Bacaan
Ekaristi : Kis 11:19-26; Yoh 10:22-30
Paus Fransiskus
mencatat bahwa orang-orang ini tidak mengatakan : "Mari pertama-tama kita
pergi kepada orang-orang Yahudi, kemudian orang-orang Yunani, kemudian
orang-orang kafir, kemudian semua orang. Tidak! Mereka membiarkan diri mereka
dibawa oleh Roh Kudus! Mereka taat kepada Roh Kudus”. Dan kemudian, beliau
berkata, “satu hal menyebabkan yang lain" dan "mereka akhirnya
membuka pintu bagi semua orang : bagi orang-orang kafir, yang dianggap najis
dalam mentalitas waktu itu ... mereka membuka pintu bagi semua orang".
Ini, beliau menekankan, "adalah kelompok orang
yang pertama, orang-orang
yang taat
kepada Roh
Kudus". Kadang-kadang, beliau menambahkan, "Roh Kudus mendesak kita untuk melakukan hal-hal yang berani, seperti
ketika menggerakkan Filipus untuk
pergi dan membaptis" Sida-sida Etiopia, atau "bagaimana Ia mendorong Petrus untuk pergi dan membaptis Kornelius".
"Saat-saat lain, Roh Kudus menuntun kita dengan lembut dan keutamaan adalah dalam membiarkan diri kita dibawa oleh Roh Kudus, bukan dalam menolak Roh Kudus, dalam
ketaatan
kepada Roh Kudus. Dan Roh Kudus berkarya dalam Gereja hari ini, sedang bertindak dalam hidup kita hari ini. Beberapa
orang dari Anda mungkin mengatakan : ‘Saya belum pernah melihat-Nya!'. Tetapi memberi perhatian kepada apa yang terjadi, kepada apa yang terlintas dalam
pikiran Anda,
kepada apa yang datang dalam hati Anda. Hal-hal yang baikkah?
Roh Kuduslah yang mengundang Anda untuk mengambil jalan itu. Dibutuhkan ketaatan! Ketaatan kepada Roh Kudus".
Kelompok kedua yang disajikan kepada
kita dalam
bacaan-bacaan hari itu (Kis 11:19-26; Yoh
10:22-30) adalah "kaum intelektual, yang datang kepada Yesus di Bait Allah : mereka
adalah para ahli hukum".
Yesus, Paus mencatat, selalu memiliki masalah dengan mereka, "karena mereka tidak pernah sampai pada pemahaman : mereka selalu kembali ke titik yang sama, karena mereka percaya bahwa agama adalah soal pikiran, soal hukum". Mereka melihatnya sebagai sebuah pertanyaan "pemenuhan perintah-perintah dan tidak lebih. Mereka bahkan tidak dapat membayangkan keberadaan Roh Kudus". Mereka mempertanyakan Yesus, "mereka ingin berdebat. Semuanya adalah tentang pemikiran, kecerdasan". "Orang-orang ini tidak punya hati - beliau menambahkan - tidak ada kasih atau keelokkan, tidak ada keselarasan". Orang-orang ini "hanya menginginkan penjelasan-penjelasan".
"Dan Anda memberi mereka penjelasan-penjelasan mereka dan, tidak meyakinkan, mereka kembali dengan lebih banyak
pertanyaan. Inilah
cara mereka: mereka
berputar-putar ... Ketika mereka berputar di sekitar Yesus sepanjang hidup-Nya, hingga saat di mana mereka mampu membawa-Nya dan membunuh-Nya! Orang-orang ini tidak membuka hati mereka kepada Roh Kudus! Mereka percaya bahwa hal-hal Allah dapat dipahami hanya dengan otak, dengan gagasan-gagasan, dengan gagasan-gagasan mereka sendiri. Mereka bangga. Mereka pikir mereka tahu segalanya. Dan apa yang tidak sesuai dengan kecerdasan mereka tidaklah benar. Engkau dapat membangkitkan orang mati di depan mereka, tetapi mereka tidak percaya".
Yesus "melangkah lebih jauh" dan mengatakan "sesuatu yang sangat kuat" : "Kamu tidak percaya, karena
kamu tidak termasuk domba-Ku. Kamu tidak percaya, karena kamu bukan termasuk umat Israel. Kamu telah meninggalkan umat
tersebut. Kamu
berada dalam kebangsawanan intelektual”. Sikap ini, beliau memperingatkan, "menutup hati. Mereka telah menolak umat mereka sendiri".
"Orang-orang ini telah menjadi terpisah dari umat Allah dan karena itu tidak bisa percaya. Iman adalah sebuah karunia dari Allah! Tetapi iman datang jika Anda berada dalam umat-Nya, jika Anda
berada, sekarang juga, dalam Gereja, jika Anda dibantu oleh sakramen-sakramen, saudara dan saudari, oleh majelis, jika Anda percaya
bahwa Gereja
ini adalah umat Allah. Orang-orang
ini telah menjauhkan diri
mereka, mereka tidak percaya pada umat Allah, mereka hanya percaya pada hal-hal mereka sendiri, dan dengan demikian membangun sebuah sistem perintah
menyeluruh yang mengenyahkan
orang-orang : mereka mengenyahkan orang-orang dan tidak akan membiarkan mereka datang ke dalam
Gereja, umat Allah.
Mereka tidak bisa percaya.
Ini adalah dosa menolak Roh Kudus".
Paus Fransiskus mengakhiri dengan mengatakan ada "dua kelompok orang" : mereka
adalah yang "orang-orang yang lembut, yang manis, rendah hati, terbuka bagi Roh Kudus", dan lainnya "bangga, terlalu
percaya diri, terpisah dari orang-orang, para bangsawanan intelektual, yang menutup pintu mereka dan menolak Roh Kudus ".
"Ini bukan hanya keras kepala", beliau
berkata, "lebih dari itu : memiliki hati yang keras. Dan ini lebih berbahaya!". "Mari kita memohonkan
kepada Tuhan rahmat kepatuhan kepada Roh Kudus untuk bergerak maju dalam hidup, menjadi kreatif, bersukacita, karena orang-orang lain tidak bersukacita". Ketika "ada banyak keseriusan, Roh Allah tiada", beliau
berkata. Oleh karena itu, kita
memohonkan "rahmat kepatuhan dan agar Roh Kudus sudi
membantu kita untuk mempertahankan diri kita dari roh jahat terlalu percaya diri, kebanggaan, keangkuhan, ketertutupan hati bagi Roh Kudus".
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.