Bacaan
Ekaristi : 1Sam 24:3-21; Mrk 3:13-19
Orang-orang Kristiani harus membangun jembatan dialog, bukan tembok kebencian. Inilah
kata-kata Paus Fransiskus dalam Misa Jumat pagi 24 Januari 2014 di Casa Santa
Marta, Vatikan. Dalam homilinya Paus Fransiskus merenungkan tentang konflik antara
Raja Saul dan Daud yang merupakan fokus bacaan Perjanjian
Lama hari itu. Pada satu titik, Paus mengatakan, Daud memiliki kesempatan untuk membunuh Saul, tetapi ia memilih "sebuah jalan yang berbeda : jalan dialog, membuat perdamaian".
Semua orang Kristiani, selalu, harus
mengikuti jalan rekonsiliasi, Paus mengatakan, karena itulah apa yang Yesus ajarkan kepada kita, karena Yesus menunjukkan kita jalan. Dalam
rangka masuk ke dalam dialog, Paus menjelaskan, pentingnya menjadi lemah lembut, rendah hati, bahkan setelah sebuah perbedaan pendapat atau sebuah
pertengkaran. Pentingnya "membungkuk", menjadi fleksibel,
agar tidak mencapai titik patah.
Namun, Paus mengakui, tidaklah mudah membangun dialog, terutama ketika kita sedang terpecah-belah oleh kebencian. Tidak tertulis di dalam Kitab Suci, beliau berkata, tetapi kita semua tahu bahwa untuk menjadi lemah lembut, rendah hati, kita harus menelan banyak kebanggaan - tetapi kita harus melakukan demikian, karena itu adalah cara kita membangun perdamaian, dengan kerendahan hati.
Kerendahan
hati mungkin sulit, Paus
Fransiskus mengatakan, tetapi membiarkan kebencian membengkak dalam hati kita jauh lebih buruk daripada mencoba membangun jembatan dialog. Ketika kita membiarkan kebencian
tumbuh, kita akhirnya terasing dalam "kaldu pahit" dendam kita
sendiri. Menjadi seorang
Kristiani, sebaliknya,
selalu menjadi jembatan.
Merupakan hal penting, Paus Fransiskus melanjutkan, untuk tidak membiarkan terlalu banyak waktu berlalu setelah sebuah badai, setelah sebuah masalah. Merupakan hal penting untuk membangun dialog sesegera mungkin, karena waktu memungkinkan tembok kebencian tumbuh lebih tinggi, seperti lalang tumbuh lebih tinggi dan merintangi jalan gandum - dan ketika tembok kita tumbuh tinggi, rekonsiliasi menjadi begitu sulit!
Saya takut tembok ini, Paus Fransiskus mengakhiri, tembok ini yang tumbuh lebih tinggi setiap hari, membangun kebencian dan dendam. Mari kita malahan mengikuti teladan Daud, yang mengalahkan dendam dengan tindakan kerendahan hati.
“Hari ini", beliau
berkata,
"kita dapat memohon
kepada Santo Fransiskus dari Sales, doktor kemanisan, agar Ia memberikan
kita semua rahmat untuk membangun jembatan bersama-sama orang lain. Tidak ada lagi tembok".
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.