Liturgical Calendar

PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 23 Februari 2014 : MISA BERSAMA KARDINAL BARU


Bacaan Ekaristi :  Im 19:1-2,17-18; 1Kor 3:16-23; Mat 5:38-48

Bapa yang penuh belas kasih, dengan pertolongan-Mu, semoga kami sungguh memperhatikan suara Roh (dari Doa Pembukaan).

Doa ini, doa pembukaan Misa hari ini, mengingatkan kita akan sesuatu yang dasariah : kita dipanggil untuk mendengarkan Roh Kudus yang menghidupkan dan menuntun Gereja. Dengan daya-Nya yang kreatif dan memperbaharui, Roh selalu menopang harapan umat Allah ketika kita melakukan jalan peziarahan kita melalui sejarah, dan, sebagai Parakletos (Penolong), Ia selalu mendukung kesaksian orang-orang Kristiani. Pada saat ini, bersama-sama dengan para kardinal baru, kita ingin mendengarkan suara Roh saat Ia berbicara kepada kita melalui Kitab Suci yang baru saja kita dengar.

Dalam bacaan pertama, Tuhan yang memanggil umat-Nya menggemakan : Kuduslah kamu, sebab Aku, Tuhan, Allahmu, kudus (Im 19:2). Dalam Injil Yesus menggemakan panggilan ini : Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna (Mat 5:48). Kata-kata ini menantang kita semua, sebagai murid-murid Tuhan. Hari ini, mereka secara khusus ditujukan kepada saya dan kepada Anda, saudara terkasih para kardinal, dan dengan cara tertentu kepada Anda yang kemarin memasuki Dewan Kardinal. Meneladan kekudusan dan kesempurnaan Allah mungkin menampakkan sebuah tujuan yang tak terjangkau. Namun, bacaan pertama dan Injil menawarkan kita contoh-contoh nyata yang memungkinkan cara Allah bertindak menjadi norma bagi kita sendiri. Namun kita tidak boleh lupa bahwa tanpa Roh Kudus usaha-usaha kita sia-sia! Kekudusan Kristiani bukanlah yang pertama-tama dan terutama karya kita sendiri, tetapi buah ketaatan yang dikehendaki dan diolah bagi Roh Allah Tritunggal kudus.

Kitab Imamat mengatakan : Janganlah engkau membenci saudaramu di dalam hatimu ... Janganlah engkau menuntut balas ... melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (Im 19:17-18). Sikap-sikap ini lahir dari kekudusan Allah. Kita, bagaimanapun juga, begitu berbeda, begitu egois dan angkuh namun, kebaikan dan keindahan Allah menarik kita, dan Roh Kudus mampu memurnikan, mengubah dan membentuk kita hari demi hari.

Dalam Injil Yesus juga berbicara kepada kita tentang kekudusan, dan menjelaskan kepada kita hukum baru, hukum-Nya. Ia melakukan ini dengan mengkontraskan keadilan tak sempurna ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi dengan keadilan yang lebih tinggi dari Kerajaan Allah. Kontras pertama perikop hari ini mengacu pada balas dendam. Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu (Mat 5:38-39). Kita dituntut tidak hanya menghindari membalaskan orang lain kejahatan yang telah mereka lakukan kepada kita, tetapi juga mengusahakan dengan murah hati berbuat baik kepada mereka.

Kontras kedua mengacu kepada musuh-musuh kita : Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu (Mat 5:43-44). Yesus meminta orang-orang yang akan mengikuti-Nya untuk mengasihi orang-orang yang tidak layak mendapatkannya, tanpa mengharapkan imbalan apa pun, dan dengan cara ini mengisi kekosongan yang ada dalam hati manusia, hubungan, keluarga, komunitas, dan seluruh dunia. Yesus tidak datang untuk mengajar kita sopan santun, bagaimana berperilaku baik di meja! Untuk melakukan itu, Ia tidak akan harus turun dari surga dan mati di kayu Salib. Kristus datang untuk menyelamatkan kita, untuk menunjukkan kepada kita jalan, satu-satunya jalan keluar dari pasir apung dosa, dan jalan ini adalah rahmat. Untuk menjadi seorang kudus bukanlah sebuah barang mewah. Hal ini diperlukan untuk keselamatan dunia.

Saudara terkasih para Kardinal, Tuhan Yesus dan Gereja ibu memohon kita untuk bersaksi dengan semangat yang lebih besar dan hasrat untuk jalan-jalan menjadi kudus ini. Persisnya dalam pemberian diri yang lebih besar, dengan bebas menawarkan, itulah kekudusan yang ada pada seorang Kardinal. Kita mengasihi, karena itu, orang-orang yang memusuhi kita; kita memberkati mereka yang berbicara buruk tentang kita; kita menyambut dengan sebuah senyuman mereka yang mungkin tidak layak mendapatkannya. Kita tidak bertujuan untuk menegaskan diri kita; kita menentang arogansi dengan kelemahlembutan; kita melupakan penghinaan yang telah kita alami.

Semoga kita selalu membiarkan diri kita dibimbing oleh Roh Kristus, yang mengorbankan diri-Nya di kayu Salib sehingga kita bisa menjadi saluran-saluran yang melaluinya amal kasih-Nya memungkinkan mengalir. Ini adalah sikap seorang Kardinal, ini adalah bagaimana ia bertindak. Seorang Kardinal memasuki Gereja Roma, bukan sebuah istana. Semoga kita semua terhindar, dan membantu orang lain untuk menghindari, kebiasaan-kebiasaan dan cara-cara bertindak khas sebuah istana : intrik, pergunjingan, geng, favoritisme dan preferensi. Semoga bahasa kita merupakan bahasa Injil : ya ketika kita mengartikan ya; tidak ketika kita mengartikan tidak; semoga sikap kita menjadi sikap Sabda Bahagia, dan cara kita menjadi cara kekudusan.

Roh Kudus juga berbicara kepada kita hari ini melalui kata-kata Santo Paulus : Kamu adalah bait Allah, dan bahwa bait Allah itu ialah kamu (1Kor 3:16-17). Dalam bait ini, yang adalah kita, sebuah liturgi eksistensial sedang dirayakan : liturgi kebaikan, pengampunan, pelayanan; dengan sebuah kata, liturgi kasih. Bait kita ini tercemar jika kita mengabaikan kewajiban-kewajiban kita terhadap sesama kita. Setiap kali yang terkecil dari saudara dan saudari kita menemukan sebuah tempat dalam hati kita, adalah Allah sendiri yang menemukan sebuah tempat di sana. Ketika saudara atau saudari itu mencegah masuk, adalah Allah sendiri yang sedang tidak disambut. Sebuah hati tanpa kasih adalah seperti sebuah gereja yang menjadi tidak kudus, sebuah bangunan yang ditarik dari pelayanan Allah dan diberikan untuk penggunaan lain.

Saudaraku para Kardinal, semoga kita tetap bersatu di dalam Kristus dan di antara diri kita! Saya meminta Anda untuk tetap dekat dengan saya, dengan doa-doa Anda, saran Anda dan bantuan Anda. Dan saya minta Anda semua, para uskup, para imam, para diakon, para biarawan dan biarawati, dan kaum awam, bersama-sama memohon Roh Kudus, agar Dewan Kardinal boleh selalu semakin bergairah dalam amal kasih pastoral dan dipenuhi dengan kekudusan, dalam rangka melayani Injil dan membantu Gereja Kristus memancarkan kasih Kristus di dunia kita.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.