Bacaan Ekaristi : Ul 30:15-20; Luk 9:22-25
Kerendahan hati,
kelemahlembutan, kemurahan hati : inilah "langgam" Kristiani, sebuah cara
hidup yang bergerak sepanjang jalan salib, seperti yang dilakukan Yesus, dan merupakan
sebuah kehidupan yang mengarah kepada sukacita. Itulah pesan Paus Fransiskus
dalam homilinya pada Misa harian Kamis pagi 6 Maret 2014 di Casa Santa Marta,
Vatikan.
Dalam Injil untuk hari Kamis setelah
Rabu Abu (Luk 9:22-25), Yesus berkata kepada murid-murid-Nya : "Setiap
orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya
setiap hari dan mengikut Aku". Ini, Paus menekankan, merupakan "langgam”
Kristiani, karena pertama-tama dipraktekkan oleh Yesus : "Kita tidak bisa
memikirkan kehidupan Kristiani terpisah dari jalan ini. Selalu ada perjalanan
ini, sebuah perjalanan yang Ia lakukan pertama-tama : perjalanan kerendahan
hati, juga perjalanan kehinaan, perjalanan menyangkal diri, dan kemudian bangkit.
Tetapi ini adalah jalan. Tanpa Salib, “langgam” Kristiani bukanlah Kristiani,
dan jika Salib merupakan sebuah Salib tanpa Yesus, bukanlah Kristiani. “Langgam”
Kristiani membawa Salib bersama Yesus dan berjalan ke depan - tidak tanpa
Salib, tidak tanpa Yesus".
Yesus memberi kita sebuah
contoh, Paus melanjutkan. Meskipun Ia adalah pribadi yang
berada bersama Allah, Ia "menyangkal diri-Nya, dan dijadikan seorang hamba
bagi kita semua" : "Dan “langgam” ini akan menyelamatkan kita, akan
memberi kita sukacita dan menjadikan kita berbuah, karena jalan menyangkal diri
ini ada untuk memberi kita kehidupan,
menentang jalan keegoisan, jalan yang melekat pada semua hal yang baik untuk
diri saya sendiri ... Jalan ini terbuka untuk orang lain, karena jalan - pelepasan
diri - yang diambil Yesus, jalan itu adalah untuk memberikan kehidupan. “Langgam” Kristiani justru merupakan
“langgam” kerendahan hati, “langgam” kelembutan, “langgam” kelemahlembutan ini".
"Karena barangsiapa mau
menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya”, kata Yesus, "karena
jika biji gandum tidak mati, ia tidak dapat berbuah". Ini adalah sebuah sumber
sukacita, Paus mengatakan, "karena Dia sendiri memberi kita sukacita ini. Mengikuti
Yesus merupakan sebuah sumber sukacita, tetapi mengikuti Yesus dalam “langgam”
Yesus, bukan dalam “langgam” dunia. Mengikuti Yesus berarti mengikuti jalan Tuhan,
sejauh seseorang mampu, "memberikan kehidupan kepada orang lain, bukan
memberikan diri sendiri kehidupan. Merupakan semangat kemurahan hati". Keegoisan
kita membuat kita ingin tampil penting di mata orang lain. Paus Fransiskus
menunjuk ke "anjuran baik" yang ditemukan dalam buku Mengikuti Jejak
Kristus : "mengasihi yang tak dikenal dan tak dianggap apa-apa". Ini,
beliau berkata, "merupakan kerendahan hati Kristiani", jenis
kerendahan hati yang dipraktekkan di tempat pertama oleh Yesus : Dan inilah
sukacita kita, dan inilah keberhasilan kita : berjalan bersama Yesus. Sukacita-sukacita
lainnya tidak berbuah, seperti kata Yesus, mereka berpikir hanya untuk
memperoleh seluruh dunia, tetapi pada akhirnya kehilangan dan merusak hidup
mereka. Pada awal Masa Prapaskah, mari kita meminta Tuhan untuk mengajar kita
sedikit “langgam” pelayanan Kristiani ini, “langgam” sukacita, “langgam” pengorbanan
diri, dan “langgam” keberhasilan bersama-Nya ini, sebagaimana dikehendaki-Nya".
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.