Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 26 Mei 2015 : UPAH KITA BERASAL DARI YESUS

Bacaan Ekaristi : Sir 35:1-12; Mrk 10:28-31

Upah seorang Kristen yaitu ia menanggung "keserupaan dengan Yesus" : tidak ada imbalan berupa uang atau kekuasaan bagi orang yang benar-benar mengikuti Tuhan, karena jalan tersebut hanyalah jalan pelayanan dan memberi secara bebas. Jika kita malahan mencari "kesepakatan yang bagus" dalam istilah duniawi "kekayaan, kesombongan dan kebanggaan", "kepala kita membengkak" dan kita menanggung "kontra-kesaksian" dalam Gereja. Ini adalah godaan yang terhadapnya Paus Fransiskus memperingatkan.

Meditasi Paus Fransiskus diilhami bacaan hari itu, yang diambil dari Injil menurut Markus (10:28-31). Diceritakan "dialog antara Petrus dan Yesus", yang dijelaskan oleh Paus Fransiskus, terjadi setelah perjumpaan dengan "orang muda itu yang ingin mengikuti Yesus: ia baik, Yesus mengasihinya". Namun, Tuhan "mengatakan kepadanya bahwa ia tidak memiliki satu hal: bahwa ia harus menjual semua yang ia miliki" untuk diberikan "kepada orang miskin : 'Engkau akan beroleh harta di sorga'". Tetapi mendengar kata-kata ini, "wajah orang muda itu lunglai dan ia pergi dengan penuh kesedihan".

Dengan demikian, Paus Fransiskus melanjutkan, "Yesus menyimpulkan percakapan tersebut dan berkata kepada murid-murid-Nya : "Betapa akan sulitnya bagi mereka yang memiliki kekayaan masuk ke dalam Kerajaan Allah". Dan "murid-murid kagum pada kata-kata-Nya". Tetapi "Yesus menyimpulkan dan mengatakan kepada mereka : "Anak-anak, betapa sulitnya untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah. Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum daripada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah".

Di sini kita sampai pada bagian dari liturgi Selasa, dengan Petrus meyakinkan Yesus : "Loh, kami telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikuti Engkau". Hal ini seolah-olah mengatakan: "Bagaimana dengan kita? Akan berupa apakah akan upah kita? Kami telah meninggalkan segala sesuatu". Dengan kata lain, "orang kaya yang tidak meninggalkan apa-apa - orang muda itu yang tidak ingin meninggalkan harta miliknya - tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Allah", tetapi bagaimana dengan kita? "Akan berupa apakah upah kita?".

Persoalannya, Paus Fransiskus menunjukkan, yaitu "para murid setengah memahami Yesus, karena mengenal Yesus sepenuhnya terjadi ketika Roh Kudus datang". Bahkan, Yesus menanggapi mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan". Dengan kata lain, "Yesus menanggapi dengan menunjuk ke arah lain" dan tidak menjanjikan "kekayaan yang sama yang dimiliki anak muda itu". Tepatnya dengan "memiliki banyak saudara, saudari, ibu, ayah, harta yang mewarisi kerajaan, tetapi dengan penganiayaan, dengan salib. Dan ini mengubah".

Berikut ini adalah mengapa, Paus Fransiskus menjelaskan, "ketika seorang Kristen melekat pada harta, ia memberikan kesan buruk seorang Kristen yang ingin memiliki dua hal : surga dan bumi". Dan "batu ujiannya persisnya adalah apa yang dikatakan Yesus : salib, penganiayaan, penyangkalan diri yang berarti, menanggung salib setiap hari".

Untuk bagian mereka, "para murid memiliki godaan ini: mengikuti Yesus, tetapi kemudian akan bagaimana kesepakatan yang baik ini berubah?". Dan, Paus Fransiskus menambahkan, "mari kita memikirkan ibu Yakobus dan Yohanes, ketika ia meminta Yesus untuk sebuah tempat untuk anak-anaknya : 'Ah, membuat orang ini perdana menteri bagi saya, orang itu menteri keuangan'". Ada "kepentingan duniawi dalam mengikuti Yesus" : tetapi kemudian "hati para murid tersebut dimurnikan, dimurnikan, dimurnikan sampai Pentakosta, ketika mereka mengerti segalanya".

"Kecuma-cumaan dalam mengikuti Yesus adalah tanggapan terhadap kasih yang cuma-cuma dan keselamatan yang diberikan Yesus kepada kita", lanjut Paus Fransiskus. "Ketika seseorang ingin mengikuti Yesus maupun dunia, kemiskinan maupun kekayaan", hasilnya adalah "Kekristenan setengah jalan, yang mencari keuntungan materi : semangat keduniawian". Dan "orang Kristen itu, Nabi Elia berkata, 'pincang dengan dua kaki' karena" ia tidak tahu apa yang ia inginkan".

Dengan demikian, Paus Fransiskus menunjukkan, "kunci untuk memahami percakapan Yesus ini - ya, seratus kali lipat, tetapi dengan salib - adalah kalimat terakhir: "banyak yang pertama akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi pertama'". Dengan kata lain, "orang yang berbicara tentang pelayanan: 'Orang yang mempercayai dirinya, atau orang yang terbesar di antara kamu, membuat dirinya hamba: yang terkecil'". Oleh kebetulan, Paus Fransiskus mengingat, berbicara kata-kata Yesus "mengangkat anak itu dan menunjukkan kepadanya".

"Mengikuti Yesus dari sudut pandang manusia bukan gagasan yang baik. tidak banyak: itu berarti layanan", lanjut Paus. Terutama, yaitu tepatnya apa yang "Ia lakukan : dan jika Tuhan memberi kalian kesempatan menjadi yang pertama, kalian harus berperilaku seperti yang terakhir, yaitu dengan melayani. Dan jika Tuhan memberi kalian kesempatan untuk memiliki harta, kalian harus menempatkan mereka dalam pelayanan, yaitu bagi orang lain".

"Ada tiga hal, tiga langkah yang memisahkan kita dari Yesus: kekayaan, kesombongan dan kebanggaan", Paus Fransiskus menyatakan. Inilah sebabnya, beliau menjelaskan, "harta begitu berbahaya: mereka segera membawa Anda langsung kapada kesombongan, dan kalian percaya bahwa kalian penting"; tetapi "ketika kalian percaya kalian penting, kepala kalian membengkak dan kalian hilang". Ini adalah alasan yang diingatkan Yesus kepada kita tentang jalan ini : "banyak yang pertama akan menjadi yang terakhir, dan ia yang pertama di antara kamu akan menjadikan dirinya hamba semua orang". Ini adalah "jalan penanggalan", jalan yang sama yang "Ia ambil".

"Bagi Yesus, karya katekese bagi murid-murid itu benar-benar memakan banyak waktu, karena mereka tidak memahami dengan baik". Jadi hari ini, Paus Fransiskus menyarankan, "kita juga harus bertanya kepada-Nya: mengajarkan kita jalan ini, ilmu pelayanan ini, ilmu kerendahan hati ini, ilmu menjadi yang terakhir ini untuk melayani saudara dan saudari Gereja".

Paus Fransiskus menggambarkannya sebagai "tak pantas melihat seorang Kristen - apakah awam, pelaku hidup bakti, imam atau uskup - yang ingin kedua hal: mengikuti Yesus dan harta, mengikuti Yesus dan keduniawian". Ini adalah "kontra-kesaksian" yang "memisahkan orang-orang dari Yesus". Sebelum melanjutkan dengan perayaan Ekaristi, Paus Fransiskus menyarankan permenungan lebih atas pertanyaan Petrus: "Kami telah meninggalkan segala sesuatu: bagaimana engkau akan membayar kami?". Paus Fransiskus juga mengingatkan 'tanggapan kita, karena membayar "Ia akan memberi kita serupa dengan-Nya: ini akan menjadi upah kami'". Dan "keserupaan dengan Yesus", beliau menyimpulkan, adalah sebuah "upah yang besar".

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.