Bacaan Ekaristi : 1Yoh 5:5-13; Mzm 147:12-13,14-15,19-20; Luk 5:12-16
Tahun Suci Kerahiman mengingatkan kita bahwa "Allah selalu mengasihi terlebih dahulu", tanpa syarat, dan menyambut kita seperti adanya, dengan memeluk kita dan mengampuni kita seperti seorang bapa. Paus menyampaikan kata-kata ini dalam homilinya selama Misa harian Jumat pagi 8 Januari 2016 di Casa Santa Marta, Vatikan. Paus Fransiskus menyampaikannya terutama kepada mereka yang mengakui diri mereka sebagai orang-orang berdosa, mengingatkan mereka tentang kepastian kasih Allah.
Rasul Yohanes, Paus Fransiskus mengawali, "melanjutkan berbicara kepada orang-orang Kristen perdana tentang dua perintah yang diajarkan Yesus kepada kita : mengasihi Allah dan mengasihi sesama kita". Dalam perikop dari Surat Pertama Yohanes yang diusulkan untuk liturgi hari itu (4:7-10), kita membaca: "Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah". Dan, Paus Fransiskus mencatat, "kata 'kasih' ini, adalah sebuah kata yang sering digunakan tetapi, ketika kalian menggunakannya, kalian tidak tahu persis apa artinya". Lalu, apakah kasih? Kadang-kadang, Paus Fransiskus mengatakan "kita berpikir tentang kasih dalam sinetron: tidak, itu bukan tampak seperti kasih. Atau kasih mungkin tampak seperti antusiasme kepada seseorang, yang kemudian habis terbakar".
Pertanyaan sebenarnya kemudian, adalah : "darimanakah kasih berasal?". Yohanes menulis : "setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah", sebab "Allah adalah kasih". Rasul Yohanes tidak mengatakan : "semua kasih adalah Allah". Sebaliknya ia mengatakan : "Allah adalah kasih". Yohanes melanjutkan, mengatakan bahwa "Allah sedemikian mengasihi kita sehingga Ia 'mengutus Putra-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya'". Dengan demikian, "Allah memberikan hidup-Nya di dalam Yesus, untuk memberikan kita kehidupan", Paus Fransiskus menegaskan. "Kasih itu indah, mengasihi itu indah, dan di surga hanya akan ada kasih, cinta kasih. Demikian dikatakan Paulus". Dan jika kasih itu "indah, kita selalu diperkuat dan tumbuh dalam karunia hidup kita sendiri : kita tumbuh dengan memberikan diri kita bagi orang lain".
Paus Fransiskus kemudian membaca ulang perikop lain dari Surat Yohanes : "Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita". Ini menegaskan bahwa "Allah mengasihi kita terlebih dahulu; Ia memberi kita kehidupan karena kasih, Ia memberikan kehidupan dan Putra-Nya karena kasih". Oleh karena itu, "ketika kita menemukan Allah, selalu ada sebuah kejutan: Dialah yang sedang menanti kita terlebih dahulu; Dialah yang mendapati kita".
Dengan mengacu pada perikop yang diambil dari Injil menurut Markus, yang menceritakan kisah penggandaan roti (6:34-44), Paus Fransiskus meminta agar kita memandang Yesus. "Orang-orang mengikuti-Nya untuk mendengarkan-Nya, karena Ia berbicara seperti orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat", Paus Fransiskus menjelaskan. "Ia menatap orang-orang dan melangkah lebih jauh. Justru karena Ia mengasihi, Injil mengatakan, 'Ia tergerak hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka', yang tidak sama dengan memiliki rasa iba". Kata yang tepat adalah "tergerak oleh belas kasihan : kasih membuat-Nya 'menderita bersama' mereka, terlibat dalam kehidupan orang-orang". Dan, kata Paus Fransiskus, "Tuhan selalu ada, terlebih dahulu mengasihi : Ia sedang menanti kita, Ia adalah kejutan".
Inilah persisnya yang terjadi, Paus Fransiskus mengingatkan, pada "Andreas ketika ia pergi kepada Petrus dengan mengatakan kepadanya : 'Kami telah menemukan Mesias, datanglah'. Petrus pergi, dan Yesus menatapnya dan berkata kepadanya : "Apakah engkau Simon? Engkau seharusnya adalah Petrus'. Ia sedang menanti dia dengan sebuah perutusan. Ia mengasihinya terlebih dulu".
Hal yang sama terjadi "ketika Zakeus, yang pendek, memanjat pohon untuk lebih melihat Yesus", yang "lewat, menengadah dan mengatakan : 'Zakeus, segeralah turun, Aku ingin makan malam di rumahmu'. Zakeus, yang ingin bertemu Yesus, menyadari bahwa Yesus sedang menunggunya".
Paus Fransiskus kemudian teringat kisah Natanael yang, "sedikit skeptis, pergi untuk melihat Dia yang mereka katakan adalah Mesias". Yesus berkata kepadanya : "ketika kamu berada di bawah pohon ara, Aku melihatmu". Jadi, "Allah selalu mengasihi terlebih dulu". Gagasan ini juga diingatkan kembali dalam perumpamaan tentang Anak yang Hilang : "ketika anak laki-laki tersebut, - yang telah menghabiskan seluruh warisan ayahnya dengan hidup semau-maunya, kembali ke rumah - ia menyadari bahwa ayahnya telah menunggunya. Allah selalu sedang menunggu kita terlebih dulu. Sebelum kita, selalu. Dan ketika anak laki-laki lain tidak mau datang ke pesta itu, karena ia tidak mengerti sikap ayahnya, ayahnya pergi untuk mendapatinya. Dan Allah adalah cara ini bersama kita : Ia mengasihi kita terlebih dulu, selalu".
Dengan demikian, Paus Fransiskus mengatakan, "kita dapat melihat dalam Injil bagaimana Allah mengasihi : ketika kita memiliki sesuatu di dalam hati kita dan kita ingin memohon pengampunan Tuhan, Dialah yang sedang menanti kita, untuk memberikan pengampunan".
Tahun Kerahiman ini, Paus Fransiskus mengatakan, di pihaknya juga demikian "agar kita boleh tahu bahwa Tuhan sedang menanti kita, kita masing-masing". Ia sedang menanti "untuk memeluk kita, tidak lebih, untuk mengatakan : 'Ananda, Aku mengasihimu. Aku membiarkan Putra-Ku disalibkan bagimu; ini adalah nilai kasih-Ku; ini adalah karunia kasih'".
Paus Fransiskus menganjurkan selalu memikirkan kebenaran ini : "Tuhan sedang menanti aku, Tuhan menginginkan aku membuka pintu hatiku, karena Ia ada di sana menanti aku untuk masuk". Tanpa syarat.
Tentu saja, seseorang mungkin berkata : "Bapa, tidak, tidak, aku ingin, tetapi aku mempunyai begitu banyak hal buruk di dalam batin!". Tanggapan Paus Fransiskus terhadap hal ini jelas : "Ia lebih baik! Lebih baik! Karena Ia sedang menanti kalian, persis seperti adanya, bukan seperti yang mereka katakan kepada kalian bahwa "harus demikian". Kita harus seperti adanya. Inilah bagaimana Ia mengasihi kalian, dengan memeluk kalian, mencium kalian, mengampuni kalian".
Paus Fransiskus kemudian menawarkan sebuah nasihat penutup, mengundang kita untuk pergi dengan tergesa-gesa kepada Tuhan dan berkata : "Tuhan, Engkau tahu bahwa aku mengasihi-Mu". Atau jika "aku tidak merasa seperti itu, mengatakannya seperti ini : 'Tuhan, Engkau tahu bahwa aku ingin mengasihi-Mu, tetapi aku seorang laki-laki yang sedemikian berdosa, seorang perempuan yang sedemikian berdosa". Melakukannya dengan kepastian bahwa Ia akan melakukan seperti yang dilakukan sang ayah "dengan anak laki-laki yang hilang yang menghabiskan seluruh uangnya untuk keburukan. Aku tidak akan membiarkan kamu menyelesaikan cakap-cakapmu, Aku akan membungkammu dengan sebuah pelukan : pelukan kasih Allah".
Tahun Suci Kerahiman mengingatkan kita bahwa "Allah selalu mengasihi terlebih dahulu", tanpa syarat, dan menyambut kita seperti adanya, dengan memeluk kita dan mengampuni kita seperti seorang bapa. Paus menyampaikan kata-kata ini dalam homilinya selama Misa harian Jumat pagi 8 Januari 2016 di Casa Santa Marta, Vatikan. Paus Fransiskus menyampaikannya terutama kepada mereka yang mengakui diri mereka sebagai orang-orang berdosa, mengingatkan mereka tentang kepastian kasih Allah.
Rasul Yohanes, Paus Fransiskus mengawali, "melanjutkan berbicara kepada orang-orang Kristen perdana tentang dua perintah yang diajarkan Yesus kepada kita : mengasihi Allah dan mengasihi sesama kita". Dalam perikop dari Surat Pertama Yohanes yang diusulkan untuk liturgi hari itu (4:7-10), kita membaca: "Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah". Dan, Paus Fransiskus mencatat, "kata 'kasih' ini, adalah sebuah kata yang sering digunakan tetapi, ketika kalian menggunakannya, kalian tidak tahu persis apa artinya". Lalu, apakah kasih? Kadang-kadang, Paus Fransiskus mengatakan "kita berpikir tentang kasih dalam sinetron: tidak, itu bukan tampak seperti kasih. Atau kasih mungkin tampak seperti antusiasme kepada seseorang, yang kemudian habis terbakar".
Pertanyaan sebenarnya kemudian, adalah : "darimanakah kasih berasal?". Yohanes menulis : "setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah", sebab "Allah adalah kasih". Rasul Yohanes tidak mengatakan : "semua kasih adalah Allah". Sebaliknya ia mengatakan : "Allah adalah kasih". Yohanes melanjutkan, mengatakan bahwa "Allah sedemikian mengasihi kita sehingga Ia 'mengutus Putra-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya'". Dengan demikian, "Allah memberikan hidup-Nya di dalam Yesus, untuk memberikan kita kehidupan", Paus Fransiskus menegaskan. "Kasih itu indah, mengasihi itu indah, dan di surga hanya akan ada kasih, cinta kasih. Demikian dikatakan Paulus". Dan jika kasih itu "indah, kita selalu diperkuat dan tumbuh dalam karunia hidup kita sendiri : kita tumbuh dengan memberikan diri kita bagi orang lain".
Paus Fransiskus kemudian membaca ulang perikop lain dari Surat Yohanes : "Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita". Ini menegaskan bahwa "Allah mengasihi kita terlebih dahulu; Ia memberi kita kehidupan karena kasih, Ia memberikan kehidupan dan Putra-Nya karena kasih". Oleh karena itu, "ketika kita menemukan Allah, selalu ada sebuah kejutan: Dialah yang sedang menanti kita terlebih dahulu; Dialah yang mendapati kita".
Dengan mengacu pada perikop yang diambil dari Injil menurut Markus, yang menceritakan kisah penggandaan roti (6:34-44), Paus Fransiskus meminta agar kita memandang Yesus. "Orang-orang mengikuti-Nya untuk mendengarkan-Nya, karena Ia berbicara seperti orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat", Paus Fransiskus menjelaskan. "Ia menatap orang-orang dan melangkah lebih jauh. Justru karena Ia mengasihi, Injil mengatakan, 'Ia tergerak hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka', yang tidak sama dengan memiliki rasa iba". Kata yang tepat adalah "tergerak oleh belas kasihan : kasih membuat-Nya 'menderita bersama' mereka, terlibat dalam kehidupan orang-orang". Dan, kata Paus Fransiskus, "Tuhan selalu ada, terlebih dahulu mengasihi : Ia sedang menanti kita, Ia adalah kejutan".
Inilah persisnya yang terjadi, Paus Fransiskus mengingatkan, pada "Andreas ketika ia pergi kepada Petrus dengan mengatakan kepadanya : 'Kami telah menemukan Mesias, datanglah'. Petrus pergi, dan Yesus menatapnya dan berkata kepadanya : "Apakah engkau Simon? Engkau seharusnya adalah Petrus'. Ia sedang menanti dia dengan sebuah perutusan. Ia mengasihinya terlebih dulu".
Hal yang sama terjadi "ketika Zakeus, yang pendek, memanjat pohon untuk lebih melihat Yesus", yang "lewat, menengadah dan mengatakan : 'Zakeus, segeralah turun, Aku ingin makan malam di rumahmu'. Zakeus, yang ingin bertemu Yesus, menyadari bahwa Yesus sedang menunggunya".
Paus Fransiskus kemudian teringat kisah Natanael yang, "sedikit skeptis, pergi untuk melihat Dia yang mereka katakan adalah Mesias". Yesus berkata kepadanya : "ketika kamu berada di bawah pohon ara, Aku melihatmu". Jadi, "Allah selalu mengasihi terlebih dulu". Gagasan ini juga diingatkan kembali dalam perumpamaan tentang Anak yang Hilang : "ketika anak laki-laki tersebut, - yang telah menghabiskan seluruh warisan ayahnya dengan hidup semau-maunya, kembali ke rumah - ia menyadari bahwa ayahnya telah menunggunya. Allah selalu sedang menunggu kita terlebih dulu. Sebelum kita, selalu. Dan ketika anak laki-laki lain tidak mau datang ke pesta itu, karena ia tidak mengerti sikap ayahnya, ayahnya pergi untuk mendapatinya. Dan Allah adalah cara ini bersama kita : Ia mengasihi kita terlebih dulu, selalu".
Dengan demikian, Paus Fransiskus mengatakan, "kita dapat melihat dalam Injil bagaimana Allah mengasihi : ketika kita memiliki sesuatu di dalam hati kita dan kita ingin memohon pengampunan Tuhan, Dialah yang sedang menanti kita, untuk memberikan pengampunan".
Tahun Kerahiman ini, Paus Fransiskus mengatakan, di pihaknya juga demikian "agar kita boleh tahu bahwa Tuhan sedang menanti kita, kita masing-masing". Ia sedang menanti "untuk memeluk kita, tidak lebih, untuk mengatakan : 'Ananda, Aku mengasihimu. Aku membiarkan Putra-Ku disalibkan bagimu; ini adalah nilai kasih-Ku; ini adalah karunia kasih'".
Paus Fransiskus menganjurkan selalu memikirkan kebenaran ini : "Tuhan sedang menanti aku, Tuhan menginginkan aku membuka pintu hatiku, karena Ia ada di sana menanti aku untuk masuk". Tanpa syarat.
Tentu saja, seseorang mungkin berkata : "Bapa, tidak, tidak, aku ingin, tetapi aku mempunyai begitu banyak hal buruk di dalam batin!". Tanggapan Paus Fransiskus terhadap hal ini jelas : "Ia lebih baik! Lebih baik! Karena Ia sedang menanti kalian, persis seperti adanya, bukan seperti yang mereka katakan kepada kalian bahwa "harus demikian". Kita harus seperti adanya. Inilah bagaimana Ia mengasihi kalian, dengan memeluk kalian, mencium kalian, mengampuni kalian".
Paus Fransiskus kemudian menawarkan sebuah nasihat penutup, mengundang kita untuk pergi dengan tergesa-gesa kepada Tuhan dan berkata : "Tuhan, Engkau tahu bahwa aku mengasihi-Mu". Atau jika "aku tidak merasa seperti itu, mengatakannya seperti ini : 'Tuhan, Engkau tahu bahwa aku ingin mengasihi-Mu, tetapi aku seorang laki-laki yang sedemikian berdosa, seorang perempuan yang sedemikian berdosa". Melakukannya dengan kepastian bahwa Ia akan melakukan seperti yang dilakukan sang ayah "dengan anak laki-laki yang hilang yang menghabiskan seluruh uangnya untuk keburukan. Aku tidak akan membiarkan kamu menyelesaikan cakap-cakapmu, Aku akan membungkammu dengan sebuah pelukan : pelukan kasih Allah".
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.