Bacaan
Ekaristi : Kis 22:3-16; Mrk 16:15-18
Pada hari Sabtu
25 Januari 2014, Paus Fransiskus memimpin ibadat Vesper di Basilika Santo Paulus Di Luar Tembok, di mana beliau bergabung dengan para
anggota dari berbagai Gereja-gereja Kristen yang berbeda yang hadir. Perayaan, yang bertepatan dengan Pesta Bertobatnya Santo Paulus Rasul, menandai penutupan Pekan Doa Sedunia untuk Persatuan Umat
Kristen yang telah menjelajahi tema, yang diambil dari Surat Pertama Santo Paulus kepada jemaat di
Korintus, "Adakah Kristus terbagi-bagi?". Berikut adalah homili Paus
Fransiskus dalam perayaan tersebut.
*********************
Saudara dan saudari terkasih,
"Adakah Kristus
terbagi-bagi?" (1 Kor 1:13). Seruan mendesak yang dibuat Santo Paulus pada awal surat pertamanya kepada jemaat di Korintus, dan
yang telah dicanangkan pada liturgi sore ini, dipilih oleh
sekelompok saudara-saudara Kristiani kita di Kanada sebagai tema untuk permenungan kita selama pekan doa tahun ini.
Rasul Paulus sedih mengetahui bahwa orang-orang Kristiani di Korintus telah
terpecah ke dalam golongan-golongan berbeda. Ada yang menyatakan : "Aku dari
golongan Paulus", sedangkan yang lain menyatakan : "Aku dari
golongan
Apolos" atau "Aku dari golongan Kefas", dan yang
lain menyatakan: "Aku dari golongan Kristus" (bdk. ay 12). Paulus bahkan tidak bisa memuji mereka yang menyatakan dari golongan Kristus, karena mereka
menggunakan nama seorang Juruselamat untuk memisahkan diri mereka dari saudara-saudara dan saudari-saudari mereka yang lainnya dalam jemaat. Dengan kata lain, pengalaman
tertentu masing-masing pribadi, atau sebuah keterikatan kepada orang-orang
penting
tertentu dalam jemaat, telah menjadi sebuah tolok ukur untuk menilai iman orang lain.
Di tengah keterpecahan ini, Paulus menyerukan kepada orang-orang Kristiani di Korintus "demi nama Tuhan kita Yesus Kristus" menjadi seia sekata, sehingga perpecahan-perpecahan tidak akan memerintah di antara mereka, melainkan sebuah persatuan sempurna pikiran dan kehendak (bdk. ayat 10). Persekutuan yang dimohonkan dengan sangat oleh Rasul Paulus, bagaimanapun, tidak dapat menjadi buah strategi-strategi manusia. Persatuan sempurna di antara saudara dan saudari hanya bisa berasal dari memandang pikiran dan hati Kristus Yesus (bdk. Flp 2:5). Sore ini, kita berkumpul di sini dalam doa, semoga kita menyadari bahwa Kristus, yang tidak dapat terbagi-bagi, ingin menarik kita kepada diri-Nya, kepada kepekaan perasaan hati-Nya, kepada penyerahan-Nya yang sempurna dan percaya diri ke dalam tangan Bapa, kepada pengosongan diri-Nya yang radikal karena kasih terhadap manusia. Kristus sendiri dapat menjadi sendi, penyebab dan kekuatan pendorong di belakang persatuan kita.
Ketika kita menemukan diri kita di hadapan-Nya, kita menyadari semuanya melebihi yang mungkin tidak kita anggap perpecahan dalam Gereja sebagai sesuatu yang alamiah, tak terelakkan dalam bentuk lembaga manusia apapun. Perpecahan-perpecahan kita melukai tubuh Kristus, mereka merusak kesaksian yang mana kita dipanggil untuk memberikan kepada-Nya di hadapan dunia. Dekrit Konsili Vatikan Kedua tentang Ekumenisme, mengambil teks Santo Paulus yang telah kita merenungkan, secara berarti menyatakan : "Sebab yang didirikan oleh Kristus Tuhan ialah Gereja yang satu dan tunggal. Sedangkan banyak persekutuan Kristiani membawakan diri sebagai pusaka warisan Yesus Kristus yang sejati bagi umat manusia. Mereka semua mengaku sebagai murid-murid Tuhan, tetapi berbeda-beda pandangan dan menempuh jalan yang berlain-lainan pula, seolah-olah Kristus sendiri terbagi-bagi”. Dan Konsili melanjutkan : "perpecahan itu terang-terangan berlawanan dengan kehendak Kristus, dan menjadi batu sandungan bagi dunia, serta merugikan perutusan suci, yakni mewartakan Injil kepada semua makhluk" (Unitatis Redintegratio, 1).
Kristus, sahabat-sahabat
terkasih, tidak bisa terbagi-bagi! Keyakinan ini harus mempertahankan dan
mendorong kita untuk bertekun dengan kerendahan hati dan kepercayaan dalam
perjalanan bagi pemulihan persatuan penuh yang kelihatan di antara semua orang
percaya dalam Kristus. Malam ini saya memikirkan karya dua Paus besar : Beato
Yohanes XXIII dan Beato Yohanes Paulus II. Dalam perjalanan hidup mereka
sendiri, keduanya menyadari kemendesakan perkara persatuan dan, setelah
terpilih bagi Takhta Santo Petrus, mereka dengan pasti menuntun seluruh umat
Katolik pada jalan ekumenisme. Paus Yohanes mengobar jejak-jejak baru yang
sebelumnya akan menjadi hampir tak terpikirkan. Paus Yohanes Paulus mengangkat
dialog ekumenis sebagai aspek lumrah dan tak terpisahkan dari kehidupan setiap
Gereja tertentu. Bersama mereka, saya memikirkan juga Paus Paulus VI, pemrakarsa
besar dialog; dalam hari-hari ini juga kita sedang memperingati ulang tahun
kelimapuluh pelukan bersejarahnya dengan Patriark Konstantinopel Athenagoras.
Karya pendahulu-pendahulu
saya ini, memungkinkan dialog ekumenis menjadi sebuah dimensi penting pelayanan
Uskup Roma, sehingga saat ini pelayanan yang berhubungan dengan Petrus tidak
dapat sepenuhnya dipahami tanpa keterbukaan untuk berdialog dengan semua orang
percaya dalam Kristus ini. Kita dapat mengatakan juga bahwa perjalanan
ekumenisme telah memungkinkan kita untuk datang kepada pemahaman yang lebih mendalam
pelayanan Penerus Petrus, dan kita harus yakin bahwa akan terus melakukan hal demikian
di masa mendatang. Ketika kita memandang dengan rasa syukur terhadap kemajuan
yang telah dimungkinkan Tuhan kepada kita untuk dilakukan, dan tanpa
mengabaikan kesulitan-kesulitan yang dialami dialog ekumenis saat ini, mari
kita semua berdoa agar kita dapat mengenakan pikiran Kristus dan dengan
demikian maju menuju kesatuan yang Ia kehendaki.
Dalam iklim doa
bagi anugerah kesatuan ini, saya menyampaikan sambutan ramah dan bersifat persaudaraan
kepada Yang Mulia Metropolitan Gennadios, perwakilan Patriark Ekumenis, dan kepada
Yang Terhormat David Moxon, perwakilan pribadi Uskup Agung Canterbury di Roma,
dan kepada semua perwakilan berbagai Gereja dan Komunitas Gerejawi yang berkumpul
di sini sore ini.
Saudara dan saudari terkasih, marilah kita memohon kepada Tuhan Yesus,
yang telah menjadikan kita anggota-anggota yang hidup dari tubuh-Nya, untuk menjaga kita secara mendalam diperrsatukan kepada-Nya, membantu kita mengatasi perseteruan kita, perpecahan kita dan keegoisan kita, dan dipersatukan satu sama lain oleh satu kekuatan, oleh
daya kasih yang dicurahkan Roh Kudus ke dalam hati kita (bdk. Rm
5:5).
Amin.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.