana ditulis Santo Quodvultdeus, "Kamu menghancurkan mereka yang kecil dalam tubuh karena ketakutan sedang menghancurkan hatimu" (Sermo 2 de Symbolo: PL 40, 655). Hal ini sebenarnya terjadi : Herodes takut dan karena ketakutan ini, ia menjadi gila.

Orang-orang Majus mampu mengatasi saat kegelapan yang berbahaya di hadapan Herodes, karena mereka percaya Kitab Suci, kata-kata para nabi yang menunjukkan bahwa Juruselamat akan lahir di Betlehem. Dan sehingga mereka melarikan diri dari kegelapan dan kesuraman malam dunia. Mereka melanjutkan perjalanan mereka menuju Betlehem dan di sana mereka sekali lagi melihat bintang itu, dan Injil memberitahu kita bahwa mereka mengalami "sebuah sukacita besar" (Mat 2:10). Mahabintang yang tidak bisa dilihat dalam istana yang gelap dan duniawi itu.

Salah satu segi terang yang menuntun kita dalam perjalanan iman adalah "kelicikan" kudus. "Kelicikan" kudus ini juga merupakan keutamaan. Terdiri dari sebuah kelihaian rohani yang memungkinkan kita mengenali bahaya dan menghindarinya. Orang Majus menggunakan terang "kelicikan" ini ketika, dalam perjalanan pulang, mereka memutuskan untuk tidak melewati istana suram Herodes, tetapi mengambil rute lain. Orang-orang bijak dari Timur ini mengajarkan kita bagaimana untuk tidak jatuh ke dalam jerat kegelapan dan bagaimana mempertahankan diri kita dari bayang-bayang yang berusaha menyelubungi hidup kita. Dengan “kelicikan” kudus ini, orang-orang Majus menjaga iman. Kita juga perlu menjaga iman, menjaganya dari kegelapan. Banyak saat, bagaimanapun juga, merupakan sebuah kegelapan di bawah penyamaran terang. Ini karena setan, sebagaimana Santo Paulus, mengatakan, menyamarkan dirinya kadang kala sebagai malaikat terang. Dan ini adalah tempat sebuah “kelicikan” kudus diperlukan untuk melindungi iman, menjaganya dari suara-suara para penggelisah itu yang berseru : "Dengar, hari ini kita harus melakukan ini, atau itu ...". Iman bagaimanapun, merupakan sebuah rahmat , merupakan sebuah anugerah. Kita dipercayakan dengan tugas menjaganya, dengan cara-cara "kelicikan" kudus ini dan dengan doa, kasih, amal. Kita perlu menyambut terang Allah ke dalam hati kita dan, pada saat yang sama, menumbuhkan “kelicikan” rohani itu yang mampu menggabungkan kesederhanaan dengan kecerdikan, sebagaimana dikatakan Yesus kepada murid-murid-Nya : "cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati" (Mat 10:16).

Pada Hari Raya Penampakan Tuhan, saat kita mengingat perwujudan Yesus bagi umat manusia dalam rupa seorang Anak, semoga kita merasakan orang-orang Majus di sisi kita, sebagai sahabat-sahabat yang bijaksana di jalan. Teladan mereka membantu kita mengangkat pandangan kita terhadap bintang dan mengikuti keinginan-keinginan besar hati kita. Mereka mengajarkan kita untuk tidak berpuas dengan sebuah kehidupan yang biasa-biasa saja, sebuah kehidupan "memainkannya dengan aman", tetapi membiarkan diri kita selalu tertarik oleh apa yang baik, benar dan indah ... oleh Allah, yang adalah semua ini, dan banyak lagi! Dan mereka mengajarkan kita untuk tidak tertipu oleh penampilan-penampilan, oleh apa yang dunia anggap agung, bijaksana dan penuh kuasa. Kita tidak harus berhenti pada hal itu. Hal ini diperlukan untuk menjaga iman. Saat ini hal ini sangat penting : menjaga iman. Kita harus menekan lebih jauh, mengatasi kegelapan, mengatasi suara-suara yang membangkitkan kegelisahan, mengatasi keduniawian, mengatasi begitu banyak bentuk modernitas yang ada saat ini. Kita harus maju menuju Betlehem, di mana, dalam kesederhanaan sebuah tempat tinggal di pinggiran, di samping  seorang ibu dan ayah yang penuh kasih dan penuh iman, di sana bersinar Matahari dari atas, Raja alam semesta. Oleh teladan orang-orang Majus, dengan terang-terang kecil kita, semoga kita mencari Terang dan menjaga iman. Semoga demikian.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.