Bacaan
Ekaristi : Yak 2:1-9; Mrk 8:27-33
Yesus lebih dikenal
dengan mengikuti-Nya daripada dengan mempelajari-Nya. Itulah pesan Paus
Fransiskus dalam homilinya selama Misa harian Kamis pagi 20 Februari 2014 di
Casa Santa Marta, Vatikan. Setiap hari, beliau menjelaskan, Kristus menanyakan
"siapakah" Dia bagi kita, tetapi hanya mungkin menjawab dengan hidup
sebagai murid-murid.
Ini adalah kehidupan seorang murid, lebih daripada sebuah kehidupan studi, yang memungkinkan seorang Kristiani benar-benar mengenal siapakah Yesus baginya. Sebuah perjalanan dalam jejak langkah Sang Guru, di mana saksi yang jelas dan bahkan pengkhianatan, kejatuhan dan dorongan baru, dapat berinteraksi. Tetapi itu bukan hanya pendekatan intelektual. Paus Fransiskus mengambil contoh Petrus, yang dalam Injil hari
ini (Mrk 8:27-33) menggambarkan pada saat yang sama baik sebagai seorang saksi
yang “berani” - yang menanggapi pertanyaan Yesus kepada para Rasul, "Menurut
kamu, siapakah Aku bagimu?" dengan berkata, "Engkau adalah Mesias" - dan segera setelah itu sebagai seorang
musuh, ketika ia merasa ia harus menegur Yesus, yang baru saja mengumumkan bahwa Ia harus menderita dan mati, dan kemudian bangkit. "Banyak saat", kata Paus, "Yesus berpaling kepada kita dan bertanya kepada kita : "Tetapi menurutmu siapakah Aku" dan mendapatkan "tanggapan yang sama yang Petrus berikan, sosok yang kita pelajari dalam katekismus". Tetapi itu tidaklah cukup:
"Tampak bahwa menanggapi pertanyaan yang kita dengar dalam hati kita itu - 'Siapakah Yesus bagi kita?' - apa yang telah kita pelajari, apa yang telah kita pelajari tidaklah cukup. Penting mempelajari dan memahami, tetapi itu tidak cukup. Mengenal Yesus diperlukan untuk mengambil perjalanan yang diambil Petrus : setelah penghinaan itu, Petrus berjalan ke depan bersama Yesus, ia menyaksikan mukjizat yang dilakukan Yesus, ia menyaksikan kuasa-Nya. Lalu ia membayar pajak sebagaimana telah dikatakan Yesus kepadanya, ia menangkap seekor ikan, mendapati sebuah mata uang, ia melihat banyak mujizat seperti itu. Tetapi, pada suatu titik tertentu, Petrus menyangkal Yesus, ia mengkhianati Yesus, dan ia mempelajari pengetahuan yang paling sulit itu - lebih daripada pengetahuan, kebijaksanaan – yaitu air mata, tangisan".
Petrus, Paus Fransiskus melanjutkan, memohon pengampunan dari Yesus - namun, setelah Kebangkitan, ia ditanyakan tiga kali oleh Yesus di pantai Danau Tiberias : "Apakah engkau mengasihi Aku?". Mungkin, Paus mengatakan, dalam penegasan kembalinya kasihnya yang penuh bagi Gurunya, ia menangis, dan merasa malu akan kenangan tiga kali penyangkalannya :
"Pertanyaan
pertama untuk Petrus ini - 'Menurut kamu siapakah Aku?' - hanya dapat dipahami
sepanjang jalan, setelah jalan panjang, jalan rahmat dan dosa, jalan seorang
murid. Yesus tidak mengatakan kepada Petrus dan para Rasul-Nya ‘Kenali Aku’; Ia
berkata, ‘Ikutlah Aku!’. Dan mengikuti Yesus ini menjadikan kita mengenal
Yesus. Mengikut Yesus dengan kekuatan kita, tetapi juga dengan dosa-dosa kita,
tetapi selalu mengikuti Yesus. Ini bukan studi tentang hal-hal yang diperlukan,
tetapi sebuah kehidupan seorang murid".
Dibutuhkan "sebuah perjumpaan harian dengan Tuhan,
setiap hari, dengan kemenangan kita dan kelemahan kita". Tetapi, Paus
menambahkan, itu adalah "sebuah perjalanan yang tidak bisa kita buat
sendiri". Campur tangan Roh Kudus diperlukan:
"Mengenal Yesus
adalah sebuah karunia Bapa; Dialah yang membuat kita mengenal Yesus. Merupakan
sebuah karya Roh Kudus, yang adalah seorang pekerja yang besar. Bukan pekerja
serikat dagang - Ia adalah seorang pekerja besar dan Ia selalu bekerja di dalam
kita. Ia melakukan karya menjelaskan misteri Yesus ini, dan karya memberikan
kita perasaan Yesus ini. Kita memandang Yesus, Petrus, para rasul, dan kita
dengar dalam hati kita pertanyaan : 'Menurutmu siapakah Aku’. Dan sebagai murid-murid
marilah kita mohon kepada Bapa agar Ia memberikan kepada kita untuk mengenal
Kristus dalam Roh Kudus,sehingga Ia akan menjelaskan misteri ini".
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.