Bacaan Ekaristi : Yer 17:5-10; Luk 16:19-31
"Orang yang percaya pada
dirinya sendiri, pada kekayaan atau ideologinya sendiri ditakdirkan bagi ketidakbahagiaan. Orang
yang percaya kepada Tuhan, di sisi lain, menghasilkan buah bahkan pada tahun kering". Itulah
pesan Paus Fransiskus
dalam homilinya selama Misa harian Kamis pagi 20 Maret 2014 di Casa
Santa Marta, Vatikan.
"Terkutuklah orang yang
mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri: : ia akan menjadi “seperti semak bulus
di padang belantara”, dikutuk oleh
kekeringan untuk tinggal tanpa buah dan mati. Paus Fransiskus mengawali
homilinya dengan Bacaan Pertama (Yer 17:5-10) hari itu, yang juga mengatakan bahwa orang yang percaya kepada
Tuhan akan diberkati : "Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air”, yang dalam tahun-tahun kering “tidak berhenti menghasilkan buah”. Hanya dalam Tuhan, Paus Fransiskus mengatakan , keyakinan pasti kita.
Percaya pada orang lain tidak berguna; kepercayaan-kepercayaan seperti
itu "tidak menyelamatkan, mereka tidak memberi kita hidup, mereka tidak memberi
kita sukacita". Dan bahkan jika kita mengetahui hal ini, "kita suka percaya pada diri kita sendiri, percaya pada teman atau
percaya
pada situasi, ataupun pada ideologi yang saya miliki" dan "Tuhan dikesampingkan". Orang seperti itu tertutup dalam dirinya sendiri,
"tanpa cakrawala, tanpa pintu terbuka, tanpa jendela" dan "tidak
akan memiliki keselamatan, ia
tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri". Itulah apa yang terjadi pada orang kaya dalam Injil (Luk 16:19-31), Paus menjelaskan. "Ia memiliki
segalanya, ia mengenakan jubah ungu, ia makan sepanjang hari, pesta-pesta besar". Ia begitu puas, tetapi ia tidak
menyadari bahwa ada seorang miskin "di pintunya .... yang
ditutupi dengan borok". Paus mengatakan bahwa Injil memberikan nama orang miskin tersebut - ia bernama Lazarus - sedangkan orang kaya tidak memiliki nama :
"Ini adalah kemalangan terburuk dari mereka yang percaya
pada diri mereka sendiri atau pada kekuatan [mereka sendiri]; pada kemungkinan-kemungkinan
manusiawi dan bukan
pada Allah : mereka kehilangan
nama [mereka]. Apa nama Anda? Jumlah pada
rekening Anda, pada bank Anda
..... Apa nama Anda? Begitu
banyak rumah, begitu banyak vila,
begitu banyak..... Apa nama Anda? Benda-benda yang kita miliki, berhala-berhala. Dan Anda percaya
pada itu, dan orang ini terkutuk".
"Kita semua memiliki kelemahan ini, kerapuhan ini", kata
Paus, "menempatkan harapan-harapan kita pada diri kita sendiri atau pada teman-teman atau
pada kemungkinan-kemungkinan manusiawi semata, dan kita melupakan
Tuhan. Dan itu membawa kita sepanjang jalan.....
ketidakbahagiaan".
"Hari ini, pada hari Prapaskah ini, kita ada baiknya berrtanya pada diri kita sendiri
: di mana kepercayaan saya? Pada Tuhan? Ataukah saya seorang
kafir, yang mempercayakan pada benda-benda, berhala-berhala yang telah saya buat? Apakah saya masih memiliki sebuah nama ataukah saya telah mulai
kehilangan nama saya dan [mulai] menyebut diri
saya 'aku'? Aku, saya, dengan saya, bagi saya, hanya 'aku'?
Bagi saya, bagi saya.... selalu pemusatan diri itu : 'aku'. Ini tidak akan memberi kita keselamatan".
Tetapi, "pada
akhirnya", kata Paus, "ada sebuah pintu harapan" bagi mereka
yang percaya pada diri mereka sendiri dan "telah kehilangan nama [mereka]":
"Hingga akhir, hingga akhir, hingga akhir selalu ada sebuah kemungkinan. Dan orang ini, ketika ia
menyadari bahwa ia telah kehilangan namanya, ia telah kehilangan segalanya,
segalanya, menengadah dan mengatakan satu kata : 'Bapa’. Dan jawaban Allah satu
kata : 'Nak!'. Jika salah seorang dari kita dalam kehidupan, memiliki begitu banyak
kepercayaan pada manusia dan pada diri kita sendiri, kita akhirnya kehilangan
nama, kehilangan martabat ini, masih ada sebuah kesempatan untuk mengatakan
kata ini yang lebih dari sekedar magis, kata ini lebih, kata ini kuat : 'Bapa’.
Ia selalu menunggu kita untuk membuka sebuah
pintu yang tidak kita lihat dan mengatakan kepada kita : 'Nak'. Mari kita mohon
kepada Tuhan rahmat agar Ia sudi memberikan kepada kita masing-masing
kebijaksanaan memiliki keyakinan hanya pada-Nya - bukan pada benda-benda, bukan pada kuasa-kuasa manusiawi;
hanya pada-Nya".
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.