Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA HARI RAYA SANTO PETRUS DAN SANTO PAULUS 29 Juni 2015

Bacaan Ekaristi : Kis 12:1-11; 2Tim 4:6-8.17-18;  Mat 16:13-19

Bacaan, yang diambil dari Kisah Para Rasul, berbicara kepada kita tentang jemaat Kristen perdana yang terkepung oleh penganiayaan. Sebuah jemaat yang secara kasar dianiaya oleh Herodes yang "bertindak dengan keras terhadap beberapa orang dari jemaat..... menyuruh menahan Petrus..... menyuruh memenjarakannya" (12:1-4).

Tetapi, saya tidak ingin memikirkan penganiayaan yang mengerikan, tidak manusiawi dan tidak dapat dimengerti ini, yang sayangnya masih ada di banyak bagian dunia saat ini, sering kali di bawah tatapan diam dari semua orang. Hari ini saya bukannya ingin memberi penghormatan untuk keberanian para Rasul dan jemaat Kristen perdana. Keberanian ini melancarkan karya penginjilan, bebas dari rasa takut akan kematian dan kemartiran, dalam konteks sosial sebuah kekaisan kafir; kehidupan Kristen mereka bagi kita, orang-orang Kristen hari ini, adalah sebuah panggilan kuat kepada doa, kepada iman dan kepada kesaksian.

Panggilan kepada doa : jemaat perdana adalah sebuah Gereja yang berdoa: "Petrus ditahan di dalam penjara. Tetapi jemaat dengan tekun mendoakannya kepada Allah" (Kis 12:5). Dan jika kita memikirkan Roma, katakombe-katakombe bukan tempat-tempat untuk melarikan diri dari penganiayaan melainkan, mereka adalah tempat-tempat doa, untuk menguduskan hari Tuhan dan untuk membangkitkan, dari jantung bumi, penyembahan kepada Allah yang tidak pernah melupakan putra dan putri-Nya.

Jemaat Petrus dan Paulus mengajarkan kita bahwa Gereja yang berdoa adalah sebuah Gereja yang berdiri tegap, yang bergerak maju! Memang, seorang Kristen yang berdoa adalah seorang Kristen yang dilindungi, dijaga dan ditopang, dan terutama, yang tidak pernah sendirian.

Bacaan pertama melanjutkan : "Prajurit-prajurit pengawal sedang berkawal di muka pintu. Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan dekat Petrus dan cahaya bersinar dalam ruang itu. Malaikat itu menepuk Petrus.... Maka gugurlah rantai itu dari tangan Petrus" (12:6-7).

Marilah kita berpikir tentang berapa kali Tuhan telah mendengar doa kita dan mengutus seorang malaikat kepada kita? Seorang malaikat yang tiba-tiba datang untuk menarik kita keluar dari situasi yang sulit. Yang datang untuk merebut kita dari tangan maut dari si jahat; yang menunjukkan jalan yang salah; yang menyalakan kembali di dalam diri kita nyala pengharapan; yang memberi kita dengan lembut kenyamanan; yang menghibur hati kita yang remuk; yang membangunkan dari ketiduran kita terhadap dunia; atau yang hanya memberitahu kita, "Kamu tidak sendirian".

Berapa banyak malaikat yang Ia tempatkan di jalan kita, namun ketika kita kewalahan oleh rasa takut, tidak percaya atau bahkan bereuforia, kita meninggalkan mereka di luar pintu, seperti yang terjadi pada Petrus ketika ia mengetuk pintu gerbang dan "datanglah seorang hamba perempuan bernama Rode untuk mengetahui siapa yang mengetuk itu. Ia terus mengenal suara Petrus, tetapi karena girangnya ia tidak membuka pintu gerbang itu" (12:13-14).

Tidak ada satupun jemaat Kristen bisa berjalan maju tanpa didukung oleh doa yang terus-menerus! Doa adalah perjumpaan dengan Allah, dengan Allah yang tidak pernah mengecewakan kita; dengan Allah yang setia terhadap sabda-Nya; dengan Allah yang tidak meninggalkan anak-anak-Nya. Yesus bertanya kepada diri-Nya sendiri: "Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya?" (Luk 18:7). Dalam doa, orang-orang percaya mengungkapkan iman mereka dan kepercayaan mereka, dan Allah mengungkapkan kedekatan-Nya, juga dengan memberi kita para malaikat, para utusan-Nya.

Panggilan kepada iman: dalam Bacaan Kedua Santo Paulus menulis kepada Timotius: "Tetapi Tuhan telah mendampingi aku dan menguatkan aku, supaya dengan perantaraanku Injil diberitakan dengan sepenuhnya... Dengan demikian aku lepas dari mulut singa. Dan Tuhan akan melepaskan aku dari setiap usaha yang jahat. Dia akan menyelamatkan aku, sehingga aku masuk ke dalam Kerajaan-Nya di sorga" (2 Tim 4:17-18). Allah tidak membawa anak-anak-Nya keluar dari dunia atau dari kejahatan tetapi Ia menganugerahi mereka kekuatan untuk menang. Hanya orang yang percaya bisa benar-benar mengatakan: "Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku" (Mzm 23:1).

Berapa banyak kekuatan dalam perjalanan sejarah telah mencoba, dan masih mencoba, untuk menghancurkan Gereja, dari luar maupun dari dalam, tetapi mereka sendiri dihancurkan dan Gereja tetap hidup dan berbuah! Seacra tak terpahami ia tetap padu, sehingga, sebagaimana dikatakan Santo Paulus, ia boleh bersorak : "Bagi-Nyalah kemuliaan selama-lamanya!" (2 Tim 4:18).

Semuanya berlalu, hanya Allah yang tinggal. Memang, kerajaan-kerajaan, orang-orang, budaya-budaya, bangsa-bangsa, ideologi-ideologi, kekuasaan-kekuasaan telah berlalu, tetapi Gereja, yang didirikan di atas Kristus, meskipun banyak badai dan banyak dosa kita, tetap sungguh taat kepada perbendaharaan iman yang ditampilkan dalam pelayanan; karena Gereja bukanlah milik para Paus, para uskup, para imam, maupun umat awam; Gereja di setiap saat semata-mata milik Kristus. Hanya orang yang tinggal di dalam Kristus mempromosikan dan membela Gereja dengan kekudusan hidup, mengikuti teladan Petrus dan Paulus.

Dalam nama Kristus, orang-orang percaya telah membangkitkan orang mati; mereka telah menyembuhkan orang sakit; mereka telah mengasihi para penganiaya mereka; mereka telah menunjukkan bagaimana tidak ada kekuatan yang mampu mengalahkan orang yang memiliki kekuatan iman!
           
Panggilan kepada kesaksian : Petrus dan Paulus, seperti semua Rasul Kristus yang dalam kehidupan duniawi mereka menabur benih-benih Gereja dengan darah mereka, minum cawan Tuhan, dan menjadi sahabat-sahabat Allah.

Paulus menulis dengan jalan bergerak kepada Timotius: "Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat. Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya" (2 Tim 4:6-8).

Sebuah Gereja atau seorang Kristen yang tidak memberikan kesaksian adalah mandul; seperti orang mati yang berpikir mereka hidup; seperti pohon kering yang tidak menghasilkan buah; sumur kosong yang tidak menawarkan air! Gereja telah mengatasi kejahatan berkat kesaksian yang berani, berwujud dan rendah hati dari anak-anaknya. Ia telah menaklukkan kejahatan berkat memberitakan dengan keyakinan : "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" (bdk. Mat 16:13-18).

Para uskup agung terkasih yang hari ini menerima pallium, itu adalah sebuah tanda yang mewakili domba-domba yang dipanggul gembalanya seperti yang dilakukan Kristus Sang Gembala yang Baik, dan oleh karena itu merupakan sebuah lambang perutusan pastoral kalian. Pallium adalah "sebuah tanda liturgis persekutuan yang mempersatukan Takhta Santo Petrus dan Penerusnya dengan para uskup agung Metropolitan, dan melalui mereka dengan para Uskup lain di dunia" (Benediktus XVI, Wejangan Angelus 29 Juni 2005).

Hari ini, dengan Pallium-pallium ini, saya ingin mempercayakan kalian dengan panggilan kepada doa, kepada iman dan kepada kesaksian ini.

Gereja menginginkan kalian menjadi manusia doa, empunya doa; sehingga kalian dapat mengajarkan orang-orang yang dipercayakan kepada pemeliharaan kalian sehingga pembebasan dari segala bentuk pemenjaraan secara unik adalah karya Allah dan buah doa; sehingga Allah mengutus malaikat-malaikat-Nya pada waktu yang tepat untuk menyelamatkan kita dari berbagai bentuk perbudakan dan rantai keduniawian yang tak terhitung jumlahnya. Bagi mereka yang paling membutuhkan, semoga kalian juga merupakan malaikat-malaikat dan utusan-utusan amal!
           
Gereja menginginkan kalian untuk menjadi manusia iman, empunya iman, yang dapat mengajar umat beriman untuk tidak takut akan banyak Herodes yang menimbulkan pada mereka penganiayaan dengan setiap macam salib. Tidak ada Herodes yang mampu menghalau cahaya harapan, iman, atau amal dalam orang yang percaya di dalam Kristus!

Gereja menginginkan kalian menjadi manusia kesaksian. Santo Fransiskus biasa memberitahu saudara-saudaranya: "Beritakanlah Injil selalu, dan jika perlu, gunakan kata-kata!" (bdk. sumber-sumber Fransiskan, 43). Tidak ada kesaksian tanpa sebuah gaya hidup yang mudah dipahami! Hari ini tidak ada kebutuhan besar untuk empunya, tetapi untuk kesaksian yang berani, yang yakin dan meyakinkan; kesaksian yang tidak malu akan nama Kristus dan salib-Nya; tidak di hadapan singa-singa yang mengaum, atau di hadapan kekuatan-kekuatan dunia ini. Dan ini mengikuti teladan Petrus dan Paulus serta begitu banyak kesaksian lainnya sepanjang perjalanan sejarah Gereja, kesaksian-kesaksian yang, akan tetapi merupakan milik para penganut Kristen lainnya, telah memberikan kontribusi untuk menampilkan dan membawa pertumbuhan kepada Tubuh Kristus yang satu. Saya senang menekankan hal ini, dan selalu senang melakukannya, dengan kehadiran Delegasi Patriarkat Ekumenis Konstantinopel, yang diutus oleh saudara Bartholomew I yang tercinta.

Hal ini tidak begitu mudah: karena kesaksian yang paling efektif dan otentik adalah kesaksian yang tidak bertentangan, dengan perilaku dan gaya hidup, apa yang diberitakan dengan kata dan yang diajarkan kepada orang lain!

Ajarkanlah doa dengan berdoa, beritakanlah iman dengan percaya; tawarkanlah kesaksian dengan menghayati!

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.