Bacaan
Ekaristi : 2Sam 18:9-10,14b,24-25a,30-19:3; Mrk 5:21-43
Paus Fransiskus
mengatakan Allah juga menangis, seperti seorang ayah yang penuh kasih yang
tidak pernah tidak mengakui anak-anaknya bahkan jika mereka memberontak. Inilah pesan Paus Fransiskus
dalam homilinya pada Misa Selasa pagi 4 Februari 2014 di Casa Santa Marta,
Vatikan. Dalam homilinya Paus Fransiskus mengambil bacaan-bacaan
hari itu (2Sam 18:9-10,14b,24-25a,30-19:3;
Mrk 5:21-43) yang menggambarkan
sosok dua ayah, Raja Daud yang berduka atas kematian anaknya yang memberontak
Absalom dan Yairus, kepala rumah ibadat, yang memohon Yesus untuk menyembuhkan
putrinya. Paus menjelaskan tangisan Daud ketika
mendengar pembunuhan anaknya, meskipun anak ini sedang berperang melawan dia
untuk menaklukkan kerajaan-Nya. Tentara Daud telah menang tetapi
ia tidak tertarik pada kemenangan, ia sedang menunggu anaknya. Ia hanya tertarik pada anaknya! Daud adalah seorang raja, pemimpin
sebuah bangsa tetapi ia juga seorang ayah. Dan karena itu, ketika ia
mendengar berita tentang kematian anaknya, ia gemetar, dan pergi ke ruang atas serta
menangis.
"Sementara ia berjalan pergi,
ia berkata : ‘Anakku, Absalom. Anakku! Anakku, Absalom! Andaikan saja aku telah
mati bukan kamu! Absalom, anakku! Anakku!’. Inilah hati seorang ayah, yang
tidak pernah tidak mengakui anaknya sendiri. ‘Ia seorang bandit, ia seorang musuh.
Tetapi ia adalah anakku!’ dan Daud tidak memungkiri kebapaannya : ia menangis.
Daud menangis dua kali bagi anak-anaknya : Pada kesempatan ini dan lain waktu
ketika anak laki-laki dari perzinahannya hampir mati. Pada kesempatan itu juga,
ia berpuasa dan melakukan silih dengan tujuan menyelamatkan jiwa anak
laki-lakinya. Ia adalah seorang ayah!"
Ayah lainnya adalah kepala rumah
ibadat. Paus mengatakan Yairus adalah orang penting namun dihadapkan dengan
penyakit putrinya, ia tidak malu menyungkurkan dirinya di kaki Yesus: "Anakku
perempuan sedang sakit, hampir mati, datanglah kiranya dan letakkanlah
tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup". Ia tidak malu dan
tidak peduli apa yang orang lain mungkin katakan, karena ia adalah seorang
ayah. Daud dan Yairus adalah dua ayah :
"Bagi mereka, hal yang paling
penting adalah anak laki-laki mereka, anak perempuan mereka! Tidak ada yang
lain. Inilah satu-satunya hal penting! Hal ini membuat kita berpikir tentang
hal pertama yang kita katakan kepada Allah dalam Syahadat : "Aku percaya akan
Allah Bapa ..". Hal ini membuat kita berpikir tentang kebapaan Allah. Tetapi
Allah seperti ini. Allah seperti ini dengan kita! ‘Tetapi, Bapa, Allah tidak
menangis!’. Tetapi ya, Ia melakukannya! Ingatlah Yesus bagaimana Ia menangis
ketika memandang Yerusalem. ‘Yerusalem, Yerusalem! Berapa kali Aku ingin
mengumpulkan anak-anak-Mu, seperti induk ayam yang mengumpulkan anak-anaknya di
bawah sayapnya'. Allah menangis! Yesus telah menangis untuk kita! Dan tangisan
Yesus itu persis seperti seorang Bapa yang menangis, yang ingin semua orang bersama
dia".
Paus Fransiskus menekankan bagaimana
dalam saat-saat sulit, "Bapa kita menanggapi. Kita ingat Ishak, ketika ia
pergi dengan Abraham untuk melakukan pengorbanan : Ishak tidak bodoh, ia
menyadari bahwa ia membawa kayu, api, tetapi tidak ada domba untuk kurban. Ia
terserang dengan kesedihan dalam hatinya! Dan apa yang ia katakan? 'Ayah!'. Dan segera sang ayah menjawab, "Ke sini aku anakku!'. Dengan cara yang sama, Yesus, di
Taman Zaitun, mengatakan "dengan penderitaan dalam hatinya itu : Bapa-Ku, jikalau
sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku". Dan para malaikat datang untuk
memberinya kekuatan!. Begitulah Bapa kita : Ia adalah seorang
Bapa dan seorang Bapa seperti ini!". Seorang ayah seperti orang yang
sedang menunggu anak yang hilang yang pergi dengan semua uangnya, semua
warisannya!. Tetapi ayah sedang menunggunya
setiap hari dan dia "memandangnya dari kejauhan". "Inilah
Allah kita!", Paus mengatakan, dan "kebapaan kita" – bahwa para
ayah dari keluarga-keluarga maupun kebapaan rohani uskup dan imam - harus
seperti ini. Bapa laksana sebuah pengurapan
yang berasal dari anak laki-laki : ia tidak bisa mengerti dirinya sendiri tanpa
anak laki-lakinya! Dan karena alasan ini ia
membutuhkan anaknya, ia sedang menunggunya, ia mengasihinya, ia mencarinya, ia
mengampuninya, ia ingin dirinya dekat kepadanya, sedekat induk ayam yang ingin
anak-anaknya" :
"Mari kita pulang
hari ini dengan dua ikon ini: Daud yang berduka dan yang lainnya, Yairus,
kepala rumah ibadat, yang menyungkurkan dirinya di depan Yesus, tanpa takut
atau malu menjadi bahan tertawaan orang lain. Merupakan anak-anak mereka,
putra dan putri yang penting. Dan dengan dua ikon ini marilah
mengatakan : 'Aku percaya akan Allah Bapa ...'. Dan mari kita mohon kepada Roh
Kudus - karena hanya Dia, Roh Kudus - yang mengajarkan kita untuk mengatakan
"Abba, Bapa". Merupakan sebuah rahmat! - mampu berkata kepada Allah 'Bapa'
dengan hati kita adalah sebuah rahmat Roh Kudus. Mari kita memohon
kepada-Nya bagi hal ini".
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.