Liturgical Calendar

PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 5 Maret 2014 : HARI RABU ABU


Bacaan Ekaristi : Yl 2:12-18; 2Kor 5:20-6:2; Mat 6:1-6,16-18

“Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu” (Yoel 2:13). Dengan kata-kata mendalam nabi Yoel ini, liturgi memperkenalkan kita ke dalam Masa Prapaskah hari ini, menunjukkan ciri pertobatan hati dari saat rahmat ini. Panggilan kenabian tersebut merupakan sebuah tantangan bagi kita semua, tanpa kecuali, dan mengingatkan kita bahwa pertobatan bukan sebuah perkara yang dapat dikurangi menjadi bentuk luar atau niat samar-samar, tetapi melibatkan dan mengubah seluruh keberadaan seseorang dari pusat orang itu, dari hati nurani. Kita diajak untuk memulai sebuah perjalanan yang di dalamnya, dalam tentangan rutinitas, kita berusaha  membuka mata dan telinga kita, tetapi terutama hati, melampaui “kebun kecil” kita. Membuka diri seseorang kepada Allah dan kepada orang lain : kita hidup dalam dunia yang semakin dibuat-buat, dalam sebuah budaya "melakukan", [sebuah budaya] "berguna", yang di dalamnya kita mengecualikan Allah dari cakrawala kita bahkan tanpa menyadarinya.


Masa Prapaskah memanggil kita untuk "memberikan diri kita sebuah 'guncangan'", untuk mengingat bahwa kita adalah ciptaan, bahwa kita bukan Allah. Kita menjalankan resiko menutup diri kita bagi orang lain juga : kita beresiko melupakan mereka, juga - tetapi hanya ketika kesulitan-kesulitan dan penderitaan-penderitaan saudara-saudara kita menantang kita, barulah kita bisa memulai perjalanan pertobatan kita menuju Paskah. Merupakan sebuah perjalanan yang mencakup salib dan pengorbanan. Injil hari ini menunjukkan unsur-unsur perjalanan rohani ini : doa, puasa dan sedekah (bdk. Mat 6:1-6.16-18). Ketiganya melibatkan kebutuhan tidak didominasi oleh penampilan lahiriah : penampilan lahiriah tidak penting - juga nilai kehidupan tidak tergantung pada persetujuan orang lain atau pada keberhasilan, tetapi dari berapa banyak kita memiliki di dalam.

Unsur pertama adalah doa. Doa adalah kekuatan orang Kristiani dan kekuatan setiap orang percaya. Dalam kelemahan dan kerapuhan hidup kita, kita dapat berpaling kepada Allah dengan keyakinan anak-anak dan masuk ke dalam persekutuan dengan-Nya. Dalam menghadapi begitu banyak luka yang menyakiti kita dan yang dapat mengeraskan hati, kita dipanggil untuk menyelam ke dalam lautan doa, yang merupakan lautan kasih Allah yang tak terbatas, untuk menikmati kelembutannya. Masa Prapaskah adalah sebuah saat doa, sebuah doa yang lebih intens, lebih tekun, [orang] lebih mampu peduli kebutuhan saudara-saudara, berdoa di hadapan Allah untuk berbagai situasi kemiskinan dan penderitaan.

Unsur kedua perjalanan Prapaskah adalah berpuasa. Kita harus berhati-hati untuk tidak membuat sebuah puasa formalitas, atau puasa yang dalam kebenaran "memenuhi" kita karena membuat kita merasa seolah-olah kita memiliki semua sepatutnya. Berpuasa masuk akal jika itu benar-benar mempengaruhi keamanan kita, dan juga jika sebuah manfaat bagi orang lain berasal darinya, jika itu membantu kita tumbuh dalam semangat Orang Samaria yang Baik, yang merendahkan diri bagi saudaranya yang membutuhkan dan merawatnya. Puasa melibatkan memilih sebuah kehidupan apa adanya, yang tidak membuang-buang, yang tidak "mencampakkan". Berpuasa membantu kita untuk melatih hati kepada hakikat dan berbagi. Ini adalah sebuah tanda kesadaran dan tanggung jawab dalam menghadapi ketidakadilan, pelanggaran, terutama terhadap kaum miskin dan orang-orang kecil, dan merupakan sebuah tanda kepercayaan kita kepada Allah dan penyelenggaraan-Nya.

Unsur ketiga adalah sedekah : merupakan sebuah tanda kecuma-cumaan karena sedekah diberikan kepada seseorang yang Anda tidak akan harapkan untuk menerima imbalan apa pun. kecuma-cumaan harus menjadi salah satu ciri seorang Kristiani, yang, sadar telah menerima segala sesuatu dari Allah secara cuma-cuma, yakni tanpa jasa apapun, belajar memberi kepada orang lain secara cuma-cuma. Hari ini sering kecuma-cumaan bukan merupakan bagian kehidupan sehari-hari, di mana segalanya dibeli dan dijual. Segalanya merupakan perhitungan dan pengukuran. Sedekah membantu kita untuk menjalani kecuma-cumaan karunia, yaitu kebebasan dari obsesi dengan memiliki benda-benda, [kebebasan dari] rasa takut kehilangan apa yang dimiliki, dari kesedihan mereka yang tidak ingin berbagi kesejahteraan mereka dengan orang lain. Dengan panggilannya kepada pertobatan, Masa Prapaskah datang memberi rahmat untuk membangunkan kita, mengguncang kita dari mati suri kita, dari resiko bergerak maju [hanya] dengan kelembaman. Seruan yang Tuhan katakan kepada kita melalui nabi Yoel lantang dan jelas : "Berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu (Yoel 2:12). Mengapa kita harus kembali kepada Allah? Karena ada sesuatu yang salah dalam diri kita, dalam masyarakat, dalam Gereja - dan kita perlu berubah, membalikkan keadaan, bertobat! Sekali lagi Masa Prapaskah datang untuk membuat seruan kenabiannya, mengingatkan kita bahwa adalah mungkin mewujudkan sesuatu yang baru dalam diri kita dan di sekitar kita, hanya karena Allah setia, terus menerus penuh kebaikan dan belas kasih, dan selalu siap untuk mengampuni dan memulai kembali dari awal. Dengan keyakinan mengabdi ini, mari kita berangkat pada perjalanan kita!

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.