*****************
Hati Kristus merupakan hati Allah yang, karena kasih, "mengosongkan" diri-Nya.
Setiap orang dari kita para Yesuit yang mengikuti Yesus harus bersedia mengosongkan diri. Kita dipanggil
untuk kehinaan ini : menjadi “yang mengosongkan”. Menjadi orang-orang yang
tidak hidup berpusat pada diri mereka sendiri karena pusat Serikat adalah Kristus dan Gereja-Nya. Dan Allah adalah Deus semper maior, Allah yang selalu mengejutkan kita. Dan jika kejutan-kejutan Allah tidak di pusat, Serikat menjadi kehilangan arah. Oleh karena itu, menjadi seorang Yesuit berarti menjadi seorang yang berpikir tidak lengkap, yang
berpikir terbuka : karena ia selalu berpikir melihat cakrawala yang
merupakan kemuliaan Allah yang
sungguh semakin besar, yang
tak henti-hentinya mengejutkan kita. Dan ini adalah kegelisahan kekosongan kita, kegelisahan yang suci dan indah ini!
Namun, karena
kita adalah orang-orang berdosa, kita bisa bertanya kepada diri kita apakah
hati kita telah memelihara kegelisahan pencarian atau apakah, sebagai gantinya,
itu telah berhenti berkembang; jika hati kita selalu dalam ketegangan: sebuah
hati yang tidak tenang, sebuah hati yang tidak menutup dirinya pada dirinya
sendiri, tetapi yang mengalahkan irama sebuah perjalanan yang dilakukan
bersama-sama dengan semua umat beriman Allah. Perlunya mencari Allah untuk
menemukan-Nya, dan menemukan-Nya dalam rangka mencari-Nya lagi dan selamanya. Hanya
kegelisahan ini memberikan kedamaian bagi hati seorang Yesuit, sebuah kegelisahan
yang juga bersifat kerasulan, yang tidak harus membuat kita tumbuh lelah
mewartakan Kerygma, mewartakan
evangelisasi dengan keberanian. Ini adalah kegelisahan yang mempersiapkan kita
untuk menerima karunia kesuburan kerasulan. Tanpa kegelisahan kita mandul.
Ini adalah kegelisahan yang
dimiliki Petrus Faber, laki-laki berkeinginan luhur, Daniel lain. Faber adalah seorang
"laki-laki kehidupan batin yang mendalam yang sederhana, berakal sehat dan
dianugerahi dengan karunia hubungan persahabatan yang erat dengan segala macam
pribadi" (Benediktus XVI, Wejangan
untuk Para Yesuit, 22 April, 2006). Namun, ia juga jiwa yang gelisah, tidak
pasti dan tidak pernah puas. Di bawah bimbingan Santo Ignatius ia belajar mempersatukan
gelisahnya tetapi juga lembut - saya akan mengatakan dengan sangat indah -
kepekaan dengan kemampuan untuk mengambil keputusan-keputusan. Ia adalah
seorang laki-laki berkeinginan luhur; ia mengambil alih keinginan-keinginannya,
ia mengakui mereka. Bahkan bagi Faber, justru ketika hal-hal sulit dikemukakan
maka jiwanya yang sesungguhnya terwujud yang menggerakkannya untuk bertindak (bdk.
Memoriale, 301). Iman yang otentik
selalu menyiratkan sebuah keinginan mendalam untuk mengubah dunia. Di sinilah
pertanyaan yang harus kita ajukan pada diri kita : apakah kita juga memiliki cara
pandang dan ketergesa-gesaan yang besar? Apakah kita juga berani? Apakah
mimpi kita terbang tinggi? Apakah semangat
melahap kita (bdk. Mzm 69:10)? Atau apakah kita biasa-biasa saja dan puas
dengan program laboratorium kerasulan kita? Mari kita ingat selalu : kekuatan
Gereja tidak terletak pada dirinya sendiri dan dalam kemampuan organisasinya, tetapi
tersembunyi di perairan Allah yang mendalam. Dan perairan ini menggoncangkan
keinginan-keinginan kita dan keinginan-keinginan melapangkan hati. Inilah apa yang
dikatakan Santo Agustinus : berdoa untuk
keinginan dan keinginan melapangkan hati. Bahkan dalam keinginan-keinginannya
maka Faber bisa membedakan suara Allah. Tanpa keinginan-keinginan orang pergi
mana-mana dan oleh karena hal ini maka kita harus memanjatkan keinginan-keinginan
kita kepada Tuhan. Tercantum dalam Konstitusi-konstitusi
yaitu "dia yang membantu sesamanya dengan keinginan-keinginan mempersembahkan
bagi Allah Tuhan kita" (Konstitusi-konstitusi,
638).
Faber memiliki keinginan
nyata dan mendalam untuk "dilapangkan dalam Allah" : ia
benar-benar berpusat pada Allah, dan karena itu ia bisa pergi, dalam
semangat ketaatan, sering juga berjalan kaki, ke mana-mana di Eropa berbicara kepada semua orang dengan kelembutan,
dan mewartakan Injil. Pikiran datang kepada saya tentang godaan, yang mungkin
kita miliki dan yang begitu banyak miliki, tentang menghubungkan pewartaan Injil dengan tamparan kutukan yang sukar
dimegerti. Tidak, Injil diwartakan dengan kelembutan, dengan persaudaraan, dengan kasih. Keakraban Faber dengan Allah
menuntunnya memahami bahwa pengalaman batin dan kehidupan kerasulan selalu berjalan bersama-sama. Dalam Memoriale ia menulis bahwa gerakan hati
yang pertama
yaitu harus menjadi gerakan "menginginkan apa yang penting dan asali, sehingga tempat pertama diserahkan kepada
perhatian sempurna menemukan Allah Tuhan kita" (Memoriale, 63). Faber menunjukkan keinginan "membiarkan
Kristus menempati pusat hati" (Memoriale,
68). Hanya jika seorang berpusat pada Allah memungkinkan untuk pergi ke
pinggir-pinggir dunia! Dan Faber juga melakukan perjalanan tak
henti-hentinya pada batas-batas geografis , begitu banyak sehingga dikatakan
tentang dia : "Tampaknya ia dilahirkan tidak untuk tetap tinggal di
sembarang tempat" (MI, Epistolae I,
362). Faber dilahap oleh keinginan yang kuat untuk menyampaikan Tuhan. Jika kita
tidak memiliki keinginannya yang sama, maka kita perlu berhenti sejenak dalam
doa dan, dengan semangat hening, bertanya kepada Tuhan, melalui perantaraan
saudara kita Petrus, agar ia mempesona kita lagi : daya tarik Tuhan
itu yang
menuntun Petrus kepada semua “kegilaan” kerasulannya.
Kita adalah orang-orang dalam ketegangan; kita juga laki-laki
yang bertentangan dan tidak konsisten, orang-orang berdosa, semuanya. Tetapi orang-orang yang ingin berjalan di bawah tatapan Yesus. Kita kecil, kita adalah orang-orang berdosa, tetapi kita ingin militan di bawah panji Salib Serikat yang
dianugerahi
dengan nama
Yesus. Namun, kita yang egois ingin menjalani sebuah kehidupan keinginan besar yang
mengguncang. Kita memperbaharui sekarang persembahan kita kepada Tuhan semesta alam yang kekal sehingga dengan pertolongan
Bunda-Nya
yang mulia kita boleh menginginkan, berkehendak dan
menjalani kepekaan perasaan Kristus yang mengosongkan diri-Nya. Seperti ditulis Santo Petrus Faber, "Kita tidak pernah mencari dalam kehidupan ini sebuah nama yang tidak terhubung dengan nama Yesus" (Memoriale, 205). Dan kita berdoa kepada Bunda Maria untuk menjadi para utusan bersama Putranya.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.