Bacaan
Ekaristi : Rm 8:28-30; Mat 1:1-16.18-23
Pada hari Gereja merayakan Kelahiran
Santa Perawan Maria, Paus Fransiskus memusatkan homilinya dalam Misa harian Senin pagi 8 September 2014 di Casa Santa Marta, Vatikan, pada Penciptaan
dan perjalanan Allah bersama kita melalui sejarah. Beliau mengatakan ketika kita membaca Kitab Kejadian, "ada bahaya berpikir bahwa Allah adalah seorang penyihir "yang mengerjakan berbagai hal "dengan tongkat sihir". Tetapi, beliau memperingatkan, "itu tidaklah demikian karena, Allah menjadikan berbagai
hal dan memungkinkan mereka berjalan dengan hukum-hukum internal yang Ia berikan
kepada masing-masing orang, sehingga mereka bisa mengembangkan dan tiba pada kepenuhan".
"Tuhan memberikan otonomi tetapi bukan kemerdekaan terhadap hal-hal alam semesta".
"Karena Allah bukan seorang penyihir, Ia adalah
Sang
Pencipta! Tetapi ketika pada hari keenam, dari kisah itu, Ia datang untuk menciptakan manusia, Ia memberinya
otonomi lain, agak
berbeda, tetapi bukanlah kemerdekaan : sebuah
otonomi yang
adalah
kebebasan. Ia memberitahu
manusia
tersebut untuk berjalan
maju dalam sejarah, Ia membuat manusia bertanggung jawab terhadap ciptaan, sehingga ia akan menguasai ciptaan, membawanya ke depan dan
tiba pada kepenuhan waktu. Dan apakah kepenuhan waktu? Apa yang Ia miliki dalam hati-Nya : kedatangan Putra-Nya. Karena Allah - seperti yang kita dengar
dari Paulus - telah mentakdirkan kita, kita semua, untuk menjadi serupa dengan gambaran Sang Putra".
Paus Fransiskus melanjutkan : "Ini adalah jalan kemanusiaan, adalah perjalanan umat manusia. Allah menginginkan kita menjadi seperti Putra-Nya dan Putra-Nya menjadi seperti kita". Paus Fransiskus berbicara
tentang bagian dari Injil hari ini (Mat 1:1-16.18-23) yang menceritakan silsilah Yesus. "Ada orang-orang kudus dan orang-orang berdosa juga dalam daftar ini, tetapi sejarah berlanjut karena Allah menghendaki agar semua orang bebas". Dan bahkan jika benar bahwa ketika orang "menyalahgunakan kebebasannya, Allah mengusirnya keluar dari Taman Firdaus". Ia juga "membuat sebuah janji,
sehingga manusia meninggalkan Taman Firdaus dengan harapan. Seorang pendosa, tetapi dengan harapan”. “Umat manusia tidak melakukan perjalanan ini sendirian : Allah berjalan bersama kita. Karena Allah menentukan sebuah pilihan : Ia memilih waktu, bukan untuk saat ini. Ia adalah Allah waktu, Ia adalah Allah sejarah, Ia adalah Allah yang berjalan bersama anak-anak-Nya". Hingga "kepenuhan waktu" ketika Putra-Nya menjadi manusia. Allah "berjalan dengan orang-orang benar dan orang-orang berdosa". Ia berjalan "dengan semua orang, untuk sampai pada perjumpaan itu, perjumpaan akhir manusia dengan-Nya".
Paus Fransiskus mencatat
bahwa Injil membawa cerita abad panjang ini menuju suatu akhir "dalam sebuah
hal sangat kecil, di sebuah desa kecil" bersama Yosef dan Maria. "Sejarah
agung Allah – beliau berkata - juga berada dalam cerita kecil di sana, karena Ia
ingin berjalan bersama semua orang". Paus Fransiskus mengutip dari Santo Tomas,
yang menyatakan:. "Janganlah takut akan hal-hal besar, tetapi juga milikilah
perhatian akan hal-hal kecil, ini ilahi". "Dan ini adalah bagaimana
Allah, Ia berada dalam hal-hal besar, tetapi juga dalam hal-hal kecil".
"Ia adalah Tuhan yang berjalan ... dan Ia adalah Tuhan kesabaran. Kesabaran Allah. Kesabaran yang telah Ia miliki bersama semua angkatan ini. Bersama semua umat ini yang telah menjalani kisah mereka rahmat dan dosa mereka, Allah sabar. Allah berjalan bersama kita, karena Ia menginginkan kita semua datang untuk menjadi serupa dengan gambar Putra-Nya Dan dari saat itu di mana Ia memberi kita kebebasan dalam ciptaan - bukan kemerdekaan - hingga hari ini, Ia terus berjalan bersama kita".
Maka, oleh karena itu, "kita datang
kepada Maria". Hari ini, Paus Fransiskus mengatakan, "kita berada di ruang depan kisah ini: kelahiran Perawan Maria". "Mari kita mohon dalam doa agar Tuhan sudi memberi kita kesatuan untuk berjalan bersama-sama dan kedamaian hati. Ini adalah rahmat hari ini": “Hari ini kita dapat memandang Bunda Maria, anak kecil, yang kudus tanpa dosa, murni dan ditakdirkan untuk menjadi Bunda Allah dan juga melihat kisah yang terletak di belakangnya, begitu panjang, selama berabad-abad dan bertanya: 'Bagaimana saya melakukan
perjalanan dalam kisah saya? Apakah saya membiarkan Allah berjalan bersama saya? Apakah saya mengijinkan-Nya berjalan bersama saya atau apakah saya ingin berjalan sendiri? Apakah saya membiarkan-Nya membelai saya, membantu saya, mengampuni saya, membawa saya ke depan supaya saya boleh tiba pada perjumpaan dengan Yesus Kristus?’. Ini akan menjadi akhir perjalanan kita: sebuah perjumpaan dengan Tuhan. Akan ada
baiknya kita semua mengajukan pada diri kita sendiri pertanyaan ini hari ini. ‘Apakah saya membiarkan Allah bersabar bersama saya?'. Jadi, memandang kisah besar ini, dan bahkan desa kecil ini, kita bisa memuji Tuhan dan dengan rendah hati memohon agar Ia memberi kita kedamaian, kedamaian hati itu yang hanya dapat diberikan-Nya kepada kita, yang hanya
diberikan-Nya
kepada kita ketika kita membiarkan-Nya berjalan bersama kita".
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.