Bacaan Ekaristi : 1Yoh 5:5-13; Luk 5:12-16
Paus Fransiskus mengatakan hanya Roh Kudus yang memiliki kekuatan untuk membuka hati kita kepada Allah dan kasih-Nya dan bukan ribuan pertemuan yoga atau kursus spiritualitas Zen. Itulah yang disampaikan Paus Fransiskus dalam homilinya pada Misa harian Jumat pagi 9 Januari 2015 di Casa Santa Marta, Vatikan.
Paus Fransiskus mengatakan hanya Roh Kudus yang memiliki kekuatan untuk membuka hati kita kepada Allah dan kasih-Nya dan bukan ribuan pertemuan yoga atau kursus spiritualitas Zen. Itulah yang disampaikan Paus Fransiskus dalam homilinya pada Misa harian Jumat pagi 9 Januari 2015 di Casa Santa Marta, Vatikan.
Permenungan Bapa Suci mengacu pada Bacaan Injil hari itu yang menceritakan bagaimana para rasul ketakutan ketika mereka melihat Yesus berjalan di atas air. Dan alasan untuk ketakutan mereka, beliau menjelaskan, yaitu hati mereka mengeras.
Paus Fransiskus mengatakan hati seseorang dapat terbuat dari batu karena berbagai alasan, seperti, misalnya, sebuah pengalaman yang menyakitkan dalam hidupnya. Kemudian beliau menunjukkan alasan lain untuk hati yang mengeras, yaitu karena orang-orang tertutup pada dirinya sendiri.
"Menciptakan sebuah dunia di dalam dirinya sendiri, seluruhnya tertutup. Tertutup di dalam dirinya sendiri, dalam jemaat atau parokinya, tetapi selalu tertutup. Dan ketertutupan ini dapat berputar di sekitar begitu banyak hal. Tetapi mari kita memikirkan tentang kebanggaan, kecukupan diri, berpikir saya lebih baik daripada orang lain, dan kesombongan juga, bukan? Kita memiliki 'laki-laki dan perempuan cermin' (yang menganut pencitraan mereka sendiri dalam cermin), yang tertutup pada diri mereka sendiri, dan terus-menerus memandang diri mereka sendiri, bukan? Para pelaku narsis religius, bukan? Tetapi mereka memiliki hati yang mengeras karena mereka tertutup pada diri mereka sendiri, mereka tidak terbuka. Dan mereka berusaha untuk membela diri mereka dengan dinding-dinding tersebut yang telah mereka ciptakan di sekitar diri mereka".
Paus Fransiskus mengatakan hati yang mengeras dalam orang-orang ini juga bisa timbul dari sebuah masalah ketidakamanan, seperti mereka yang membarikade diri mereka di balik hukum dan peraturan, seolah-olah di dalam sebuah penjara, merasa lebih aman dan mengikuti aturan-aturan tertulis tersebut.
"Ketika hati menjadi mengeras, ia tidak bebas dan jika ia tidak bebas itu karena orang itu tidak mampu mengasihi, itulah pinta Rasul Yohanes dalam Bacaan Pertama (1Yoh 5:5-13). Kasih yang sempurna mengusir ketakutan : dalam kasih tidak ada ketakutan, karena ketakutan sedang mengharapkan sebuah hukuman dan seseorang yang takut tidak memiliki kasih yang sempurna. Ia tidak bebas. Mereka terus-menerus takut karena sesuatu yang menyakitkan atau menyedihkan akan muncul, yang akan menyebabkan hidup mereka berjalan buruk atau akan membahayakan keselamatan kekal mereka ... Betapa sebuah khayalan (yang terlalu aktif), karena ia tidak bisa mengasihi. Seseorang yang tidak mampu mengasihi tidak bebas. Dan hati mereka mengeras karena mereka tidak belajar bagaimana mengasihi".
Paus Fransiskus mengakhiri homilinya dengan menekankan bahwa hanya Roh Kudus yang dapat mengajar kita bagaimana mengasihi dan membebaskan kita dari hati kita yang mengeras.
"Anda dapat mengikuti ribuan kursus katekese, ribuan kursus spiritualitas, ribuan kursus yoga atau zen dan semua hal-hal ini. Tetapi tak satupun dari ini semua akan dapat memberikan Anda kebebasan sebagai anak (Allah). Hanya Roh Kudus yang dapat mendorong hati Anda untuk mengatakan 'Bapa'. Hanya Roh Kudus yang mampu menghalau, memecahkan kekerasan hati tersebut dan menjadikannya ... lembut? Tidak, saya tidak menyukai kata itu, ... 'patuh'. Patuh kepada Tuhan. Patuh ketika ia mendatangkan kebebasan untuk mengasihi".
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.