Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 20 Juni 2014 : HATI-HATILAH TERHADAP DAYA TARIK HARTA DUNIAWI


Bacaan Ekaristi : 2Raj 11:1-4,9-18; Mat 6:19-23


Dalam homilinya selama Misa harian Jumat pagi 20 Juni 2014 di Casa Santa Marta, Vatikan, Paus Fransiskus mengatakan bahwa umat beriman hanya akan memiliki kebahagiaan sejati ketika mereka mengumpulkan harta rohani ketimbang harta duniawi. Beliau menggema homilinya dalam Misa Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus 19 Juni 2014 dengan menegaskan bahwa hal-hal dunia ini tidak akan membawa kebahagiaan, karena mereka berakhir dan membusuk, dan meninggalkan setia dengan apa-apa dari nilai sebenarnya.

Bapa Suci merenungkan Bacaan Injil hari itu (Mat 6:19-23), yang di dalamnya Yesus memperingatkan murid-murid-Nya untuk tidak menyimpan harta duniawi bagi diri mereka sendiri, dengan mengatakan : "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi, di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga ....  Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada". "Di sinilah pesan Yesus : 'jika hartamu berada dalam kekayaan, dalam kesombongan, dalam kekuasaan, dalam kebanggaan, hati Anda tertambat di sana! Hati Anda akan diperbudak oleh kekayaan, kesombongan, kebanggaan", lanjut Paus Fransiskus.

Ini adalah "sebuah nasihat bijaksana", kata Paus Fransiskus. Beliau mencatat bahwa ketika Kristus berbicara tentang harta duniawi ada "tiga yang terutama", dan Yesus "selalu kembali ke tema yang sama". Paus Fransiskus memperingatkan terhadap tiga unsur tersebut, yaitu: uang, kesombongan dan kekuasaan. Yesus meminta kita untuk menjaga hati kita bebas dari unsur-unsur yang tidak perlu ini karena unsur-unsur tersebut membiarkan umat beriman sebagai "narapidana", "membebani" dan "mengikat" hati mereka.

Paus Fransiskus lalu menjelaskan kejahatan uang, kekuasaan, dan kesombongan. Pertama, kejahatan uang. “Tetapi Anda tidak merasa aman dengan ini karena, mungkin, mereka akan mencurinya dari Anda, bukan? Saya tidak merasa aman dengan investasi ini!. Mungkin pasar saham hancur dan Anda tidak memiliki apapun! Dan kemudian katakan kepada saya, apakah satu dolar lebih membuat Anda bahagia atau tidak? Kekayaan, (itu adalah) harta berbahaya, berbahaya ... ". Uang, beliau berkata, diperlukan untuk memenuhi kebutuhan diri kita dan keluarga kita, tetapi beliau memperingatkan bahwa mereka yang selalu sedang mencari cara untuk mengumpulkan kekayaan pada akhirnya akan kehilangan jiwa mereka.

Kedua, kesombongan. Kesombongan berkaitan dengan keinginan seseorang terhadap "gengsi" dan dilihat", memiliki kebanggaan untuk dilihat". Yesus "selalu mengutuk kesombongan". Perhatikanlah para ahli Taurat sebagai sebuah contoh kesombongan, beliau berkata, mereka berpuasa, memberi sedekah, atau berdoa, mereka melakukannya hanya "untuk dilihat". Kesombongan, beliau menegaskan, "tidak ada gunanya", karena akan "berakhir". Mengutip Santo Bernardus, beliau berkata : "Kecantikan Anda akan berakhir menjadi makanan cacing".

Ketiga, kekuasaan. Menggunakan bacaan pertama (2Raj 11:1-4,9-18) untuk menggambarkan bagaimana kekuasaan tiba-tiba bisa hancur, Paus Fransiskus mencatat kejatuhan Ratu Atalia yang kejam, yang memerintah selama tujuh tahun, dan kemudian terbunuh. "Kekuasaan berakhir!". Beliau memperingatkan: "Berapa banyak pria dan wanita yang bangga akan kekuasaan berakhir dalam keadaan tanpa nama, dalam kemiskinan dan dalam penjara!"

Paus Fransiskus kemudian mengacu pada kata-kata Kristus bahwa “mata adalah pelita tubuh” dan bahwa “jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu, tetapi jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu”. "Hati yang bercahaya yang tidak tertambat, hati yang menua dengan baik, karena hati itu menua seperti anggur yang baik : ketika anggur yang baik menua, anggur itu adalah anggur tua yang baik". Di sisi lain, "hati yang tidak bercahaya seperti anggur yang tidak begitu baik". "Waktu berlalu dan anggur itu rusak dan menjadi cuka", katanya.

Lebih lanjut, Bapa Suci menunjukkan dua jenis hati yang dapat dimiliki umat beriman : "hati yang bebas" atau "hati yang diperbudak". Beliau mengatakan bahwa "hati yang bebas" membuat hatinya "terasa bercahaya", karena "menunjukkan jalan yang mengarah kepada Allah", dan digenapi dalam menyembah Allah dan mengasihi sesamanya. Paus Fransiskus meminta dengan sangat, "Tolong, milikilah hati yang bebas!... Hanya dengan hati yang bebas Anda dapat memiliki harta surgawi : kasih, kesabaran, pelayanan kepada orang lain, menyembah Allah. Inilah harta yang sesungguhnya, yang tidak dapat dicuri, "sedangkan yang lainnya, kekayaan duniawi "membebani" dan "menambat hati kita". Sedangkan  "hati yang diperbudak", Paus Fransiskus mengatakan, "bukan hati yang bercahaya : hati tersebut akan menjadi gelap". “Jika kita mengumpulkan harta di bumi, kita mengumpulkan kegelapan". Beliau memperingatkan harta ini tidak memberikan sukacita, tetapi terutama, merampok kebebasan kita.

Beliau mengakhiri dengan berdoa bagi kebijaksanaan rohani untuk membedakan dan membebaskan hati dari perbudakan harta-harta duniawi, sehingga kita dapat mengenal sukacita sejati dan kebebasan hidup sebagai anak-anak Allah.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.