Bacaan
Ekaristi : 1Sam 4:1-11; Mrk 1:40-45
Skandal dalam Gereja terjadi karena tidak ada hubungan yang hidup dengan Allah dan sabda-Nya. Dengan demikian, para imam yang korup, alih-alih memberikan Roti Hidup, memberikan sebuah makanan yang beracun kepada umat Allah yang
kudus : itulah apa yang ditegaskan Paus Fransiskus dalam homilinya selama Misa Kamis pagi 16 Januari 2014 di Casa Santa Marta,
Vatikan.
Mengulas bacaan pertama hari itu (1Sam 4:1-11) dan Mazmur Tanggapan (Mzm 44:10-11,14-15,24-25) yang menceritakan
hancurnya orang-orang Israel akibat kekalahan dari orang-orang Filistin,
Paus mencatat bahwa umat Allah pada waktu itu telah meninggalkan Tuhan.
Dikatakan bahwa sabda Allah "tidak biasa" pada waktu itu. Imam tua Eli
"suam-suam kuku" dan anak-anaknya "korup; mereka menakut-nakuti umat dan
memukuli mereka dengan tongkat". Dalam pertempuran mereka melawan
orang-orang Filistin, orang-orang Israel membawa bersama mereka Tabut
Perjanjian, tetapi sebagai sesuatu yang "bersifat magis", "sesuatu yang
lahiriah". Dan mereka dikalahkan : Tabut Perjanjian diambil dari mereka
oleh musuh-musuh mereka. Tidak ada iman sejati kepada Allah, dalam
kehadiran-Nya yang nyata dalam kehidupan:
"Perikop Kitab Suci
ini", kata Paus, "membuat kita berpikir tentang apa jenis hubungan yang
kita miliki dengan Allah, dengan sabda Allah : apakah sebuah hubungan
formal? Apakah sebuah hubungan berjarak? Sabda Allah masuk ke dalam hati
kita, mengubah hati kita. Apakah sabda itu memiliki kekuatan ini atau
tidak? Apakah sebuah hubungan formal? Tetapi hati tertutup bagi Sabda
itu! Membuat kita memikirkan begitu banyak kekalahan Gereja, begitu
banyak kekalahan umat Allah hanya karena mereka tidak mendengarkan
Tuhan, tidak mencari Tuhan, tidak membiarkan diri mereka dicari oleh
Tuhan! Dan kemudian setelah sebuah tragedi, doa, satu ini : ‘Tetapi,
Tuhan, apa yang terjadi? Engkau telah membuat kami cemoohan tetangga
kami. Cemoohan dan ejekan orang-orang di sekitar kami. Engkau telah
membuat kami bahan tertawaan (Italia : favola)! di antara bangsa-bangsa!
Semua bangsa menggeleng-gelengkan kepala mereka tentang kami'".
"Tetapi apakah kita malu? Begitu banyak skandal yang saya tidak ingin
sebutkan satu persatu, tetapi kita semua tahu ... kita tahu di mana
mereka! Skandal-skandal, beberapa yang berkenaan dengan sejumlah uang
.... Rasa malu Gereja! Tetapi apakah kita semua malu akan
skandal-skandal itu, akan kegagalan-kegagalan para imam, para uskup,
para awam itu? Di manakah sabda Allah dalam skandal-skandal itu; di
manakah sabda Allah dalam pria-pria itu dan dalam wanita-wanita itu?
Mereka tidak memiliki sebuah hubungan dengan Allah! Mereka memiliki
sebuah kedudukan dalam Gereja, sebuah kedudukan kekuasaan, bahkan sebuah
kedudukan kenyamanan. Tetapi sabda Allah, tidak! ‘Tetapi, saya memakai
sebuah medali’, ‘Saya membawa Salib'... Ya, sebagaimana mereka memanggul
Tabut! Tanpa hubungan yang hidup dengan Allah dan sabda Allah! Saya
teringat kata-kata Yesus tentang orang-orang yang kepada mereka
skandal-skandal datang ... Dan di sini skandal menghantam : membawa
kerusakan (Italia : decadenza) bagi umat Allah, termasuk (Italia : fino
alla) kelemahan dan korupsi para imam".
Paus Fransiskus
mengakhiri homili-Nya, mengalihkan pikirannya kepada umat Allah, dengan
mengatakan : "Umat yang malang! Kami tidak memberikan Roti Hidup untuk
dimakan; kami memberi - dalam kasus-kasus ini - roti Kebenaran! Dan
berkali-kali, kami bahkan menawarkan sebuah makanan beracun! ‘Bangunlah!
Mengapa Engkau tidur, Tuhan?’Biarlah ini menjadi doa kami! ‘Bangunlah!
Jangan menolak kami selamanya! Mengapa Engkau menyembunyikan wajah-Mu?
Mengapa Engkau melupakan penderitaan dan penindasan kami?' Kami mohon
kepada Tuhan agar kami tidak pernah melupakan sabda Allah, yang hidup,
sehingga sabda itu masuk ke dalam hati kami dan jangan pernah melupakan
umat beriman yang kudus bagi Allah yang meminta kami untuk memelihara
dan memperkuat mereka".
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.