Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 9 Juni 2014 : SABDA BAHAGIA, SUATU PROGRAM PRAKTIS BAGI KEKUDUSAN


Bacaan Ekaristi : 1 Raj 17:1-6; Mat 5:1-12

Dalam Misa harian Senin pagi 9 Juni 2014 di Casa Santa Marta, Vatikan, Paus Fransiskus memusatkan homilinya pada Sabda Bahagia. Beliau mengatakan Sabda Bahagia menjabarkan suatu program untuk kehidupan Kristiani. Dalam Misa yang berlangsung satu hari setelah pertemuan bersejarah bagi perdamaian antara Presiden Israel Shimon Peres dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas di Vatikan, beliau menyerukan perlunya keteguhan akan kelemahlembutan untuk mengalahkan kebencian.

Berkaca pada bacaan Injil hari itu (Mat 5:1-12) yang berpusat pada Sabda Bahagia, Paus Fransiskus menggambarkan Sabda Bahagia tersebut sebagai suatu "program", "kartu jatidiri seorang Kristiani". Jika Anda bertanya pada diri Anda sendiri bagaimana menjadi seorang Kristiani yang baik, di sinilah Anda dapat menemukan jawaban Yesus, sebuah jawaban beliau berkata - yang menunjuk pada sebuah sikap yang saat ini sangat melawan arus : Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah. Kekayaan Paus Fransiskus menunjukkan - tidak memberikan jaminan, pada kenyataannya - beliau melanjutkan - ketika hati kaya dan berpuas diri, ia tidak memiliki tempat bagi Sabda Allah : "Berbahagialah orang yang berdukacita karena mereka akan dihibur".

Dunia mengatakan kepada kita bahwa kebahagiaan, sukacita dan hiburan adalah hal-hal terbaik dalam hidup. Dan itu tampaknya jalan lain ketika ada masalah penyakit atau penderitaan dalam keluarga. Dunia tidak ingin menderita, ia lebih suka mengabaikan situasi-situasi yang menyakitkan, menyelimuti mereka. Hanya orang yang melihat segala sesuatu sebagaimana adanya, dan yang hatinya berdukacita, akan berbahagia dan akan dihibur. Berkat penghiburan Yesus, bukan berkat dunia. Berbahagialah orang yang lemah lembut dalam dunia ini yang dipenuhi dengan peperangan, percekcokan, kebencian. Dan Yesus berkata : jangan ada peperangan, jangan ada kebencian. Kedamaian dan kelemahlembutan".

Paus Fransiskus lalu mengatakan "jika Anda lemah lembut dalam kehidupan, orang akan berpikir Anda tidak pintar". Biarkan mereka memikirkan itu beliau berkata - "tetapi Anda lemah lembut karena dengan kelemahlembutan ini Anda akan memiliki bumi". "Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran". Sangat mudahlah - Paus mengamati - menjadi bagian dari orang korup dan mengacu "pendekatan harian 'do ut des'. Semuanya adalah bisnis". Berapa banyak ketidakadilan yang disebabkan pendekatan itu beliau mencatat - dan berapa banyak orang menderita oleh karena ketidakadilan. Dan Yesus berkata : "Berbahagialah mereka yang berjuang melawan ketidakadilan. Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan". Orang yang murah hatinya - Paus Fransiskus mengatakan - "orang yang mengampuni dan memahami kesalahan orang lain". Yesus - beliau menunjukkan - tidak mengatakan "berbahagialah orang yang membalas dendam".

"Berbahagialah mereka yang mengampuni, yang murah hati. Karena kita semua adalah bagian dari sepasukan orang-orang yang sudah diampuni! Kita semua telah diampuni. Itulah sebabnya orang yang berbahagia adalah orang yang mengambil jalan pengampunan ini. Orang yang berbahagia adalah orang yang suci hatinya, mereka yang memiliki hati yang sederhana, yang murni tanpa kotoran, hati yang tahu bagaimana mengasihi dengan kemurnian. Orang yang berbahagia adalah para pembuat perdamaian. Tetapi menjadi para pembuat peperangan atau para pelaku kejahatan kesalahpahaman begitu umum di antara kita! Ketika saya mendengar sesuatu dari seseorang, dan saya pergi dan mengatakannya kepada orang lain dalam satu detik, melapangkan, terbitnya... dunia pergunjingan. Orang-orang yang bergunjing, yang tidak membuat perdamaian, adalah musuh-musuh perdamaian. Mereka tidak berbahagia".

"Orang yang berbahagialah adalah mereka yang dianiaya oleh sebab kebenaran". Berapa banyak orang - Paus Fransiskus mengatakan - telah dianiaya, "dan terus dianiaya hanya karena telah berjuang untuk keadilan". Dan mengingatkan kembali Sabda Bahagia, Paus Fransiskus mengatakan bahwa Sabda Bahagia tersebut mewakili "suatu program bagi kehidupan yang ditawarkan kepada kita oleh Yesus" : "Begitu sederhana namun begitu sulit". Dan beliau berkata : "jika kita sedang mencari lebih banyak, Yesus memberi kita petunjuk-petunjuk lain" seperti yang tertulis dalam Injil Matius, bab 25 : "Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku". Dengan dua hal ini - Sabda Bahagia dan Matius bab 25 - "orang dapat menjalani suatu kehidupan Kristiani, yang kudus".

"Sedikit kata-kata, kata-kata sederhana, namun praktis bagi semua orang. Karena Kekristenan adalah sebuah agama praktis : tidak hanya dibayangkan, harus dipraktekkan. Jika Anda memiliki beberapa saat di rumah hari ini, ambillah Injil, Injil Matius, bab lima. Pada permulaannya ada Sabda Bahagia; sisanya dalam bab 25. Dan akan ada baiknya Anda membaca keduanya sekali, dua kali, tiga kali. Bacalah program bagi kekudusan ini. Semoga Tuhan memberi kita rahmat untuk memahami pesan-Nya".

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.