Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA KANONISASI BEATO VINCENZO GROSSI, BEATA MARIA DELL'IMMACOLATA CONCEZIONE, BEATO LUDOVICO MARTIN DAN BEATA MARIA AZELIA GUERIN 18 Oktober 2015

Bacaan Ekaristi : Yes 53:10-11; Ibr. 4:14-16; Mrk 10:35-45

Bacaan-bacaan Kitab Suci hari ini menyajikan tema pelayanan. Mereka memanggil kita untuk mengikuti Yesus di jalan kerendahan hati dan salib.

Nabi Yesaya menggambarkan Hamba Tuhan (53:10-11) dan perutusan keselamatannya. Hamba tersebut bukan seseorang dari keturunan terkemuka; ia dibenci, dijauhi oleh semua orang, seorang yang penuh kesengsaraan. Ia tidak melakukan hal-hal besar atau membuat khotbah-khotbah yang mengesankan; sebaliknya, ia menggenapi rencana Allah melalui keberadaannya yang rendah hati, yang tenang dan penderitaannya. Perutusannya dilakukan dalam penderitaan, dan ini memungkinkan dia untuk memahami mereka yang menderita, memikul kesalahan orang lain dan mengadakan penebusan dosa untuknya. Keputusasaan dan penderitaan Hamba Tuhan, bahkan sampai mati, membuktikan begitu berlimpahnya penebusan dan keselamatan yang mereka bawa bagi banyak orang.

Yesus adalah Hamba Tuhan. Kehidupan dan kematian-Nya, ditandai dengan sebuah sikap pelayanan sama sekali (bdk. Flp 2:7), adalah penyebab keselamatan kita dan pendamaian manusia dengan Allah. Kerigma, jantung Injil, memberi kesaksian bahwa kematian dan kebangkitan-Nya menggenapi nubuat-nubuat Hamba Tuhan. Santo Markus memberitahu kita bagaimana Yesus bersitegang dengan murid Yakobus dan Yohanes. Didesak oleh ibu mereka, mereka ingin duduk di sebelah kanan dan kiri dalam Kerajaan Allah (bdk. Mrk 10:37) Allah, mengklaim tempat kehormatan sesuai dengan pandangan hirarkis mereka sendiri tentang Kerajaan Allah. Cakrawala mereka masih tertutup oleh khayalan penggenapan duniawi. Yesus kemudian memberi sebuah "sentakan" pertama terhadap pemahaman mereka dengan berbicara tentang perjalanan duniawi-Nya sendiri : "Kamu akan meminum cawan yang harus Kuminum ... tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa itu telah disediakan" (ayat 39-40). Dengan gambaran cawan, Ia meyakinkan kedua murid tersebut bahwa mereka sepenuhnya dapat ambil bagian dalam takdir penderitaan-Nya, tanpa, tetapi, menjanjikan tempat kehormatan yang mereka cari-cari. Jawaban-Nya adalah mengundang mereka untuk mengikuti-Nya sepanjang jalan kasih dan pelayanan, dan menolak godaan duniawi mencari tempat pertama dan memerintah orang lain.

Menghadapi orang-orang yang mencari kekuasaan dan keberhasilan, para murid dipanggil untuk melakukan yang sebaliknya. Yesus memperingatkan mereka : "Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu" (ayat 42-44). Kata-kata ini menunjukkan kepada kita bahwa pelayanan adalah cara untuk kewenangan dilaksanakan dalam komunitas Kristiani. Mereka yang melayani orang lain dan tidak memiliki gengsi yang sesungguhnya menjalankan kewenangan yang tulus dalam Gereja. Yesus memanggil kita untuk melihat hal-hal secara berbeda, melewati kehausan akan kekuasaan menuju sukacita pelayanan yang menentramkan, menekan keinginan naluriah kita untuk menjalankan kekuasaan atas orang lain, dan bukan melaksanakan keutamaan kerendahan hati.

Setelah mengusulkan sebuah model untuk tidak meniru, Yesus kemudian menawarkan diri-Nya sebagai yang ideal untuk diikuti. Dengan meniru Sang Guru, komunitas memperoleh sebuah pandangan baru tentang kehidupan : "Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang" (ayat 45). Dalam tradisi biblis, Anak Manusia adalah orang yang menerima dari Allah "kekuasaan, kemuliaan dan kerajaan" (Dan 7:14). Yesus menggenapi gambaran ini dengan makna baru. Ia menunjukkan kepada kita bahwa Ia menikmati kekuasaan karena Ia adalah seorang hamba, mulia karena Ia mampu akan kehinaan, kerajaan karena Ia sepenuhnya siap untuk memberikan nyawa-Nya. Dengan sengsara dan kematian-Nya, Ia mengambil tempat terendah, mencapai ketinggian keagungan dalam pelayanan, dan melimpahkan ini pada Gereja-Nya.

Ambisi dan karierisme tidak sesuai dengan pemuridan Kristiani; kehormatan, keberhasilan, ketenaran dan kemenangan duniawi. Tidak akan ada kesesuaian antara pemahaman kekuasaan duniawi dan pelayanan yang rendah hati yang harus mencirikan kewenangan menurut ajaran dan teladan Yesus tidak sesuai dengan logika Kristus yang tersalib Yesus. Sebaliknya, kesesuaian ada antara Yesus, "manusia yang penuh kesengsaraan", dan penderitaan kita. Surat kepada orang Ibrani membuat ini jelas dengan menghadirkan Yesus sebagai imam agung yang benar-benar turut serta keadaan manusiawi kita, dengan pengecualian dosa : "Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa" (4:15). Yesus menjalankan imamat sejati belas kasih dan kasih sayang. Ia tahu kesulitan kita di tangan pertama, Ia tahu dari sanubari keadaan manusiawi kita; fakta bahwa Ia tanpa dosa tidak mencegah-Nya dari pemahaman orang-orang berdosa. Kemuliaan-Nya bukan kemuliaan yang lahir dari ambisi atau haus akan kekuasaan; itu adalah kemuliaan dari Dia yang mengasihi pria dan wanita, yang menerima mereka dan turut serta dalam kelemahan mereka, yang menawarkan mereka rahmat yang menyembuhkan dan memulihkan, dan menyertai mereka dengan kelembutan yang tak terbatas di tengah kesengsaraan mereka.

Kita masing-masing, melalui baptisan, turut serta dengan cara kita sendiri dalam imamat Kristus : umat awam dalam imamat umum, para imam dalam imamat jabatan. Akibatnya, kita semua dapat menerima amal yang mengalir dari hati-Nya yang terbuka, untuk diri kita sendiri tetapi juga untuk orang lain. Kita menjadi "saluran" kasih dan kasih sayang-Nya, terutama bagi mereka yang menderita, putus asa dan sendirian.

Para pria dan wanita yang dikanonisasi hari ini dengan tak kunjung padam melayani saudara dan saudari mereka dengan kerendahan hati dan amal yang luar biasa, dalam meniru Sang Guru ilahi. Santo Vincent Grossi adalah seorang imam paroki yang bersemangat, sungguh memperhatikan kebutuhan umatnya, terutama mereka yang muda. Bagaimanapun juga ia sibuk memecah-mecah roti sabda Allah, dan dengan demikian menjadi orang Samaria yang baik bagi mereka yang sangat membutuhkan.

Santa Maria dari Yang Dikandung Tanpa Dosa mengabdikan hidupnya, dengan kerendahan hati yang besar, untuk melayani yang paling kecil dari saudara dan saudari kita, terutama anak-anak kaum miskin dan orang-orang sakit.

Pasangan suami istri yang suci Louis Martin dan Marie-Azélie Guérin menerapkan pelayanan Kristiani dalam keluarga, menciptakan hari demi hari sebuah lingkungan iman dan kasih yang membina panggilan para anak perempuan mereka, di antaranya adalah Santa Teresa dari Kanak-kanak Yesus.

Kesaksian bercahaya dari orang-orang kudus baru ini mengilhami kita untuk bertekun dalam pelayanan yang penuh sukacita bagi saudara dan saudari kita, percaya pada bantuan Allah dan perlindungan keibuan Maria. Dari surga semoga mereka sekarang mengawasi kita dan mendukung kita dengan perantaraan mereka yang kuat.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.