Bacaan
Ekaristi : 1Kor 4:1-5; Luk 5:33-39
Dalam homilinya selama Misa harian Jumat
pagi 5 September 2014, Paus Fransiskus merenungkan
“kebaharuan” Injil – sebagai Kabar Baik, dan sebagai pembawa hal-hal baru – yang membebaskan orang yang mempercayainya dari perbudakan terhadap legalisme otomatis, dan membuka hati terhadap perintah baru : kasih.
Bacaan Injil hari Jumat (Luk 5:33-39) bercerita tentang ahli-ahli Taurat, yang menyusahkan Yesus tentang perilaku para murid-Nya,
dengan menunjukkan bahwa mereka tidak
melakukan
apa yang biasa dilakukan murid-murid Yohanes Pembaptis
- berpuasa dan berdoa. Tuhan tidak akan
membiarkan diri-Nya terprovokasi,
namun
: "Anggur
baru, kantong kulit baru: 'kebaruan' Injil
- dan apa yang dibawa
Injil kepada kita? Sukacita dan pembaharuan. Para pujangga hukum Taurat ini dipicikkan oleh perintah-perintah mereka, aturan-aturan mereka. Santo Paulus, berbicara tentang mereka, memberitahu kita bahwa, sebelum iman datang
- yaitu, Yesus -
kita semua tetap dalam
penjagaan, sebagai para
tahanan di bawah hukum Taurat. Hukum ini, hukum
orang-orang
ini, tidak
buruk : mereka diperhatikan, tetapi mereka merupakan para tahanan, menunggu penantian iman - iman itu, yang akan terungkap dalam
Kristus, dengan sendirinya".
Paus Fransiskus lalu
mengamati bahwa orang-orang tersebut memiliki baik Hukum Musa maupun
sejumlah kebiasaan dan persyaratan hukum yang lebih kecil yang telah disandikan para pujangga Hukum
Taurat. "Hukum", kata Paus Fransiskus, "memperhatikan orang-orang, meskipun sebagai para tahanan diperhatikan, dan orang-orang sedang menunggu kebebasan - kebebasan yang utama itu yang
akan diberikan allah kepada umat-Nya melalui Putra-Nya" : "Salah satu dari Anda mungkin berkata kepada saya : ‘Tapi Bapa, tidakkah orang-orang Kristiani memiliki hukum?’ Ya. Yesus berkata: ‘Aku tidak datang [untuk
meniadakan hukum Taurat], tetapi
menggenapinya’ - dan Sabda Bahagia, misalnya - hukum kasih - kasih sepenuh-penuhnya - seperti Yesus mengasihi kita, adalah kepenuhan hukum. Yesus, ketika Ia menegur para pujangga Hukum Taurat ini, sedang membawa mereka bertugas untuk tidak memperhatikan orang-orang dengan Hukum, tetapi menjadikan mereka para budak bagi begitu banyak hukum kecil-kecil, begitu banyak hal-hal kecil yang harus dilakukan".
Paus Fransiskus kemudian menjelaskan bahwa semua "hal-hal kecil" ini yang harus dilakukan, harus dilakukan tanpa kebebasan yang dibawa
Yesus kepada kita dengan hukum baru, yang Ia maklumkan dengan darah-Nya. "Ini", beliau berkata, "justru merupakan tebusan yang sedang dinantikan orang-orang", ketika
mereka berada "di bawah penjagaan Hukum, namun sebagai para tahanan". Bapa Suci juga menjelaskan bahwa pelajaran utama lainnya
dari bacaan ini adalah bahwa Tuhan menginginkan kita tidak takut untuk mengubah hal-hal menurut hukum Injil: "Santo Paulus dengan jelas membedakan anak-anak hukum dari anak-anak iman : anggur baru dalam kantong kulit yang baru - dan inilah sebabnya Gereja meminta kita semua untuk mengubah hal-hal tertentu. Gereja meminta kita untuk melepaskan struktur-struktur
yang menurun martabatnya - mereka tidak berguna - dan mengambil kantong kulit
yang baru, kantong kulit Injil. Orang tidak
dapat memahami mentalitas para pujangga Hukum ini -
misalnya – ‘guru-guru’ Farisi ini : langgam Injil adalah sebuah langgam yang berbeda, yang membawa kepenuhan Hukum – ya - tetapi dalam sebuah cara baru : merupakan anggur baru dalam kantong kulit yang baru".
Paus Fransiskus mengakhiri, mengatakan sekali lagi bahwa Injil adalah sesuatu yang baru, sesuatu yang membawa sukacita, sesuatu yang hanya bisa dijalani sepenuhnya oleh hati yang bersukacita dan diperbaharui, dan berdoa agar Allah memberi setiap orang rahmat untuk menjaga perintah baru kasih, dan sukacita kebebasan itu, yang dibawa Kabar Baik.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.