Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 3 Oktober 2014 : APAKAH KITA TERBUKA ATAU TERTUTUP TERHADAP JALAN KESELAMATAN ALLAH?


Bacaan Ekaristi : Ayb 38:1,12-21;39:36-38; Luk 10:13-16

Apakah kita terbuka terhadap karunia keselamatan Allah, atau apakah kita lebih memilih berlindung dalam keamanan aturan-aturan dan peraturan-peraturan buatan manusia? Itulah pertanyaan yang diajukan Paus Fransiskus selama homilinya dalam Misa harian Jumat pagi 3 Oktober 2014 di Santa Marta, Vatikan.


Satu-satunya keinginan Allah, Paus Fransiskus mengatakan kepada para endengarnya, adalah untuk menyelamatkan umat-Nya, tetapi begitu sering kita ingin membuat aturan-aturan untuk keselamatan kita sendiri. Inilah paradoks dramatis dari begitu banyak cerita-cerita Alkitab yang berpuncak pada kehidupan Yesus sendiri. Berkaca pada bacaan Injil hari itu (Luk 10:13-16), Paus Fransiskus berbicara tentang kesedihan Yesus yang ditolak dan diabaikan oleh bangsa-Nya sendiri. "Jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, Yesus memperingatkan orang-orang Khorazim dan Betsaida, sudah lama mereka bertobat dan berkabung". Sama seperti para nabi yang ditolak dan dibunuh oleh bangsa mereka, sehingga mereka melakukan hal yang sama kepada Yesus. Dan para pemimpinlah, Paus Fransiskus mengatakan, yang memprovokasi perlawanan terhadap keselamatan yang ditawarkan-Nya ini : E proprio la classe dirigente quela che chiude le porte al modo col quale Dio vuole salvarci…..

Kelas penguasalah yang menutup pintu terhadap jalan keselamatan Allah, kata Paus Fransiskus. Itulah sebabnya Yesus memiliki kata-kata kuat serupa dengan para pemimpin pada zaman-Nya mereka membantah, mereka mencoba untuk mengelabui-Nya dan menangkap-Nya karena mereka menolak tawaran keselamatan-Nya. Yesus berkata kepada mereka, "Aku tidak mengerti kamu! Kamu seperti anak-anak yang berkata 'Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak berkabung'. Apa yang Anda inginkan?" Mereka ingin, Paus Fransiskus mengatakan, menyelamatkan diri mereka dan tetap tertutup terhadap jalan Tuhan.

Sikap ini, Paus Fransiskus melanjutkan, sangat berbeda dari sikap umat Allah, yang memahami dan menerima keselamatan yang dibawa kepada mereka melalui Yesus. Para pemimpin mereka, di sisi lain, mengurangi keselamatan pada pemenuhan 613 perintah yang telah mereka ciptakan melalui semangat intelektual dan teologis mereka.

Loro non credono nella misericordia e nel perdono….. Para pemimpin ini, Paus Fransiskus mengatakan, tidak percaya pada belas kasih dan pengampunan tetapi hanya dalam pengorbanan-pengorbanan. Mereka ingin segalanya jelas rapi dan ini adalah drama perlawanan mereka terhadap keselamatan. Kita masing-masing, beliau berkata, berbagi drama ini dan kita harus bertanya kepada diri kita sendiri: Bagaimana saya ingin diselamatkan? Pada diri saya sendiri? Melalui sebuah spiritualitas yang baik, tetapi tetap dan jelas sehingga tidak ada resiko? Atau mengikuti jejak langkah Yesus yang selalu mengejutkan kita, membuka pintu-pintu terhadap misteri bleas kasih dan pengampunan Allah tersebut?

Jika saya tidak mengikuti Yesus tetapi pergi mencari guru-guru lain dan mencari perlindungan dalam perintah-perintah buatan manusia, Paus Fransiskus mengakhiri, saya mungkin merasa aman tetapi kenyataannya adalah saya sedang membeli keselamatan saya, bukannya menerima karunia cuma-cuma yang diberikan Allah kepada saya.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.