Bacaan
Ekaristi : Ul 8:2-3,14b-16a; 1Kor 10:16-17; Yoh 6:51-58
"Tuhan Allahmu .... dan memberi engkau makan manna, yang tidak kaukenal” (Ul 8:3).
Selain kelaparan jasmani manusia membawa di dalam dirinya kelaparan lain, sebuah kelaparan yang tidak dapat dipuaskan dengan makanan biasa. Dan 'kelaparan akan kehidupan, kelaparan akan kasih, kelaparan akan keabadian. Dan tanda manna itu sendiri - sebagai pengalaman Keluaran – mengandung segi ini : manna inilah gambaran suatu makanan yang memenuhi rasa lapar yang mendalam yang ada di dalam diri manusia tersebut. Yesus memberi kita makanan ini, pada kenyataannya, diri-Nya sendiri merupakan roti yang hidup yang memberi hidup kepada dunia (bdk. Yoh 6:51). Tubuh-Nya adalah benar-benar makanan di bawah rupa roti; Darah-Nya adalah benar-benar minuman di bawah rupa anggur. Bukan hanya makanan yang dengannya memuaskan tubuh kita, seperti manna; Tubuh Kristus adalah roti waktu-waktu belakangan ini, roti yang mampu memberikan kehidupan, dan roti kehidupan kekal, karena hakekat roti itu adalah Kasih.
Dalam Ekaristi, kita menyampaikan kasih Allah bagi kita : suatu kasih
yang begitu besar yang memberi kita makan dengan diri-Nya; kasih tanpa
pamrih, selalu tersedia bagi setiap orang lapar yang membutuhkan dan
menumbuhkan lagi kekuatannya. Pengalaman dunia akan iman berarti
membiarkan pemeliharaan Tuhan dan membangun keberadaan mereka sendiri
bukanlah tentang kepemilikan harta benda, tetapi pada kenyataan yang
tidak binasa : karunia-karunia Allah, Sabda-Nya dan Tubuh-Nya.
Jika kita melihat sekeliling kita, kita menyadari bahwa ada begitu
banyak tawaran makanan yang bukan berasal dari Tuhan dan yang tampaknya
lebih memuaskan. Beberapa orang diberi makan dengan uang, orang lainnya
dengan kesuksesan dan kesombongan, orang lainnya dengan kekuasaan dan
kebanggaan. Tetapi makanan yang memelihara kita dan yang benar-benar
memuaskan kita hanya apa yang diberikan Tuhan kepada kita! Makanan yang
ditawarkan Tuhan kepada kita berbeda, dan mungkin tidak tampak selezat
beberapa makanan yang memberi kita dunia. Jadi kita memimpikan
makanan-makanan lain, seperti orang-orang Yahudi di padang gurun, yang
menyayangkan daging dan bawang yang mereka makan di Mesir, tetapi mereka
lupa bahwa makanan itu mereka makan di meja perbudakan. Mereka, pada
saat-saat pencobaan tersebut, mereka memiliki memori, tetapi sebuah
memori orang-orang sakit, sebuah memori yang bersifat memilih. Sebuah
memori seorang budak, tidak menjadi bebas.
Kita masing-masing,
hari ini, mungkin akan bertanya, dan saya? Di mana saya ingin makan?
Pada meja mana saya ingin saya makan? Meja Tuhan? Atau memimpikan
menyantap makanan lezat, tetapi dalam perbudakan? Selain itu, kita
masing-masing dapat bertanya kepada diri kita sendiri: apa memori saya?
Apakah Tuhan menyelamatkan saya, atau apakah bawang putih dan bawang
merah perbudakan? Dengan memori apa saya memuaskan jiwa saya?
Bapa memberitahu kita : "Aku telah memberi engkau makan dengan manna
yang tidak engkau kenal". Kita memulihkan memori tersebut. Ini adalah
tugas, mendapatkan kembali memori. Dan kita belajar mengenali roti palsu
yang menipu dan merusak, karena hasil keegoisan, kepentingan diri dan
dosa.
Segera, dalam prosesi, kita akan mengikuti Yesus, yang
sungguh hadir dalam Ekaristi. Hosti adalah manna kita, yang dengannya
Tuhan memberi kita diri-Nya sendiri. Kepada-Nya kita berpaling dengan
keyakinan : Yesus, belalah kami dari godaan-godaan makanan duniawi yang
menjadikan kita para budak, makanan beracun; murnikanlah memori kami,
agar tidak tetap terpikat dalam memilih egoisme dan keduniawian, tetapi
merupakan sebuah memori hidup kehadiran-Mu sepanjang sejarah umat-Mu,
agar memori menjadi sebuah "peringatan" tindakan kasih penebusan-Mu.
Amin.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.