Bacaan
Ekaristi : Yes 5:1-7; Flp 4:6-9; Mat 21:33-43
Hari ini nabi Yesaya dan Injil
menggunakan gambaran kebun anggur Tuhan. Kebun anggur Tuhan adalah
"impian"-Nya, rencana yang ia pelihara dengan seluruh kasih-Nya,
seperti seorang petani yang merawat kebun anggurnya. Anggur adalah tanaman yang
membutuhkan banyak perawatan!
"Impian" Allah adalah umat-Nya. ia menanamnya dan memeliharanya dengan kasih yang sabar dan setia, sehingga ia bisa menjadi sebuah umat yang kudus, sebuah umat yang menghasilkan buah-buah keadilan yang berlimpah.
"Impian" Allah adalah umat-Nya. ia menanamnya dan memeliharanya dengan kasih yang sabar dan setia, sehingga ia bisa menjadi sebuah umat yang kudus, sebuah umat yang menghasilkan buah-buah keadilan yang berlimpah.
Tetapi dalam kedua nubuat kuno dan dalam perumpamaan Yesus, impian Allah digagalkan. Yesaya mengatakan bahwa anggur yang Ia begitu dikasihi dan pelihara telah menghasilkan "anggur liar" (5:2,4); Allah "mengharapkan keadilan tetapi melihat pertumpahan darah, kebenaran, tetapi hanya tangisan kesedihan" (ayat 7). Dalam Injil, para petani sendirilah yang merusak rencana Tuhan : mereka gagal melakukan pekerjaan mereka, tetapi hanya memikirkan kepentingan mereka sendiri.
Dalam perumpamaan Yesus, Ia sedang mengalamatkan imam-imam kepala dan tua-tua bangsa, dengan kata lain "para pakar", para pengelola. Kepada mereka dengan cara tertentu Allah mempercayakan "impian"-Nya, umat-Nya, kepada mereka untuk dipelihara, dijaga dan dilindungi dari hewan-hewan ladang. Ini adalah pekerjaan para pemimpin: memelihara kebun anggur dengan kebebasan, kreativitas dan kerja keras.
Tetapi Yesus mengatakan kepada kita bahwa para petani itu mengambil alih kebun anggur. Karena keserakahan dan keangkuhan mereka ingin melakukan dengannya menurut kehendak mereka, dan sehingga mereka mencegah Allah mewujudkan impian-Nya bagi umat yang telah Ia pilih.
Godaan untuk keserakahan pernah hadir. Kita menjumpainya juga dalam nubuat besar nabi Yehezkiel tentang para gembala (bdk. Bab 34), yang atasnya Santo Agustinus memberikan ulasan dalam salah satu khotbah yang dirayakannya yang baru saja kita baca kembali dalam Ibadat Harian. Keserakahan akan uang dan kekuasaan. Dan untuk memuaskan keserakahan ini, para gembala yang jahat meletakkan beban-beban yang tak tertahankan di pundak orang lain, yang mereka sendiri tidak mengangkat jari untuk menggerakkannya (bdk. Mat 23:4).
Kita juga, dalam Sinode Para Uskup, dipanggil untuk bekerja bagi kebun anggur Tuhan. Sidang-sidang Sinode tidak dimaksudkan untuk mendiskusikan ide-ide yang indah dan ide-ide cerdas, atau untuk melihat siapa yang lebih pintar ... Mereka dimaksudkan untuk memelihara dan menjaga dengan lebih baik kebun anggur Tuhan, untuk membantu mewujudkan impian-Nya, rencana kasih-Nya bagi umat-Nya. Dalam hal ini Tuhan sedang meminta kita untuk merawat keluarga, yang telah dari awal merupakan bagian integral dari rencana kasih-Nya bagi umat manusia.
Kita semua adalah orang-orang berdosa dan juga dapat tergoda untuk "mengambil alih" kebun anggur, oleh karena keserakahan itu yang selalu hadir dalam diri kita manusia. Impian Allah selalu bertentangan dengan kemunafikan beberapa hamba-Nya. Kita dapat "menggagalkan" impian Allah jika kita gagal membiarkan diri kita dibimbing oleh Roh Kudus. Roh Kudus memberi kita kebijaksanaan itu yang melampaui pengetahuan, dan memungkinkan kita untuk bekerja secara murah hati dengan kebebasan yang otentik dan kreativitas yang rendah hati.
Saudara-saudara Sinode saya, untuk melakukan pekerjaan yang baik dalam pemeliharaan dan penjagaan kebun anggur, hati dan pikiran kita harus tersimpan dalam Yesus Kristus dengan "Damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal" (Flp 4:7). Dengan cara ini pikiran dan rencana kita akan sesuai dengan impian Allah: untuk membentuk sebuah umat yang kudus yang milik-Nya dan menghasilkan buah-buah Kerajaan Allah (bdk. Mat 21:43).
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.