Bacaan Ekaristi : Yes 58:1-9a; Mat 9:14-15
Apakah kita malu menjamah tubuh saudara dan saudari
kita yang terluka
atau menderita? Inilah salah satu pertanyaan
kunci yang diajukan oleh Paus Fransiskus selama homilinya pada Misa harian Jumat pagi di
kediaman Santa Marta, Vatikan. Paus menekankan bahwa kehidupan
iman kita berhubungan erat dengan sebuah kehidupan amal dan orang-orang Kristiani yang tidak mempraktekkan keduanya
adalah orang-orang munafik.
Paus Fransiskus mempergunakan homilinya untuk merenungkan peran penting amal dalam kehidupan setiap orang Kristiani. Beliau mengatakan Kekristenan
bukanlah sebuah tempat penyimpanan ketaatan formal bagi orang-orang yang mengenakan
sebuah
penampilan yang baik penuh kepura-puraan untuk menyembunyikan
hati mereka yang kosong akan amal apapun. Kekristenan adalah menunjukkan tubuh Yesus yang membungkuk
tanpa rasa malu di depan siapa pun
yang menderita. Ini berbeda juah dengan orang-orang Farisi yang mengkritik Yesus dan para
murid karena tidak menjalankan perintah untuk berpuasa dan yang sebagai para ahli Hukum mengubah ketaatan akan
perintah-perintah ini ke
dalam sebuah formalitas dan mengubah kehidupan rohani menjadi sebuah etika.
"Menerima dari
Tuhan kita kasih seorang Bapa, menerima
dari Tuhan kita jati diri sebuah umat dan kemudian
mengubahnya ke dalam sebuah etika berarti kita sedang menolak karunia kasih itu. Orang-orang munafik ini adalah orang-orang yang baik. Mereka melakukan semua yang seharusnya mereka lakukan. Mereka tampak baik. Tetapi
mereka adalah para ahli etika tanpa
kebaikan karena mereka telah kehilangan rasa memiliki terhadap sebuah umat! Tuhan kita memberi kita
keselamatan melalui kepemilikan sebuah umat".
Tetapi karenanya Paus lalu mengingatkan, amal atau puasa sejati berarti memutus mata rantai kejahatan, membebaskan yang tertindas, berbagi roti kita dengan yang lapar, membuka rumah-rumah kita bagi para tunawisma dan memberi pakaian bagi yang telanjang.
"Ini adalah
amal atau puasa yang dikehendaki Tuhan kita! Amal yang prihatin dengan
kehidupan saudara kita, yang tidak malu - Yesaya mengatakannya kepada dirinya
sendiri – akan tubuh saudara kita. Kesempurnaan kita, kekudusan kita terkait
dengan umat kita di mana kita dipilih dan menjadi bagian. Tindakan terbesar kekudusan
kita berhubungan dengan tubuh saudara kita dan tubuh Yesus Kristus. Tindakan kekudusan
kita hari ini, di sini di altar bukanlah sebuah puasa yang munafik : bukan
berarti tidak menjadi malu akan tubuh Kristus yang datang ke sini hari ini! Ini
adalah misteri Tubuh dan Darah Kristus. Ini berarti berbagi roti kita dengan yang
lapar, merawat yang sakit, yang sudah tua, orang-orang yang tidak bisa memberi
kita imbalan apa pun : ini merupakan tidak merasa malu akan tubuh!"
Beliau
mengatakan amal (atau puasa) yang paling sulit adalah amal kebaikan seperti
yang dipraktekkan oleh orang Samaria yang baik yang membungkuk kepada orang
yang terluka tidak seperti imam yang bergegas lewat, mungkin karena takut tertular.
Dan ini adalah pertanyaan yang diajukan oleh Gereja saat ini : "Apakah
saya merasa malu akan tubuh saudara dan saudari saya?".
"Ketika saya
memberi sedekah, apakah saya menjatuhkan koin
tanpa menyentuh tangan (orang miskin, pengemis)? Dan jika kebetulan saya menyentuhnya, apakah saya segera menariknya? Ketika saya memberi sedekah, apakah saya melihat ke dalam mata saudara saya, saudari saya? Ketika saya mengetahui seseorang sakit, apakah
saya pergi dan
mengunjungi orang itu? Apakah saya menyapa dia dengan
kasih sayang? Ada sebuah tanda yang mungkin dapat membantu kita, merupakan sebuah pertanyaan : Apakah saya mampu
memberikan sebuah belaian atau sebuah pelukan untuk orang sakit, orang tua, anak-anak, atau apakah saya telah tidak bisa melihat makna
sebuah belaian? Orang-orang munafik ini tidak dapat memberikan sebuah
belaian. Mereka sudah lupa bagaimana
melakukannya ..... Jangan malu akan
tubuh saudara
kita, itu tubuh kita! Kita akan
dihakimi oleh cara kita bersikap terhadap saudara ini, saudari ini".
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.