Bacaan
Ekaristi : 1Kor 8:1b-7,11-13; Luk 6:27-38
Dalam homilinya pada Misa harian Kamis pagi 11 September 2014 di kapel kediaman Santa Marta, Vatikan, Paus Fransiskus mengatakan bahwa mengasihi seorang musuh adalah "model kehidupan Kristiani". Berkaca pada bacaan Injil dari Santo Lukas (6:27-38), yang di dalamnya Tuhan mengatakan kepada murid-murid-Nya, "Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang
yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah
bagi orang yang mencaci kamu", Bapa Suci mengatakan bahwa
ini merupakan sebuah model kehidupan Kristiani - kasih tanpa syarat dalam tindakan.
"Ada baiknya", beliau berkata, "meminjamkan tanpa berharap memiliki kembali apa yang telah Anda pinjamkan - [tindakan] tanpa
kepentingan, dan upah Anda akan menjadi besar". Paus Fransiskus juga mengakui bahwa cara baru Injil ini adalah salah satu yang seringkali sulit untuk dijalani : "'Tetapi Bapa' [orang
mungkin mengatakan], ‘saya tidak merasa suka berperilaku seperti itu'. 'Baiklah', [orang mungkin menjawab], 'jika Anda tidak merasa
menyukainya, itulah masalah Anda, tetapi itulah jalan Kristiani". Inilah jalan itu yang
diajarkan Yesus kepada kita. ‘Dan apa yang bisa saya harapkan?’ [orang mungkin bertanya]. Berjalanlah pada jalan Yesus, yang merupakan jalan kemurahan hati. Bermurahhatilah seperti Bapamu murah hati. Hanya dengan bermurah hati kita bisa melakukan semua itu, yang dinasehati Tuhan kepada kita
untuk dilakukan - seluruh jalan
tersebut. Kehidupan Kristiani bukanlah sesuatu menatap pusar. Ia adalah sebuah kehidupan yang di dalamnya orang keluar dari dirinya sendiri untuk memberikan dirinya kepada orang lain. Ia merupakan
sebuah karunia, ia adalah kasih - dan kasih tidak singgah pada dirinya sendiri, tidak egois, tetapi pemberian diri".
Tuhan meminta kita bermurah hati. Ia meminta kita tidak menghakimi. Seringkali, Paus Fransiskus mengatakan, "tampak bahwa kita telah diberi nama hakim orang lain : terlibat dalam pergunjingan, berbicara di belakang punggung orang, kita menghakimi setiap orang". Tuhan, namun memberitahu kita untuk tidak menghakimi, supaya kita jangan dihakimi diri kita sendiri. “Jangan mengutuk [orang lain]", kata Paus Fransiskus, "dan Anda tidak akan
dikutuk". Tuhan meminta kita mengampuni, agar
kita mungkin diampuni. "Kita mengatakannya setiap hari di dalam doa Bapa Kami", catat Bapa Suci, "ampunilah kami seperti kami pun mengampuni
orang lain - dan jika saya tidak mengampuni, bagaimana saya bisa meminta Bapa untuk mengampuni saya?"
"Inilah kehidupan Kristiani. ‘Tetapi Bapa, ini adalah kebodohan!'. Orang bisa
mengatakan. 'Ya', orang mungkin menjawab. Kita telah mendengar dalam hari-hari ini, meskipun, Santo Paulus, yang mengatakan hal yang
sama: kebodohan Salib Kristus, yang tidak ada
hubungannya dengan kebijaksanaan dunia. ‘Tetapi Bapa, menjadi Kristiani adalah menjadi semacam kebodohan?' [orang mungkin bertanya]. 'Ya', [saya akan mengatakan], 'dalam arti tertentu, ya. Ini berarti menyangkal kecerdikan dunia agar melakukan segala
sesuatu yang Yesus katakan kepada kita untuk dilakukan dan bahwa, jika kita melakukan penjumlahan, jika kita menyeimbangkan buku besar, tampaknya bertentangan dengan kita".
Bapa Suci lalu menjelaskan bahwa jalan yang Tuhan ajarkan kepada kita adalah jalan kemurahan hati, jalan keluhuran budi, jalan pemberian diri tanpa batas. "Untuk inilah", beliau berkata, "bahwa Yesus datang
ke dunia", tidak untuk menghakimi, tidak terlibat dalam pergunjingan diam-diam, tidak menyampaikan penghakiman, tetapi memberi dan mengampuni. "Menjadi Kristiani tidaklah mudah", kata Paus Fransiskus, menambahkan bahwa kita bisa menjadi orang-orang Kristen hanya oleh rahmat
Allah, dan bukan oleh kekuatan kita sendiri.
"Di sini kemudian muncul masalah yang kita semua harus hadapi sehari-hari : 'Tuhan, berilah aku rahmat untuk menjadi seorang Kristiani yang baik, karena saya tidak bisa melakukannya sendiri'. Ini adalah sesuatu yang sangat menakutkan pada pandangan pertama - cukup menakutkan memang. Namun, jika kita mengambil Injil dan kita membaca pasal 6 Injil Santo Lukas - dan membacanya lagi dan membacanya lagi dan membacanya lagi - dan marilah kita melakukan demikian - dan mari kita meminta Tuhan rahmat untuk memahami apa itu menjadi seorang Kristiani, untuk memahami rahmat yang Ia berikan kepada kita orang-orang Kristiani, juga, karena kita tidak bisa melakukannya sendirian".
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.