Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 30 September 2014 : ALASAN YANG BAIK UNTUK MENGELUH


Bacaan Ekaristi : Ayb 3:1-3,11-17,20-23; Luk 9:51-56

Pada saat-saat kegelapan, ratapan kita menjadi sebuah doa, tetapi kita harus menjaga diri kita terhadap mendramatisir keluhan-keluhan kita dan mengingat bahwa ada orang-orang yang mengalami "tragedi-tragedi besar" yang memiliki alasan yang baik untuk meratap, seperti orang-orang Kristiani yang diusir dari rumah-rumah mereka karena iman, kata Paus Fransiskus dalam homilinya selama Misa harian Selasa pagi 30 September 2014 di Casa Santa Marta, Vatikan.

Berkaca pada Bacaan Pertama hari itu (Ayb 3:1-3,11-17,20-23), yang di dalamnya Ayub mengutuk hari ia dilahirkan, Paus Fransiskus mencatat bahwa doanya pada awalnya muncul pada kita seperti sebuah kutukan. Paus Fransiskus mengingatkan bagaimana Ayub "diuji", bagaimana ia "kehilangan seluruh keluarganya, segala sesuatu yang ia miliki", bagaimana ia kehilangan kesehatannya dan "tubuhnya telah menjadi sebuah wabah, sebuah wabah yang menjijikkan". Paus Fransiskus mengatakan pada saat itu "ia telah kehilangan seluruh kesabaran dan ia mengatakan hal-hal ini. Mereka buruk! Tetapi ia selalu terbiasa untuk berbicara kebenaran dan ini adalah kebenaran yang ia rasakan pada saat itu". Paus Fransiskus mengingatkan bagaimana  Yeremia bahkan, "menggunakan hampir kata-kata yang sama: 'Terkutuklah hari aku dilahirkan'", dan kemudian ia bertanya: "Tetapi apakah orang ini menghujat? Ini adalah pertanyaan saya : Apakah orang yang begitu sangat sendirian ini, menghujat?".

"Apakah penghujatan ketika Yesus mengeluh - 'Bapa, mengapa Engkau meninggalkan-Ku' Ini adalah misteri. Saya sering mendengarkan orang-orang yang sedang mengalami situasi-situasi sulit dan menyakitkan, yang telah kehilangan banyak atau merasa kesepian dan ditinggalkan serta mereka datang untuk mengeluh dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini : Mengapa? Mengapa? Mereka memberontak terhadap Allah. Dan saya berkata, 'Teruslah berdoa seperti ini, karena ini adalah sebuah doa'. Merupakan sebuah doa ketika Yesus berkata kepada Bapa-Nya : ‘Mengapa Engkau meninggalkan-Ku!'".

Paus Fransiskus melanjutkan bahwa apa yang sedang dilakukan Ayub dalam Bacaan Pertama sedang berdoa, karena doa berarti jujur ​​di hadapan Allah. Ini adalah satu-satunya cara Ayub bisa berdoa. "Kita seharusnya berdoa dengan kenyataan - beliau menambahkan - doa yang benar datang dari hati, dari saat yang sedang kita jalani”. "Merupakan doa pada saat-saat kegelapan, dalam saat-saat kehidupan ini yang tampaknya tiada harapan, di mana kita tidak bisa melihat cakrawala". "Dan begitu banyak orang, begitu banyak hari ini, berada dalam situasi yang sama seperti Ayub. Begitu banyak orang baik, benar-benar seperti Ayub, tidak mengerti apa yang telah terjadi pada diri mereka, atau mengapa. Banyak saudara dan saudari yang tidak memiliki harapan. Benar-benar bayangkanlah tragedi-tragedi, tragedi-tragedi besar, misalnya, dari saudara dan saudari kita ini yang karena mereka orang-orang Kristiani diusir dari rumah-rumah mereka dan pergi tanpa apa-apa : Tetapi, Tuhan, saya telah percaya pada-Mu. Mengapa? Apakah percaya pada-Mu sebuah kutukan, Tuhan?'".

"Benar-benar bayangkanlah kaum tua yang menyambi beliau melanjutkan - memikirkan orang sakit, banyak orang yang kesepian di rumah sakit". Paus Fransiskus yakin bahwa Gereja berdoa untuk semua orang ini dan bagi kita ketika kita berjalan dalam kegelapan". Gereja berdoa! Ia mengambil rasa sakit ini atas dirinya dan berdoa". Dan mereka yang" tidak sakit, atau lapar, yang tidak memiliki kebutuhan-kebutuhan mendesak, ketika kita menderita sedikit kegelapan, bertindaklah seperti para martir dan berhentilah untuk berdoa".

Paus Fransiskus melanjutkan bahwa bahkan ada yang mengatakan : "Saya marah dengan Allah, saya tidak akan pergi ke Misa". "Tetapi mengapa? Beberapa hal yang terlampau sepele" adalah jawabannya. Paus Fransiskus mengingatkan bahwa Santa Teresia dari Kanak-kanak Yesus, pada bulan-bulan terakhir hidupnya, "mencoba memikirkan surga, tetapi mendengar sebuah suara dalam batinnya, mengatakan padanya janganlah konyol, janganlah disesatkan oleh khayalan-khayalan. Apakah Anda tahu apa yang menanti Anda? Tidak ada!".

"Kita semua berjalan menempuh situasi ini, kita mengalami situasi ini. Ada begitu banyak orang yang memikirkannya semua berakhir sia-sia. Namun Santa Teresia, berdoa dan meminta kekuatan untuk bertahan dalam gelap. Ini disebut masuk ke dalam kesabaran. Hidup kita terlalu mudah, keluhan-keluhan kita didramatisir. Dihadapkan dengan keluhan-keluhan begitu banyak orang, begitu banyak saudara dan saudari yang berada dalam gelap, yang hampir kehilangan seluruh ingatan, hampir kehilangan semua harapan - yang sedang mengalami pengasingan dari diri mereka ini, yang diasingkan, bahkan dari diri mereka sendiri sia-sia! Yesus menjalani jalan ini: dari matahari terbenam di Bukit Zaitun hingga kata terakhir dari Salib : Bapa, mengapa Engkau meninggalkan Aku!.

Paus Fransiskus mengakhiri bahwa ada dua hal yang dapat membantu dalam situasi seperti ini : "Pertama, mempersiapkan diri kita ketika kegelapan datang" yang mungkin, tidak akan sekeras penderitaan Ayub, "tetapi yang akan datang. Siapkan hati Anda untuk saat itu". Kedua : "Berdoalah, berdoalah seperti Gereja berdoa, berdoalah bersama Gereja untuk begitu banyak saudara dan saudari yang menderita pengasingan dari diri mereka, yang berada dalam kegelapan dan penderitaan, tanpa harapan di tangan". Merupakan doa Gereja untuk 'Penderitaan Yesus’ ini yang ada di mana-mana".

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.