Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 21 Mei 2015 : KESATUAN TIDAK DIBUAT DENGAN LEM

Bacaan Ekaristi : Kis 22:30.23:6-11; Yoh 17:20-26

Kesatuan dalam Gereja merupakan pokok permenungan homili Paus Fransiskus dalam Misa harian Kamis pagi, 21 Mei 2015, di Casa Santa Marta, Vatikan. Mengacu pada Bacaan Injil hari itu (Yoh 17:20-26), Paus Fransiskus memberi penekanan khusus bagaimana "itu menghibur semua orang untuk mendengarkan kata-kata ini : Bapa, 'bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka'". Ini adalah kata-kata Yesus ketika Ia mengucapkan perpisahan kepada para Rasul. Pada saat itu Yesus berdoa kepada Bapa bagi para murid dan "juga berdoa bagi kita".

Paus Fransiskus menunjukkan bahwa "Yesus berdoa bagi kita, pada waktu itu, dan Ia terus melakukannya". Bahkan, kita membaca dalam Injil: "Bapa, Aku berdoa untuk ini, tetapi juga untuk begitu banyak orang lain yang belum datang". Rincian yang tampak tidak berarti ini mungkin terlewatkan pembaca yang kurang teliti. Namun, Paus Fransiskus menekankan, "Yesus berdoa untukku", dan ini "justru merupakan sumber iman". Kita bisa membayangkan "Yesus di hadapan Bapa di Surga", berdoa bagi kita. Dan "apa yang dilihat Bapa? Luka-luka-Nya", atau lebih tepatnya, harga yang Yesus "bayar untuk kita".

Dengan gambaran ini Paus Fransiskus dengan tepat menuju pokok permenungannya. Memang, beliau bertanya, "apa yang diminta Yesus kepada Bapa dalam doa ini?". Apakah Ia mengatakan: "Aku berdoa sehingga mereka akan memiliki kehidupan yang baik, akan memiliki uang, semua akan senang, tidak akan menginginkan apa-apa?". Tidak, Yesus "berdoa supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau". Pada saat itu Ia berdoa "untuk kesatuan kita. Untuk kesatuan umat-Nya, untuk kesatuan Gereja-Nya".

Yesus sangat sadar, Paus Fransiskus menjelaskan, bahwa "roh dunia, yang benar-benar merupakan roh bapa perpecahan, adalah sebuah roh perpecahan, peperangan, iri, cemburu". Hal ini juga hadir "dalam keluarga-keluarga, bahkan dalam keluarga-keluarga religius, bahkan dalam keuskupan-keuskupan, bahkan dalam Gereja secara keseluruhan: ia adalah godaan besar". Karena alasan ini, "doa agung Yesus" adalah "menyerupai" doa agung Bapa: "sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau", dalam "kesatuan yang Ia miliki dengan Bapa".

Sekarang, orang mungkin bisa bertanya: "Bapa, dengan doa Yesus ini, jika kita ingin setia, bisakah kita tidak bergosip tentang satu sama lain?". Atau: "Bisakah kita tidak menamai orang ini sebagai ..., orang ini adalah cara ini, orang ini  adalah ...?". Dan "orang yang lain itu, yang dicap sebagai seorang revolusioner ...?". Paus Fransiskus menjawab dengan sebuah "tidak" yang menggema kembali. Karena, beliau menambahkan, "kita harus menjadi satu, satu hal tunggal, seperti Yesus dan Bapa adalah satu". Ini tepatnya merupakan "tantangan bagi kita semua orang Kristen: untuk tidak meninggalkan ruang bagi perpecahan di antara kita, tidak membiarkan roh perpecahan, bapa kebohongan memasuki kita". Kita harus, Paus Fransiskus melanjutkan, "selalu mengusahakan kesatuan". Tentu, setiap orang "adalah bagaimana dia adanya", tetapi harus berusaha untuk hidup di dalam kesatuan: "Apakah Yesus telah mengampuni kamu? Ia mengampuni semua orang".

Tuhan berdoa agar kita berhasil dalam hal ini. Paus Fransiskus menjelaskan: "Gereja memiliki kebutuhan tersebut, sehingga banyak membutuhkan doa kesatuan ini, tidak hanya doa Yesus; kita juga harus bergabung dalam doa ini". Bagaimana pun juga, sejak awal mula Gereja telah menunjukkan kebutuhan ini: "Jika kita membaca Kitab Kisah Para Rasul dari awal", Paus Fransiskus mengatakan, "kita akan melihat pertengkaran-pertengkaran itu, bahkan penipuan, mulai ada. Orang menipu orang lain, memikirkan Ananias dan Safira ... ". Bahkan di tahun-tahun awal tersebut kita menemukan perpecahan, kepentingan-kepentingan pribadi, keegoisan. Membangun kesatuan benar-benar telah dan sedang merupakan sebuah "perjuangan" yang sungguh-sungguh..

Terutama orang perlu menyadari bahwa "kita sendirian tidak bisa" mencapai kesatuan: memang, "itu adalah sebuah rahmat". Itu sebabnya, Paus Fransiskus menunjukkan, "Yesus berdoa, Ia berdoa saat itu, Ia berdoa bagi Gereja, Ia berdoa bagiku, bagi Gereja, bagiku untuk mengambil jalan ini".

Kesatuan sangat penting sehingga, Bapa Suci mencatat, "dalam perikop yang telah kita baca", kata ini diulang "empat kali dalam enam ayat". Namun, kesatuan "tidak dibuat dengan lem". Tidak ada hal seperti "Gereja dibuat dengan lem": Gereja dijadikan satu oleh Roh. Dengan demikian, "kita harus membuat ruang bagi Roh untuk mengubah kita, sebagaimana Bapa dalam Putra, satu hal tunggal".

Untuk mencapai tujuan ini, Paus Fransiskus menambahkan, Yesus sendiri memberikan nasihat ini: "Tinggallah di dalam Aku". Kata ini juga adalah sebuah rahmat. Yesus berdoa: "Bapa, Aku mau supaya, di mana pun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku", agar mereka boleh "memandang kemuliaan-Ku".

Permenungan ini memunculkan beberapa saran dari Paus Fransiskus : membaca ulang Injil Yohanes, Bab 17, ayat 20-26, dan memikirkan: "Yesus berdoa, Ia berdoa untukku, Ia masih berdoa dan berdoa untukku. Ia berdoa dengan luka-luka-Nya, di hadapan Bapa". Ia melakukan ini "sehingga kita semua menjadi satu, seperti Ia dengan Bapa, dalam kesatuan". Ini "harus memacu kita untuk tidak menghakimi", untuk tidak melakukan "hal-hal yang bekerja melawan kesatuan" dan untuk mengikuti saran Yesus "tinggal di dalam Dia dalam hidup ini sehingga kita dapat tinggal dengan Dia dalam kekekalan".

Pelajaran-pelajaran ini, Paus Fransiskus mengakhiri, ditemukan dalam wacana Yesus selama Perjamuan Terakhir. Dalam Misa, "kita menghidupkan kembali" perjamuan malam itu, dan Yesus mengulangi kata-kata ini kepada kita. Oleh karena itu, selama Ekaristi, "kita meninggalkan ruang sehingga kata-kata Yesus dapat memasuki hati kita dan kita semua mungkin mampu menjadi saksi kesatuan dalam Gereja dan kesaksian sukacita dalam harapan merenungkan kemuliaan Yesus".

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.