Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 29 Oktober 2015 : ALLAH HANYA DAPAT MENGASIHI DAN TIDAK MENGUTUK

Bacaan Ekaristi : Rm 8:31b-39; Luk 13:31-35

Paus Fransiskus mengatakan bahwa Allah hanya bisa mengasihi dan tidak mengutuk serta kasih adalah kelemahan-Nya dan kemenangan kita. Beliau mengatakan kita sangat terikat erat dengan kasih Allah yang tak seorang pun dapat memutuskan kita darinya. Itulah pesan pokok homili Paus Fransiskus yang disampaikannya dalam Misa harian Kamis pagi 29 Oktober 2015 di kapel kediaman Santa Marta, Vatikan.

Mengambil isyarat dari surat Santo Paulus kepada jemaat di Roma (8:31b-39), homili Paus Fransiskus adalah sebuah permenungan tentang kasih Allah yang tak tergoyahkan bagi kita dan betapa tak seorang pun, atau kekuasaan atau hal apapun dapat memisahkan kita dari kasih ini. Beliau mengatakan bahwa Santo Paulus menjelaskan bagaimana orang-orang Kristen merupakan para pemenang karena "jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita". Karunia dari Allah ini, beliau melanjutkan, sedang dipegang oleh orang-orang Kristen di tangan mereka sendiri dan hampir seolah-olah mereka bisa mengatakan dengan cara berbau kemenangan, "sekarang kita adalah para pemenang!". Tetapi artinya adalah lain : kita adalah para pemenang bukan karena kita sedang memegang karunia ini di tangan kita tetapi karena alasan lain. Dan itu adalah karena "tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah yang ada di dalam Yesus Kristus, Tuhan kita".

"Bukanlah karena kita adalah para pemenang atas musuh-musuh kita, atas dosa. Tidak! Kita sangat terikat erat kepada kasih Allah bahwa tidak ada orang, tidak ada kekuatan, tidak ada hal yang bisa memisahkan kita dari kasih ini. Paulus melihat melampaui karunia tersebut, ia melihat lebih, yang sedang memberikan karunia itu : itu adalah sebuah karunia penciptaan kembali, itu adalah karunia regenerasi di dalam Yesus Kristus. Ia melihat kasih Allah. Sebuah kasih yang tidak dapat dijelaskan".

Paus Fransiskus mencatat bahwa setiap pria, setiap wanita bisa menolak karunia ini dengan memilih kesombongan, kebanggaan atau dosa mereka sendiri meskipun karunia Allah ini selalu ada untuk kita.

"Karunia adalah kasih Allah, seorang Allah yang tidak bisa memisahkan diri-Nya dari kita. Itu adalah kemandulan Allah. Kita mengatakan: 'Allah Mahakuasa, Ia bisa melakukan segalanya! Kecuali satu hal : Memisahkan diri-Nya dari kita!'. Dalam Injil, gambaran Yesus yang menangisi Yerusalem itu, membantu kita memahami sesuatu tentang kasih tersebut. Yesus menangis! Ia menangisi Yerusalem dan tangisan itu adalah seluruhnya tentang kemandulan Allah : ketidakmampuan-Nya untuk tidak mengasihi (kita) dan tidak memisahkan diri-Nya dari kita".

Paus Fransiskus selanjutnya menjelaskan bagaimana tangisan Yesus atas Yerusalem yang membunuh nabi-nabinya dan orang-orang yang memberitakan keselamatan adalah sebuah gambaran kasih dan kelembutan Allah. Ia menasihati Yerusalem dan kita semua dengan mengatakan: "Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau!". Beliau mengatakan itu sebabnya Santo Paulus paham dan dapat mengatakan : "Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dan kasih Allah".

"Tidak mungkin bagi Allah untuk tidak mengasihi kita! Dan ini adalah perlindungan kita. Saya bisa menolak kasih itu, saya bisa menolak sama seperti yang dilakukan sang penjahat yang bertobat, hingga akhir hidupnya. Tetapi kasih itu sedang menunggunya di sana. Orang yang paling jahat dan orang yang paling menghujat dikasihi Allah dengan kelembutan seorang bapa. Dan seperti yang dikatakan Paulus, seperti yang dikatakan Injil, seperti yang dikatakan Yesus : 'Seperti seekor induk ayam dengan anak-anaknya'. Dan Allah Sang Mahakuasa, Sang Pencipta bisa melakukan segalanya: Allah menangis! Seluruh kasih Allah terkandung dalam tangisan Yesus atas Yerusalem ini dan dalam air mata itu. Allah menangis bagi saya ketika saya menjauh dari Dia : Allah menangis bagi kita masing-masing: Allah menangis bagi orang-orang jahat yang melakukan begitu banyak hal buruk, menyebabkan begitu banyak kerusakan bagi umat manusia ... Ia sedang menunggu, Ia tidak sedang mengutuk (kita) dan Ia sedang menangis. Mengapa? Karena Ia mengasihi (kita)!".

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.