Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 13 Oktober 2014 : HUKUM SUCI BUKANLAH TUJUAN ITU SENDIRI


Bacaan Ekaristi : Gal 4:22-24,26-27,31-5:1; Luk 11:29-32

Terbuka terhadap kejutan-kejutan Allah, tidak tertutup terhadap tanda-tanda zaman dan mengingat hukum suci bukanlah tujuan itu sendiri. Inilah pesan Paus Fransiskus dalam homilinya pada Misa harian Senin pagi 13 Oktober 2014 di Casa Santa Marta, Vatikan. Mengulas kata-kata Yesus kepada ahli-ahli Taurat, Paus Fransiskus mendesak umat beriman untuk tidak melekat pada gagasan-gagasan mereka sendiri, tetapi berjalan bersama Tuhan, selalu menemukan hal-hal baru.

 
Yesus berbicara tentang
ahli-ahli Taurat yang menuntut sebuah tanda dan menggambarkan mereka sebagai "angkatan yang jahat". Mendasarkan dirinya pada bagian Injil ini Paus Fransiskus berbicara tentang "Allah kejutan-kejutan". Beliau mengatakan para ahli Taurat ini berulang kali meminta kpada Yesus sebuah tanda, dan Ia menjawab bahwa mereka tidak dapat "melihat tanda-tanda zaman":

"Mengapa para ahli Taurat ini tidak dapat memahami tanda-tanda zaman? Mengapa mereka menuntut sebuah tanda yang luar biasa (yang kemudian diberikan Yesus kepada mereka), mengapa mereka tidak mengerti? Pertama-tama, karena mereka tertutup. Mereka tertutup dalam sistem mereka, mereka telah dengan sempurna mensistematiskan hukum, itu adalah sebuah mahakarya. Setiap orang Yahudi tahu apa yang bisa mereka lakukan dan apa yang mereka tidak bisa lakukan, seberapa jauh mereka bisa pergi. Itu semua sistematis. Dan mereka aman di sana".

Mereka yakin bahwa Yesus melakukan "hal-hal aneh": "Ia bergaul dengan orang-orang berdosa, makan bersama para pemungut cukai". Paus Fransiskus mencatat bahwa mereka "tidak menyukai" Yesus, Ia "berbahaya, ajaran berada dalam bahaya, ajaran hukum", yang telah dirumuskan para teolog selama berabad-abad. Paus Fransiskus mengatakan bahwa sementara mereka telah "melakukan ini demi cinta, setia kepada Allah ", mereka telah menjadi "tertutup", mereka" hanya telah melupakan sejarah. Mereka telah melupakan bahwa Allah adalah Allah Hukum, tetapi Ia juga Allah kejutan-kejutan". Di sisi lain, kata Paus Fransiskus, "Allah telah sering mencadangkan kejutan-kejutan bagi umat-Nya" seperti ketika Ia menyelamatkan mereka "dari perbudakan di Mesir":

"Mereka tidak mengerti bahwa Allah adalah Allah kejutan, bahwa Allah selalu baru; Ia tidak pernah menyangkal diri
-Nya, tidak pernah mengatakan bahwa apa yang Ia katakan salah, tidak pernah, tetapi Ia selalu mengejutkan kita. Mereka tidak memahami hal ini dan mereka menutup diri mereka dalam sistem itu yang telah dibuat dengan niat baik dan meminta Yesus : Tetapi, berilah kami sebuah tanda'. Dan mereka tidak memahami banyak tanda yang diberikan Yesus kepada mereka dan yang menunjukkan bahwa waktunya sudah tiba. Ketertutupan! Kedua, mereka telah lupa bahwa mereka adalah sebuah umat pada sebuah perjalanan. Pada sebuah jalan! Dan ketika kita berangkat melakukan sebuah perjalanan, ketika kita berada di jalan kita, kita selalu menemukan hal-hal baru, hal-hal yang tidak kita tahu".

Dan, beliau menambahkan, "sebuah jalan tidak mutlak dalam dirinya sendiri", ia adalah sebuah jalan menuju "perwujudan akhir dari Tuhan. Kehidupan adalah sebuah perjalanan menuju kepenuhan Yesus Kristus, ketika Ia akan datang lagi". Angkatan ini "mencari sebuah tanda", tetapi Tuhan mengatakan, "tetapi tidak ada tanda-tanda akan diberikan, kecuali tanda Yunus", yaitu "tanda kebangkitan, kemuliaan, tanda eskatologis yang ke arahnya "kita sedang melakukan perjalanan".

Paus Fransiskus mengulangi, para ahli Taurat ini "tertutup pada diri mereka sendiri, tidak terbuka terhadap Allah Kejutan-kejutan, mereka tidak tahu jalan tersebut maupun eskatologi ini". Jadi, ketika di hadapan Mahkamah Agama Yesus mengklaim sebagai Putra Allah, "mereka merobek pakaian mereka", mereka terkejut mengatakan bahwa Ia telah menghujat. "Tanda yang diberikan Yesus kepada mereka beliau berkata - adalah sebuah hujatan". Dan karena alasan ini "Yesus mengatakan : sebuah angkatan yang jahat".

Paus Fransiskus menambahkan, "mereka gagal memahami bahwa hukum yang mereka jaga dan cintai" adalah sebuah pedagogi terhadap Yesus Kristus. "Jika hukum tidak mengarah kepada Yesus Kristus beliau berkata - jika ia tidak membawa kita lebih dekat kepada Yesus Kristus, ia mati. Dan Yesus menegur mereka karena ketertutupan ini, karena tidak bisa membaca tanda-tanda zaman, karena tidak bersikap terbuka terhadap Allah kejutan-kejutan".

"Dan ini seharusnya membuat kita berpikir: apakah aku melekat pada perkara-perkaraku, gagasan-gagasanku, [apakah mereka] tertutup Atau apakah aku terbuka terhadap kejutan-kejutan Allah? Apakah saya berada pada sebuah perhentian ataukah aku berada pada sebuah perjalanan? Apakah saya percaya kepada Yesus Kristus - di dalam Yesus, dalam apa yang Ia lakukan : Ia wafat, bangkit kembali dan kisah berakhir di sana - Apakah aku berpikir bahwa perjalanan berlanjut menuju kedewasaan, menuju perwujudan kemuliaan Tuhan? Apakah saya dapat memahami tanda-tanda zaman dan setia kepada suara Tuhan yang terwujud di dalam mereka? Kita seharusnya menanyakan pada diri kita sendiri pertanyaan-pertanyaan ini hari ini dan memohonkan kepada Tuhan hati yang mengasihi hukum - karena hukum milik Allah - tetapi yang juga mengasihi kejutan-kejutan Allah dan kemampuan untuk memahami bahwa hukum suci ini bukanlah tujuan itu sendiri".

Paus Fransiskus mengakhiri, "perjalanan" ini adalah sebuah pedagogi "yang menuntun kita kepada Yesus Kristus, perjumpaan terakhir, di mana akan ada tanda besar Putra Manusia ini".

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.