Bacaan
Ekaristi : Kis 15:7-21; Yoh 15:9-11
Orang Kristiani yang sehat adalah orang Kristiani yang penuh sukacita, bahkan di saat-saat kesedihan dan kesusahan.
Inilah permenungan Paus Fransiskus
selama homilinya dalam Misa
harian
Kamis pagi 22 Mei 2014 di Casa Santa Marta,
Vatikan. Selama
homilinya Paus Fransiskus
kembali ke salah satu tema berulang
masa kepausannya sampai saat ini - tidak ada halnya
orang Kristiani yang sedih - menekankan bahwa Roh Kuduslah yang mengajarkan kita untuk mengasihi dan memenuhi kita dengan sukacita.
Paus Fransiskus mengawali dengan mencatat bahwa sebelum pergi ke Surga Yesus berbicara
tentang banyak hal, tetapi merenungkan tiga kata kunci : "Damai sejahtera, kasih dan sukacita". Mengenai damai sejahtera "Ia mengatakan kepada kita bahwa Ia tidak memberi kita damai sejahtera, dengan cara yang sama
seperti yang
diberikan dunia kepada kita". Sebaliknya, Ia memberi kita "suatu damai sejahtera selama-lamanya".
Mengenai kasih, Yesus sering mengatakan "perintah itu adalah kasihilah Allah dan kasihilah sesamamu manusia". Paus Fransiskus mencatat
bahwa dalam Matius 25, Yesus hampir-hampir membuat "sebuah protokoler", "yang padanya kita semua akan dihakimi". Kemudian beralih ke Injil hari itu (Yoh 15:9-11), Paus Fransiskus menambahkan bahwa di dalamnya, "Yesus mengatakan sesuatu yang baru tentang kasih : ‘Jangan hanya kasih, tetapi tinggallah dalam kasih-Ku'".
"Inilah panggilan Kristiani : tinggallah dalam kasih Allah, yaitu, hiruplah, hiduplah dari oksigen itu, hiduplah dari udara itu. Tinggallah dalam kasih Allah. Dan dengan ini, Ia merangkum kedalaman wacana-Nya tentang kasih dan berjalanlah
terus. Dan seperti apalah kasih-Nya? ‘Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah Aku mengasihi kamu'. Merupakan kasih yang berasal dari Bapa. Hubungan mengasihi antara Ia dan Bapa juga merupakan hubungan kasih antara Ia dan kita. Ia meminta kita tinggal dalam kasih ini, yang berasal dari Bapa".
Paus Fransiskus melanjutkan : "Ia memberi kita suatu damai sejahtera yang bukan dari dunia.
Suatu kasih yang bukan dari dunia, yang berasal dari Bapa". Kemudian Paus Fransiskus berfokus pada desakan Kristus : "Tinggallah di dalam kasih-Ku". Tanda bahwa kita "tinggal dalam kasih
Yesus", beliau menekankan, "adalah memelihara perintah-perintah
Allah". Tidaklah cukup hanya mengikuti perintah-perintah
tersebut. "Ketika kita tinggal di dalam
kasih", beliau
berkata, "Perintah-perintah Allah mengikuti dengan
sendirinya, demi kasih". Kasih, beliau menegaskan, "menuntun kita secara alamiah memenuhi Perintah-perintah
Allah. Akar kasih mekar dalam Perintah-perintah Allah". Dan ini adalah benang merah dalam sebuah rantai : "Bapa, Yesus, dan kita".
Paus
Fransiskus kemudian mengalihkan
perhatiannya kepada sukacita, yang beliau gambarkan sebagai "tanda" seorang
Kristiani. "Seorang Kristiani tanpa sukacita bukanlah seorang Kristiani atau ia sakit", kata Paus
Fransiskus. "Tidak ada jenis lain! Ia tidak melakukan dengan baik kebijaksanaan yang sehat! Seorang Kristiani yang sehat adalah seorang Kristiani yang penuh sukacita. Saya pernah mengatakan bahwa ada orang-orang Kristiani dengan muka masam... Selalu dengan muka [lama] ini! Beberapa jiwa juga seperti ini, ini buruk! Ini bukan orang-orang Kristiani. Seorang Kristiani tanpa sukacita bukanlah
orang Kristiani. Sukacita bak meterai seorang Kristiani. Bahkan dalam kepedihan, penderitaan, bahkan dalam penganiayaan".
Paus Fransiskus mengingatkan bahwa orang-orang akan mengatakan tentang para martir awal bahwa mereka pergi ke arah "kemartiran seolah-olah akan
pergi ke sebuah pesta pernikahan". Inilah sukacita seorang Kristiani, beliau berkata, "yang melindungi damai sejahtera dan melindungi
kasih". Damai sejahtera, kasih dan sukacita, "tiga kata yang ditinggalkan Yesus bagi kita". Siapa yang memberi kita damai sejahtera ini, kasih ini? Paus Fransiskus bertanya, "Siapa yang memberi kita sukacita?”. Roh Kudus!".
Roh Kudus adalah "keterlupaan besar dalam hidup kita! Saya ingin bertanya kepada Anda - tetapi saya tidak akan, eh! – bertanya kepada Anda : berapa banyak dari Anda berdoa kepada Roh Kudus? Jangan mengangkat tangan Anda ... Ia adalah keterlupaan besar, keterlupaan besar! Dan Ia adalah karunia, karunia yang memberi kita damai sejahtera, yang mengajarkan kita mengasihi dan memenuhi kita dengan sukacita. Dalam doa kita mohon kepada Tuhan : ‘Jagalah karunia-Mu'. Kita mohon rahmat agar Tuhan menjaga Roh Kudus dalam diri kita. Semoga Tuhan memberi kita rahmat ini untuk selalu menjaga Roh Kudus di dalam diri kita, Roh Kudus yang mengajarkan kita mengasihi, memenuhi kita dengan sukacita, dan memberi kita damai sejahtera".
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.