Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 13 Juni 2014 : ALLAH MEMPERSIAPKAN KITA UNTUK MENYELESAIKAN PERUTUSAN KITA

Bacaan Ekaristi : 1 Raj 19:9a,11-16; Mat 5:27-32

Ketika Tuhan ingin mempercayakan sebuah perutusan kepada kita, "Ia mempersiapkan kita" untuk melakukannya dengan baik. Dan tanggapan kita harus didasarkan pada doa dan kesetiaan. Itulah dorongan utama homili Paus Fransiskus dalam Misa harian Jumat pagi 13 Juni 2014 di Casa Santa Marta, Vatikan.

Dapatlah terjadi ketika suatu hari kita berani melawan penyembahan berhala dalam pelayanan akan Allah, dan setelah itu kita menjadi tertekan ke titik di mana kita ingin mati karena seseorang, dalam perjalanan perutusan kita, telah menakutkan kita. Dan akan selalu, terserah pada Allah untuk menyeimbangkan kedua perbedaan besar kekuatan dan kerapuhan manusia tersebut, selama kita setia kepada-Nya. Itulah apa yang kita lihat dalam kisah Nabi Elia, yang dilukiskan dalam Kitab Pertama Raja-raja (19:9a,11-16). Dalam homilinya, Paus Fransiskus mengambil kisah ini sebagai sebuah model pengalaman setiap orang beriman. Perikop bacaan liturgi yang terkenal tersebut memperlihatkan Elia di Gunung Horeb menerima ajakan keluar dari gua untuk melihat kehadiran Tuhan. Ketika Tuhan lalu, ada suatu angin kencang, gempa bumi, dan api, satu demi satu - tetapi Tuhan tidak hadir dalam salah satu dari mereka. Lalu ada suatu angin sepoi-sepoi basa ... dan dalam angin tersebut, Paus Fransiskus mengingatkan, Elia mengenali kehadiran Tuhan : "Tetapi tidak ada Tuhan dalam angin, gempa bumi, api, tetapi dalam bisikan angin sepoi-sepoi basa tersebut, dalam damai, atau, seperti kata-kata aslinya, - benar-benar asli, sebuah ungkapan yang indah - yang mengatakan : 'Tuhan berada dalam sebuah benang suara keheningan' [un filo di silenzio sonoro]. Itu nampaknya menjadi sebuah kontradiksi : Ia berada dalam benang suara keheningan tersebut. Elia tahu bagaimana membedakan di mana Tuhan berada, dan Tuhan mempersiapkannya dengan karunia pemahaman. Dan kemudian Ia memberinya perutusan".



Perutusan yang dipercayakan Allah kepada Elia adalah untuk mengurapi raja baru Israel dan nabi baru yang dipanggil untuk menggantikan Elia sendiri. Paus Fransiskus menarik perhatian khususnya pada kegentingan dan kepekaan kebapaan yang bersamanya tugas ini dipercayakan kepada seseorang yang, mampu kuat dan semangat dalam satu saat tertentu, sekarang tampak menyerah. "Tuhan", kata Paus Fransiskus, "mempersiapkan jiwa, mempersiapkan hati, dan Ia mempersiapkannya dalam pencobaan, Ia mempersiapkannya dalam ketaatan, Ia mempersiapkannya dalam ketekunan" : "Ketika Tuhan ingin memberi kita sebuah perutusan, ingin memberikan kita sebuah tugas, Ia mempersiapkan kita. Ia mempersiapkan kita untuk melakukannya dengan baik, sebagaimana Ia mempersiapkan Elia. Dan bagian yang paling penting dari hal ini bukan karena ia telah bertemu Tuhan : bukan, bukan, ini cukup baik. Apa yang penting adalah seluruh perjalanan yang olehnya kita sampai pada perutusan yang dipercayakan Tuhan kepada kita. Dan ini adalah perbedaan antara perutusan kerasulan yang diberikan kepada kita oleh Tuhan, dan sebuah tugas umum : 'Ah, Anda harus menyelesaikan tugas ini, Anda harus melakukan ini atau itu ...' sebuah tugas yang manusiawi, jujur, baik ... [Tetapi] ketika Tuhan memberi sebuah perutusan, Ia selalu telah memasukkan kita ke dalam sebuah proses, sebuah proses pemurnian, sebuah proses pemahaman, sebuah proses ketaatan, sebuah proses doa".

Dan "kesetiaan kepada proses ini", Paus Fransiskus melanjutkan, terdiri dari "membiarkan diri kita dipimpin oleh Tuhan". Dalam hal ini, dengan bantuan Allah Elia mengatasi rasa takut dalam dirinya dikobarkan oleh Ratu Izebel, yang telah mengancam membunuhnya : "Ratu ini adalah seorang ratu yang jahat, dan ia membunuh musuh-musuhnya. Dan Elia takut. Tetapi Tuhan lebih berkuasa. Tetapi itu membuatnya mengerti bahwa mereka, yang agung dan baik, juga memerlukan bantuan Tuhan dan persiapan untuk perutusan tersebut. Kita melihat ini : ia berjalan, taat, menderita, memahami, berdoa ... ia menemukan Tuhan. Semoga Tuhan memberi kita rahmat membiarkan diri kita untuk mempersiapkan setiap hari jalan hidup kita, sehingga kita dapat menjadi saksi bagi penyelamatan Yesus".

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.