Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA HARI RAYA PENAMPAKAN TUHAN 6 Januari 2016 : GEREJA TIDAK BERSINAR DARI TERANGNYA SENDIRI

Bacaan Ekaristi : Yes 60:1-6;Mzm 72:1-2,7-8,10-11,12-13; Ef 3:2-3a,5-6; Mat 2:1-12

Kata-kata Nabi Yesaya - yang ditujukan kepada Kota Suci Yerusalem - juga berarti bagi kita. Kata-kata tersebut memanggil kita pergi keluar, meninggalkan semua yang membuat kita tertutup diri, pergi keluar dari diri kita sendiri dan mengenali kesemarakan terang yang menerangi hidup kita : "Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu" (60:1). "Terang" itu adalah kemuliaan Tuhan. Gereja tidak bisa memperdaya dirinya ke dalam pemikiran bahwa ia bersinar dengan terangnya sendiri. Santo Ambrosius mengungkapkan hal ini secara baik dengan menghadirkan bulan sebagai metafora bagi Gereja : "Bulan sebenarnya adalah Gereja ... [ia] bersinar bukan dengan terangnya sendiri, tetapi dengan terang Kristus. Ia menarik kecerahannya dari Sang Matahari Keadilan, dan maka ia bisa mengatakan : "Bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku" (Hexaemeron, IV, 8, 32). Kristus adalah terang sejati yang bersinar dalam kegelapan. Sejauh itu Gereja tetap berlabuh dalam dirinya, sejauh itu ia membiarkan dirinya diterangi oleh-Nya, ia mampu membawa terang ke dalam kehidupan pribadi-pribadi dan bangsa-bangsa. Karena alasan ini para Bapa Gereja melihat di dalam dirinya mysterium lunae.

Kita membutuhkan terang ini dari tempat tinggi jika kita menanggapi dengan cara yang layak panggilan yang telah kita terima. Memberitakan Injil Kristus bukan satu-satunya pilihan di antara banyak pilihan, juga bukan sebuah pekerjaan. Bagi Gereja, menjadi misionaris tidak berarti menyebarkan agama : bagi Gereja menjadi misionaris berarti memberikan ungkapan terhadap kodratnya yang sesungguhnya, yang adalah menerima terang Allah dan kemudian merenungkannya. Tidak ada cara lain. Perutusan adalah panggilannya. Berapa banyak orang melihat ke kita karena komitmen misioner ini, karena mereka membutuhkan Kristus. Mereka perlu tahu wajah Bapa.

Para Majus yang disebutkan dalam Injil Matius adalah saksi hidup untuk fakta bahwa benih-benih kebenaran hadir di mana-mana, karena mereka adalah karunia Sang Pencipta, yang memanggil semua orang untuk mengakui Dia sebagai Bapa yang baik dan setia. Para Majus mewakili pria dan wanita di seluruh dunia yang disambut ke dalam rumah Allah. Di hadapan Yesus, seluruh perpecahan suku bangsa, bahasa dan budaya menghilang : di dalam Anak itu, semua umat manusia menemukan kesatuannya. Gereja memiliki tugas melihat dan menunjukkan sebenarnya dengan semakin jelas keinginan terhadap Allah yang hadir dalam hati setiap pria dan wanita. Seperti para Majus, orang-orang yang tak terhitung jumlahnya, di zaman kita sendiri, memiliki "hati yang gelisah" yang terus mencari tanpa menemukan jawaban pasti. Mereka juga sedang mencari sebuah bintang untuk menunjukkan mereka jalan ke Betlehem.
  
Berapa banyak bintang yang ada di langit! Namun para Majus mengikuti sebuah bintang yang baru dan berbeda, yang bagi mereka menyinari semua yang lebih cerah. Mereka sudah lama mengintip ke dalam buku besar langit, mencari sebuah jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mereka, dan pada akhirnya terang muncul. Bintang itu mengubah mereka. Ia membuat mereka meninggalkan keprihatinan mereka sehari-hari dan berangkat dengan segera di sebuah perjalanan. Mereka mendengarkan sebuah suara jauh di dalam batin, yang menyebabkan mereka mengikuti terang itu. Bintang menuntun mereka, sampai mereka menemukan Sang Raja Orang Yahudi di sebuah tempat tinggal sederhana di Betlehem.

Semua ini memiliki sesuatu untuk dikatakan kepada kita hari ini. Kita melakukannya dengan baik mengulangi pertanyaan yang diajukan oleh para Majus: "Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia" (Mat 2:2). Kita terdorong, terutama di dalam sebuah masa seperti masa kita sendiri, mencari tanda-tanda yang ditawarkan Allah kepada kita, menyadari bahwa upaya besar diperlukan untuk menafsirkan tanda-tanda itu dan dengan demikian memahami kehendak-Nya. Kita ditantang untuk pergi ke Betlehem, menemukan Sang Anak dan ibu-Nya. Marilah kita mengikuti terang yang ditawarkan Allah kepada kita! Terang yang mengalir dari wajah Kristus, penuh kerahiman dan kesetiaan. Dan segera sesudahnya kita telah menemukan Dia, marilah kita menyembah Dia dengan segenap hati kita, dan menghadirkan Dia dengan karunia-karunia kita : kebebasan kita, pemahaman kita dan kasih kita. Marilah kita mengakui bahwa kebijaksanaan sejati terletak tersembunyi di dalam wajah Anak ini. Di sinilah, dalam kesederhanaan Betlehem, kehidupan Gereja itu disimpulkan. Karena di sinilah sumber terang itu yang menarik kepada dirinya sendiri setiap pribadi dan menuntun perjalanan bangsa-bangsa di sepanjang jalan perdamaian.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.