Bacaan
Ekaristi : 1Kor 6:1-11; Luk 6:12-19
Yesus bukanlah seorang
profesor yang berbicara dari kursi profesor; sebaliknya, Ia pergi di antara orang-orang dan
membiarkan mereka menyentuh-Nya
sehingga mereka dapat disembuhkan. Itulah pesan Paus Fransiskus dalam homilinya pada Misa harian Selasa pagi 9 September 2014 di Casa Santa Marta, Vatikan.
Mengulas bacaan Injil hari itu (Luk 6:12-19), Paus Fransiskus merenungkan tiga momen dalam kehidupan Yesus. Momen pertama adalah doa. Yesus "menghabiskan semalam-malaman dalam doa kepada Allah". Yesus berdoa bagi kita. "Tampaknya sedikit aneh", kata Paus Fransiskus, "bahwa Ia yang datang untuk memberi kita keselamatan, yang memiliki kuasa tersebut, berdoa kepada Bapa". Dan Ia sering berdoa. "Yesus adalah pengantara yang luar biasa" : "Ia berdiri di hadapan Bapa pada saat ini, berdoa untuk kita. Dan ini harus memberi kita keberanian! Karena dalam saat-saat kesulitan atau saat-saat kebutuhan ... [Ia] sedang berdoa: ‘Rupanya Engkau sedang berdoa untuk saya. Doakan saya. Yesus, doakan saya kepada Bapa!’. Inilah karya-Nya hari ini : berdoa untuk kita, untuk Gereja-Nya. Kita sering melupakan hal ini, bahwa Yesus berdoa untuk kita. Inilah kekuatan kita : dapat mengatakan kepada Bapa, ‘Tetapi, Bapa, jika Engkau, tidak sudi memandang kami, pandanglah Putera-Mu yang berdoa untuk kami". Sejak saat pertama Yesus berdoa : Ia berdoa ketika Ia berada di bumi dan Ia terus berdoa sekarang untuk kita masing-masing, untuk seluruh Gereja".
Setelah berdoa, Yesus memilih dua belas Rasul. Tuhan berkata dengan jelas, "Bukan kamu yang memilih Aku; Akulah yang memilih kamu!". "Momen kedua ini", kata Paus
Fransiskus, "memberi kita keberanian : ‘Saya dipilih, saya dipilih oleh Tuhan! Pada hari Baptisan Ia memilih saya’. Dan Paulus, dengan pikiran ini, mengatakan: ‘Ia memilihku, dari rahim ibuku’". Maka kita orang-orang Kristiani telah dipanggil :
"Ini adalah hal-hal kasih! Kasih tidak memandang apakah seseorang memiliki wajah jelek atau wajah cantik : ia mencintai! Dan Yesus melakukan hal yang sama : Ia mencintai dan memilih dengan kasih. Ia memilih semua. Dalam daftar-Nya, tak seorang pun 'penting' - dalam tanda kutip - menurut kriteria dunia
: merupakan
orang-orang
biasa. Tetapi ada satu hal, ya, satu hal untuk menekankan tentang mereka semua
: mereka adalah orang-orang berdosa. Yesus telah memilih orang-orang berdosa. Ia memilih orang-orang berdosa. Dan ini adalah tuduhan yang dibuat oleh para
pujangga hukum, ahli-ahli Taurat : ‘Orang ini pergi makan dengan orang-orang berdosa, Ia berbicara dengan
para pelacur ...'. Yesus memanggil setiap orang! Mari kita mengingat perumpamaan tentang perkawinan sang anak laki-laki. Ketika orang-orang yang diundang tidak datang, apa yang dilakukan
sang tuan
rumah? Injil mengatakan ia berkata kepada para hambanya : ‘Pergilah keluar dan bawalah semua orang ke rumah, yang baik dan yang buruk'. Yesus telah memilih setiap orang".
Yesus, Paus Fransiskus melanjutkan, bahkan memilih Yudas Iskariot "yang menjadi sang
pengkhianat ... sang pendosa besar terhadap-Nya. Tetapi ia dipilih oleh Yesus". Lalu ada momen ketiga : "Yesus dekat dengan orang-orang". Mereka datang berbondong-bondong "untuk mendengar-Nya dan untuk disembuhkan dari penyakit-penyakit mereka ... Setiap orang dalam kerumunan itu berusaha menjamah Dia karena kuasa yang keluar daripada-Nya dan menyembuhkan mereka semua". Yesus berada di tengah-tengah umat-Nya:
"Dia bukan seorang profesor, seorang guru, seorang mistikus yang jauh dari orang-orang dan berbicara dari kursi profesor [Italia: cattedra]. Tidak! Ia berada di tengah-tengah orang-orang, Ia membiarkan mereka menyentuh-Nya, Ia membiarkan mereka bertanya kepada-Nya. Itulah Yesus
: dekat dengan umat. Dan kedekatan ini bukan sesuatu yang baru bagi-Nya. Ia menekankannya itu dengan cara bertindak-Nya, tetapi merupakan sesuatu yang keluar dari pilihan pertama Allah
terhadap umat-Nya. Allah berkata kepada umat-Nya, 'Pertimbangkanlah
: Apakah orang-orang memiliki Allah sedekat saya dengan Anda?'. Kedekatan Allah terhadap umat-Nya adalah kedekatan Yesus di tengah orang banyak".
"Ini adalah Sang Guru kita, ini adalah Tuhan kita", Paus Fransiskus
mengakhiri. "Orang yang berdoa, orang yang memilih orang-orang, dan orang yang tidak malu untuk
menjadi dekat dengan orang-orang. Dan ini memberi kita keyakinan
di dalam Dia. Mari kita percaya kepada-Nya
karena Ia berdoa, karena Ia telah memilih kita, dan karena Ia dekat dengan kita"
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.