Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA HARI RAYA TUBUH DAN DARAH KRISTUS DI BASILIKA SANTO YOHANES LATERAN 19 Juni 2014 : MAKANAN SATU-SATUNYA YANG MEMUASKAN ADALAH ALLAH


Bacaan Ekaristi : Ul 8:2-3,14b-16a; 1Kor 10:16-17; Yoh 6:51-58



"Tuhan Allahmu .... dan memberi engkau makan manna, yang tidak kaukenal” (Ul 8:3).

Kata-kata Kitab Ulangan ini mengacu pada sejarah Israel, ia yang dibawa Allah keluar dari Mesir, dari rumah perbudakan, dan ke dalam padang gurun selama empat puluh tahun, membawa mereka ke tanah terjanji. Segera selah menempati tanah itu, orang-orang terpilih tersebut mencapai sebuah otonomi tertentu, seperti sebuah "klub kesehatan", dan menanggung resiko melupakan peristiwa masa lalu yang menyedihkan, mengatasinya dengan campur tangan Allah dan kebaikan-Nya yang tak terbatas. Kemudian, Kitab Suci menasehati kita untuk mengingat, mengingat seluruh jalan yang dilakukan di padang gurun, pada saat kelaparan dan putus asa. Ajakan tersebut adalah kembali kepada hal-hal penting, pengalaman ketergantungan penuh pada Allah, ketika kelangsungan hidup dipercayakan kepada tangan-Nya, karena manusia mengerti bahwa "ia hidup bukan dari roti saja, tetapi .... dari segala yang diucapkan Tuhan" (Ul 8:3).

Selain kelaparan jasmani manusia membawa di dalam dirinya kelaparan lain, sebuah kelaparan yang tidak dapat dipuaskan dengan makanan biasa. Dan 'kelaparan akan kehidupan, kelaparan akan kasih, kelaparan akan keabadian. Dan tanda manna itu sendiri - sebagai pengalaman Keluaran – mengandung segi ini : manna inilah gambaran suatu makanan yang memenuhi rasa lapar yang mendalam yang ada di dalam diri manusia tersebut. Yesus memberi kita makanan ini, pada kenyataannya, diri-Nya sendiri merupakan roti yang hidup yang memberi hidup kepada dunia (bdk. Yoh 6:51). Tubuh-Nya adalah benar-benar makanan di bawah rupa roti; Darah-Nya adalah benar-benar minuman di bawah rupa anggur. Bukan hanya makanan yang dengannya memuaskan tubuh kita, seperti manna; Tubuh Kristus adalah roti waktu-waktu belakangan ini, roti yang mampu memberikan kehidupan, dan roti kehidupan kekal, karena hakekat roti itu adalah Kasih.

Dalam Ekaristi, kita menyampaikan kasih Allah bagi kita : suatu kasih yang begitu besar yang memberi kita makan dengan diri-Nya; kasih tanpa pamrih, selalu tersedia bagi setiap orang lapar yang membutuhkan dan menumbuhkan lagi kekuatannya. Pengalaman dunia akan iman berarti membiarkan pemeliharaan Tuhan dan membangun keberadaan mereka sendiri bukanlah tentang kepemilikan harta benda, tetapi pada kenyataan yang tidak binasa : karunia-karunia Allah, Sabda-Nya dan Tubuh-Nya.

Jika kita melihat sekeliling kita, kita menyadari bahwa ada begitu banyak tawaran makanan yang bukan berasal dari Tuhan dan yang tampaknya lebih memuaskan. Beberapa orang diberi makan dengan uang, orang lainnya dengan kesuksesan dan kesombongan, orang lainnya dengan kekuasaan dan kebanggaan. Tetapi makanan yang memelihara kita dan yang benar-benar memuaskan kita hanya apa yang diberikan Tuhan kepada kita! Makanan yang ditawarkan Tuhan kepada kita berbeda, dan mungkin tidak tampak selezat beberapa makanan yang memberi kita dunia. Jadi kita memimpikan makanan-makanan lain, seperti orang-orang Yahudi di padang gurun, yang menyayangkan daging dan bawang yang mereka makan di Mesir, tetapi mereka lupa bahwa makanan itu mereka makan di meja perbudakan. Mereka, pada saat-saat pencobaan tersebut, mereka memiliki memori, tetapi sebuah memori orang-orang sakit, sebuah memori yang bersifat memilih. Sebuah memori seorang budak, tidak menjadi bebas.

Kita masing-masing, hari ini, mungkin akan bertanya, dan saya? Di mana saya ingin makan? Pada meja mana saya ingin saya makan? Meja Tuhan? Atau memimpikan menyantap makanan lezat, tetapi dalam perbudakan? Selain itu, kita masing-masing dapat bertanya kepada diri kita sendiri: apa memori saya? Apakah Tuhan menyelamatkan saya, atau apakah bawang putih dan bawang merah perbudakan? Dengan memori apa saya memuaskan jiwa saya?

Bapa memberitahu kita : "Aku telah memberi engkau makan dengan manna yang tidak engkau kenal". Kita memulihkan memori tersebut. Ini adalah tugas, mendapatkan kembali memori. Dan kita belajar mengenali roti palsu yang menipu dan merusak, karena hasil keegoisan, kepentingan diri dan dosa.

Segera, dalam prosesi, kita akan mengikuti Yesus, yang sungguh hadir dalam Ekaristi. Hosti adalah manna kita, yang dengannya Tuhan memberi kita diri-Nya sendiri. Kepada-Nya kita berpaling dengan keyakinan : Yesus, belalah kami dari godaan-godaan makanan duniawi yang menjadikan kita para budak, makanan beracun; murnikanlah memori kami, agar tidak tetap terpikat dalam memilih egoisme dan keduniawian, tetapi merupakan sebuah memori hidup kehadiran-Mu sepanjang sejarah umat-Mu, agar memori menjadi sebuah "peringatan" tindakan kasih penebusan-Mu. Amin.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.