Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 29 Mei 2015 : TIGA GAYA HIDUP

Bacaan Ekaristi : Sir 44:1.9-12; Mrk 11:11-28

Dalam homilinya selama Misa harian Jumat pagi, 29 Mei 2015, di Casa Santa Marta, Vatikan, Paus Fransiskus menjelaskan bahwa ada "tiga gaya hidup". Beliau menarik homilinya dari perikop Injil menurut Markus (11:11-25), yang menyajikan tiga sikap terkait dengan banyak gambaran : gambaran "pohon ara", "pedagang di Bait Allah" dan "orang beriman".

Sebelumnya, selama perayaan pagi pada hari Kamis, Paus Fransiskus telah berbicara tentang ciri tiga macam murid Yesus - orang-orang "yang tidak mendengar teriakan minta tolong" dari orang buta, orang-orang yang "mengesampingkan orang-orang dari Yesus" dan, terakhir, "mereka yang membantu orang-orang yang membutuhkan untuk pergi ke Yesus" - menyerukan sebuah pemeriksaan batin bagi setiap orang untuk mengidentifikasi ia termasuk kelompok mana. Jadi beliau kembali kepada hal ini, pagi berikutnya, kepada permenungan yang sama yang diilhami oleh Bacaan Injil hari itu.

Pohon ara, beliau menjelaskan, "mewakili ketidaksuburan, yaitu, sebuah kehidupan yang tandus, yang tidak mampu memberikan apa-apa", karena orang macam itu "hidup untuk dirinya sendiri; tak mau diganggu, mementingkan diri sendiri", yang tidak menginginkan "masalah-masalah". Dalam perikop Injil, Yesus mengutuk pohon ara yang tidak subur, "karena tidak berusaha untuk berbuah". Oleh karena itu, ia melambangkan "orang yang tidak melakuan apa-apa untuk membantu, yang hidup hanya untuk dirinya sendiri, sehingga ia tidak menginginkan apa pun".

Orang-orang seperti itu, Paus Fransiskus melanjutkan, "menjadi sakit syaraf" pada akhirnya. Dan "Yesus mengutuk ketandusan rohani, keegoisan rohani" dari mereka yang berpikir: "Aku hidup untuk diriku sendiri: maka aku tidak pernah menginginkan apa pun, biarkan orang lain melakukannya untuk diri mereka sendiri".

Lalu ada "gaya hidup" yang kedua, yaitu gaya hidup "orang-orang yang mengeksploitasi, para pedagang yang tidak jujur di Bait Allah". Mereka "bahkan mengeksploitasi tempat suci Allah dengan melakukan bisnis: mereka menukar mata uang, menjual hewan kurban, di antara mereka, mereka bahkan memiliki semacam serikat di antara mereka sendiri untuk perlindungan". Gaya hidup mereka yang "tidak hanya ditoleransi tetapi bahkan diizinkan oleh para imam Bait Allah". Untuk pemahaman yang lebih jelas, Paus Fransiskus mengingatkan lagi adegan yang "benar-benar jelek" dari Kitab Suci, yang menggambarkan "orang-orang yang melakukan sebuah bisnis agama": kisah imam yang anaknya "mendesak orang-orang untuk membuat persembahan dan benar-benar menguntungkan, bahkan dari orang-orang miskin". "Yesus tidak mengecualikan satu kata pun" untuk orang-orang ini, dan mengatakan kepada para pedagang di Bait Allah: "Rumah-Ku akan disebut rumah doa; tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun". Paus Fransiskus berhenti sejenak pada bagian yang keras ini : orang-orang "pergi ke sana dalam peziarahan untuk meminta berkat Tuhan, untuk membuat sebuah pengorbanan" dan bahkan di sana "orang-orang ini dieksploitasi"; para imam "tidak mengajar mereka untuk berdoa, tidak memberi mereka katekese .... Itu adalah sarang penyamun". Mereka tidak peduli apakah ada devosi sejati: "Anda membayar, Anda masuk ...". Mereka melakukan ritual "tanpa devosi yang benar". Paus Fransiskus menyimpang dari titik ini untuk mengundang permenungan : "Saya tidak tahu entah akan ada baiknya bagi kita untuk mempertimbangkan apakah sesuatu seperti ini terjadi dengan kita di tempat-tempat tertentu": dengan kata lain, "memanfaatkan hal-hal Allah untuk keuntungan kita sendiri" .

Akhirnya, ada jenis ketiga, jenis "yang disarankan oleh Yesus, yaitu, kehidupan iman". Untuk menggambarkannya, Paus Fransiskus kembali ke Injil Markus dan mengingatkan bahwa ketika para murid melihat pohon ara layu hingga akar "karena Yesus mengutuknya", Petrus berkata kepadanya : "Rabi, lihatlah, pohon ara yang Kaukutuk itu sudah kering". Dan Yesus, mengambil kesempatan untuk menunjukkan gaya hidup yang tepat, menjawab: "Percayalah kepada Allah! Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! Asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya. Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu ". Oleh karena itu, Paus Fransiskus menjelaskan, "apa yang akan terjadi adalah persis apa yang kita minta dengan iman: itu adalah gaya hidup iman".

Orang bisa bertanya: "Bapa, apa yang harus aku lakukan untuk ini?". Bagi Paus Fransiskus, jawabannya sederhana: "Mintalah kepada Tuhan, tetapi dengan iman, agar Ia membantu Anda melakukan hal-hal yang baik". Ini sederhana, namun memiliki "satu syarat", yang persis dengan apa yang dikatakan Yesus : "Jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu".

Dengan demikian, gaya hidup ketiga yang disarankan adalah menghidupi "iman sehingga dapat membantu orang lain, menjadi lebih dekat kepada Allah", iman "yang mengerjakan mukjizat". Paus Fransiskus kemudian merangkum tiga jalan yang disampaikan kepada orang-orang Kristen: jalan pertama adalah jalan "orang yang tandus" yang tidak ingin "berbuah dalam hidup" dan yang mengarah pada "kehidupan yang nyaman, tenang tanpa masalah, dan membiarkan": gaya hidup orang tidak repot-repot melakukan yang baik. Lalu ada orang-orang "yang mengambil keuntungan dari orang lain, bahkan di rumah Allah; para penghisap, para pedagang yang tidak jujur di Bait Allah", mereka yang "diusir' dengan cambuk oleh Yesus. Dan akhirnya, gaya hidup mereka yang memiliki "kepercayaan pada Allah", mengetahui bahwa apa yang mereka minta dari Tuhan dengan iman, "akan terjadi". Dan inilah tepatnya apa "yang disarankan Yesus kepada kita: jalan Yesus", yang dapat diambil hanya dengan satu syarat: "mengampuni, mengampuni orang lain, sehingga Bapamu akan mengampuni kami begitu banyak hal".

Sebagai penutup, Paus Fransiskus mengundang semua orang meminta kepada Tuhan - "dalam kurban Ekaristi" - untuk mengajarkan "kita masing-masing, Gereja", untuk tidak pernah jatuh "ke dalam ketandusan atau komersialisme".

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.