Bacaan
Ekaristi : 1Kor 9:16-19,22b-27; Luk 6:39-42
Teguran persaudaraan sejati menyakitkan karena itu dilakukan dengan kasih, dalam kebenaran dan kerendahan hati. Selain itu orang nonkristiani mengambil kesenangan saat peneguran seseorang. Inilah fokus homili Paus Fransiskus dalam Misa harian
Jumat pagi 12 September 2014 di Casa Santa Marta, Vatikan, yang bertepatan dengan Pesta Nama Santa Perawan Maria yang Tersuci.
Paus Fransiskus merenungkan bagian Injil di mana Yesus memperingatkan
terhadap memperhatikan selumbar di mata saudara kita, tetapi gagal melihat balok kayu di mata kita sendiri. Hal ini mengilhami beliau
untuk kembali ke tema teguran persaudaraan. Pertama, beliau mengatakan, saudara yang berbuat salah harus ditegur dengan amal.
"Anda tidak bisa menegur seseorang tanpa kasih dan amal. [Sama seperti] Anda tidak dapat melakukan operasi tanpa pembiusan : Anda tidak bisa, karena pasien akan mati karena
rasa sakit. Dan amal adalah seperti obat bius yang membantu Anda untuk menerima perlakuan dan menerima teguran. Bawalah dia ke satu sisi dan berbicaralah dengannya, dengan kelembutan, dengan kasih".
Kedua, - beliau melanjutkan - kita harus berbicara kebenaran : "Jangan mengatakan
sesuatu yang tidak benar. Seberapa sering dalam komunitas kita hal-hal tentang orang lain dikatakan tidak benar : hal-hal tersebut adalah fitnahan. Atau jika hal-hal tersebut benar, hal-hal tersebut menghancurkan reputasi orang
tersebut". "Pergunjingan - Paus Fransiskus mengulangi - menyakitkan; pergunjingan adalah sebuah tamparan di wajah reputasi seseorang, mereka adalah serangan pada jantung seseorang". Tentu - beliau mengamati - "ketika mereka mengatakan
kepada Anda kebenaran tidak enak didengar, tetapi jika diucapkan dengan amal dan kasih, lebih mudah untuk diterima". Oleh karena itu, "kita harus berbicara tentang cela orang lain" dengan amal.
Ketiga, kita harus menegur dengan kerendahan hati : "Jika Anda benar-benar perlu untuk menegur sebuah kekurangan kecil, berhenti dan ingatlah bahwa Anda memiliki lebih
banyak dan jauh lebih besar!".
"Teguran persaudaraan adalah sebuah tindakan yang menyembuhkan Tubuh Gereja. Ada sebuah sobekan, ada, dalam tenunan Gereja yang kita harus perbaiki. Dan seperti para ibu dan para nenek, yang menisik dengan begitu lembut, begitu hati-hati, kita harus melakukan hal yang sama ketika kita ingin menegur saudara kita. Jika Anda tidak dapat melakukan hal ini dengan kasih, amal, kebenaran dan kerendahan hati, Anda akan menyinggung, Anda akan menghancurkan hati orang itu, Anda akan menambah pergunjingan, yang menyakitkan, dan Anda akan menjadi seorang munafik yang buta, sama seperti yang dikatakan Yesus. Kemunafikan, pertama-tama ambillah balok kayu dari mata Anda sendiri. .... Kemunafikan! Akuilah bahwa Anda lebih berdosa daripada orang lain, tetapi Anda, sebagai seorang saudara harus membantu menegur orang lain".
"Sebuah tanda yang mungkin dapat membantu kita dalam hal ini" - kata Paus Fransiskus - adalah ketika kita merasakan "sebuah
kesenangan tertentu" ketika "kita melihat sesuatu
salah" dan menganggapnya tugas kita untuk memberikan teguran : Anda harus "hati-hati karena itu bukan berasal dari Tuhan".
"Salib, kesulitan melakukan sebuah hal yang baik pernah hadir di dalam Tuhan, kasih yang menuntun kita, kelemahlembutan selalu dari Tuhan. Jangan menghakimi. Kita orang-orang Kristiani cenderung berperilaku seperti para pujangga : berdiri di sela-sela pertandingan antara dosa dan rahmat seolah-olah kita adalah para malaikat ... Tidak! Paulus berkata : 'karena menakutkan hal itu, setelah menasihati
orang lain, aku sendiri harus didiskualifikasi’. Dan seorang Kristiani yang, dalam komunitas, tidak melakukan hal-hal tersebut - bahkan teguran persaudaraan – dalam kasih, dalam kebenaran dan kerendahan hati, didiskualifikasi! Ia telah gagal untuk menjadi seorang Kristiani yang dewasa Semoga Tuhan membantu kita dalam pelayanan persaudaraan ini, yang seindah
semenyakitkan, untuk membantu saudara dan saudari kita menjadi lebih baik dan membantu kita untuk selalu melakukannya dengan kasih, dalam kebenaran dan kerendahan hati".
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.