Bacaan
Ekaristi : 2Sam 6:12b-15,17-19; Mrk 3:31-35
Dalam homilinya pada
Misa harian Selasa pagi 28 Januari 2014 di Casa Santa Marta, Vatikan, Paus Fransiskus
berbicara tentang memuji Allah melalui doa – sebuah tindakan yang menjadikan
kita berbuah. Paus Fransiskus menarik homilinya dari Bacaan Pertama hari
itu (2Sam 6:12b-15,17-19) yang menceritakan kembalinya Tabut Perjanjian di mana Daud menari-nari dengan sukacita di jalanan. Mengenai tarian ini, Bapa Suci mengatakan bahwa "jika kita menutup diri dalam formalitas, doa kita menjadi dingin dan mandul". "Doa pujian Daud membawanya meninggalkan semua bentuk penguasaan
diri dan menari-nari di hadapan Tuhan dengan segenap kekuatannya. Ini adalah
doa pujian!", beliau berseru.
Menjelaskan perikop
tersebut menyebabkan pikiran beliau beralih kepada Sarah, istri Abraham, yang,
setelah melahirkan anaknya, Ishak, mengatakan, "Tuhan membuat saya menari-nari
dengan sukacita". Meskipun
mudah untuk meminta sesuatu kepada Allah atau bahkan untuk mengucap syukur
kepada Allah, memuji Allah biasanya dikesampingkan.
"’Tetapi, Bapa,
ini adalah untuk orang-orang dari Pembaruan dalam Roh (gerakan Karismatik),
bukan untuk semua orang Kristiani’. Tidak, doa pujian adalah sebuah doa Kristiani
untuk kita semua!", kata Paus.
"Dalam Misa, setiap hari,
ketika kita menyanyikan Kudus ... Ini adalah sebuah doa pujian : kita memuji
Allah karena keagungan-Nya, karena Ia agung! Kita mengatakan kepada-Nya hal-hal
indah, karena kita seperti Dia apa adanya. ‘Tetapi, Bapa, saya tidak mampu ... saya
seharusnya ...'. Tetapi Anda mampu berteriak ketika regu Anda mencetak gol dan
tidak mampu menyanyikan pujian kepada Tuhan, pergi sedikit keluar dari perilaku
Anda untuk menyanyikan ini? Memuji Tuhan sepenuhnya bebas! Mari kita tidak memohon,
tidak bersyukur : memuji!"
Bapa Suci melanjutkan
dengan mengatakan bahwa kita harus berdoa "dengan segenap hati kita"
seperti Daud, yang sangat senang karena kembalinya Tabut Perjanjian sehingga
"tubuhnya bahkan berdoa dengan tarian itu”. "Sebuah pertanyaan yang
indah yang dapat kita tanyakan kepada diri kira hari ini adalah : “Bagaimana
doa pujianku berlangsung?", tanya Paus. "Apakah aku tahu bagaimana memuji
Tuhan? Apakah aku tahu bagaimana memuji
Tuhan atau ketika saya berdoa Kemuliaan atau berdoa Kudus, apakah aku
melakukannya hanya dengan mulutku dan bukan dengan sepenuh hatiku? Apa yang
David katakan padaku, menari di sini? Ketika Daud memasuki kota, ia
mulai hal lain : sebuah pesta". Paus juga mengingatkan
reaksi Mikhal, putri Raja Saul, yang mencela Daud karena menari sedemikian
rupa.
"Saya bertanya pada
diri saya berapa kali kita
menolak orang-orang baik dalam hati kita, orang-orang baik yang memuji Tuhan ketika itu datang kepada mereka, secara spontan, karena mereka tidak
beradab, mereka tidak mengikuti
sikap formal? Tetapi, menolak!
Dan Kitab Suci mengatakan bahwa Michal tetap mandul
selama sisa hidupnya karena hal ini! Apa yang ingin dikatakan Sabda Allah di sini? Sukacita itu, doa pujian, menjadikan kita subur!"
Mengakhiri homilinya, Paus Fransiskus memperingatkan bahwa mereka yang tertutup dalam
sebuah formalitas "dingin, mengukur doa" akan berakhir seperti Michal: "mandul dalam formalitas mereka sendiri". Bapa Suci mengundang umat beriman untuk merenungkan keindahan berdoa kepada Allah dengan pujian. "Ada baiknya kita baik mengulangi kata-kata dari Mazmur 24 yang telah kita doakan hari ini: 'Angkatlah kepalamu, hai
pintu-pintu gerbang, dan terangkatlah kamu, hai pintu-pintu yang berabad-abad,
supaya masuk Raja Kemuliaan!'”.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.