Bacaan
Ekaristi : 1 Raj 18:41-46; Mat 5:20-26
Dalam
homilinya pada Misa harian Kamis pagi 12 Juni 2014 di kapel kediaman Santa Marta, Vatikan, Paus Fransiskus mengatakan bahwa Tuhan kita mengajarkan kita tiga kriteria untuk mengatasi konflik : realisme, perpaduan, dan semangat persaudaraan yang berakar pada keputraan.
Bagaimana seharusnya kita saling mengasihi, menurut Yesus? Ini adalah pertanyaan yang di sekitarnya Bapa Suci mengembangkan permenungannya. Permenungan Bapa Suci mengacu pada Bacaan
Injil hari itu (Mat 5:20-26)
yang menceritakan percakapan Tuhan dengan murid-murid-Nya tentang kasih persaudaraan. Paus Fransiskus mengamati bahwa Yesus mengatakan kepada
kita bahwa kita harus mengasihi sesama
kita, tetapi bukan menurut cara orang-orang Farisi, yang tidak terpadu
dan "digunakan untuk membingungkan pikiran melalui asap dan cermin [Italia : facevano tante sfumature di idee
(mereka begitu banyak nuansa gagasan)] karena mereka
adalah para ideolog". Sikap mereka, beliau mencatat, "bukan kasih", tetapi "ketidakpedulian terhadap sesamanya". Yesus, kata Paus Fransiskus, "memberi kita tiga kriteria" : "Pertama, kriteria realisme: kriteria realisme yang masuk akal. Jika Anda memiliki sesuatu terhadap orang lain dan Anda tidak bisa membetulkan, mencari suatu [kompromi] solusi - setidaknya - hanya [menemukan sebuah cara] bergaul dengan musuh Anda saat Anda sedang berada di jalan. Ini tidak akan ideal, tetapi sebuah kesepakatan dengan kompromi adalah sebuah hal yang baik. Itulah realisme".
"Upaya untuk mencapai sebuah pengaturan" adalah suatu hal yang baik, beliau menambahkan, meskipun ada orang-orang, yang berpendapat bahwa itu adalah
"sesuatu yang agak terlalu vulgar". Untuk menyelamatkan banyak hal, pada kenyataannya, "orang harus membuat sebuah kesepakatan - dan orang mengambil sebuah langkah, orang yang lain mengambil langkah lain dan setidaknya
ada perdamaian : sebuah perdamaian yang sangat tidak sempurna, tetapi [meskipun demikian] sebuah kesepakatan damai". Yesus, beliau menambahkan, "juga mengatakan ini, [memuji] kemampuan membuat kesepakatan-kesepakatan di antara diri kita sendiri
dan mengatasi sikap ‘lebih suci daripada
engkau’ (Italia : giustizia) dari orang-orang Farisi, para ahli
Taurat, orang-orang tersebut". Kita menghadapi banyak
situasi sulit dalam hidup, dan, "sementara kita berada di jalan, kita membuat
kompromi-kompromi ... dan
dengan cara ini kita berhenti membenci dan berselisih di antara kita". Bapa Suci melanjutkan dengan memperingatkan bahwa
"berbicara buruk
tentang seseorang adalah membunuh orang lain itu, karena tindakan ini berakar seluruhnya dalam kebencian yang sama".
Itu adalah "membunuh"-nya dalam "suatu cara yang berbeda : dengan
pergunjingan, dengan fitnah, dengan penistaan. Yesus memperingatkan kita : "Orang yang
menyebut saudaranya bodoh sedang membunuh saudaranya, karena tindakan ini berakar dalam kebencian" : "Di zaman kita, kita berpikir bahwa 'tidak membunuh saudara
kita' hanya berarti tidak benar-benar membunuhnya - tetapi bukan - tidak membunuh saudara kita berarti [sesungguhnya] tidak menghinanya. Penghinaan berasal dari akar kejahatan
yang sama : kebencian. Jika Anda tidak membenci dan Anda tidak akan membunuh musuh Anda, saudara Anda, maka janganlah menghinanya
juga. Namun demikian, sebuah kebiasaan umum di antara kita adalah mencari hal-hal untuk menemukan penghinaan. Ada [juga] orang-orang, yang, dalam kebencian mereka, mengungkapkan kebencian mereka melalui penghinaan dengan perkembangan
yang luar biasa - dan yang menyakitkan. Menegur, menghina - jangan - mari kita bersikap realistis : kriteria realisme; kriteria perpaduan. Jangan membunuh, jangan menghina".
Kriteria ketiga yang diberikan Yesus kepada
kita, kata Paus Fransiskus, "adalah sebuah kriteria persaudaraan yang berakar pada keputraan". Beliau melanjutkan dengan mengatakan, "Jika kita harus
tidak membunuh saudara kita, itu karena ia saudara kita, yaitu, karena kita memiliki Bapa yang sama. Saya tidak bisa pergi kepada Bapa jika saya tidak memiliki kedamaian dengan saudara saya". Bapa Suci mendesak umat beriman, dan berkata, "Jangan bicara kepada Bapa jika kamu tidak berdamai dengan saudaramu - jika kamu tidak memiliki setidaknya sebuah kesepakatan berkompromi” : "Jangan bicara
kepada Bapa tanpa berdamai dengan saudaramu. Tiga
kriteria : kriteria realisme; kriteria perpaduan, yang berarti tidak membunuh dan bahkan tidak menghina,
karena mereka yang menghina membunuh; dan sebuah kriteria persaudaraan
yang
berakar pada keputraan. Orang tidak dapat berbicara
kepada Bapa jika orang tersebut bahkan tidak bisa
berbicara dengan saudaranya - dan ini berarti
mengatasi sikap “lebih suci dari enkau” ahli-ahli Taurat dan
orang-orang Farisi. Program ini tidak mudah, bukan? Padahal, itu adalah cara yang
Yesus katakan kepada kita untuk
terus dijalani. Mari kita mohon kepada-Nya rahmat untuk bergerak maju dalam perdamaian di antara kita sendiri, dengan kompromi-kompromi, dan selalu dengan perpaduan dan dalam semangat
persaudaraan yang berakar pada keputraan".
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.