Paus Fransiskus mengatakan Allah menangisi bencana dan perang yang dilancarkan saat ini demi menyembah 'berhala uang' dan karena banyak korban yang tidak bersalah terbunuh oleh bom. Beliau menekankan bahwa Allah menangis karena manusia tidak memahami "kedamaian yang Ia tawarkan kepada kita". Itulah yang dikatakan Paus Fransiskus dalam homilinya selama Misa harian Kamis pagi 27 Oktober 2016 di kapel Casa Santa Marta, Vatikan.
Mengambil inspirasinya dari Bacaan Injil hari itu (Luk 13:31-35) di mana Yesus menangisi Yerusalem, kota "tertutup" yang "membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus" kepadanya, homili Paus Fransiskus merenungkan beberapa saat tangisan selama pelayanan Kristus. Beliau menjelaskan bahwa Yesus memiliki kelembutan Bapa-Nya melihat anak-anak-Nya ketika Ia menangisi kota Yerusalem dalam kisah Injil mengatakan : "Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau".
"Seseorang mengatakan bahwa Allah menjadi manusia agar mampu menangis, menangis atas apa yang telah dilakukan anak-anak-Nya. Tangisan di depan makam Lazarus adalah tangisan seorang sahabat. Inilah tangisan Bapa".
Dengan cara yang sama, Paus Fransiskus melanjutkan, kita dapat melihat perilaku ayah dari anak yang hilang dan apa yang terjadi ketika anak ini meminta warisannya serta meninggalkan rumah. Beliau mengatakan sang ayah tidak pergi ke tetangganya untuk mengatakan "Lihatlah apa yang telah terjadi padaku! Hal yang mengerikan ini ia lakukan padaku! Tetapi aku akan mengutuk anak ini ...". Paus Fransiskus mengatakan beliau yakin bahwa sang ayah tidak melakukan hal ini meskipun mungkin ia pergi "menangis sendirian di kamar tidurnya".
"Dan mengapa saya mengatakan kepada kalian hal ini? Karena Injil tidak membicarakan hal ini, ia mengatakan bahwa ketika anaknya kembali ke rumah, ia melihatnya dari jauh : ini berarti bahwa Bapa terus-menerus naik ke teras memandang jalan untuk melihat apakah anaknya datang kembali. Dan seorang ayah yang melakukan hal ini adalah seorang ayah yang tinggal dalam air mata, menunggu anaknya pulang ke rumah. Inilah tangisan Allah Bapa. Dan dengan tangisan-Nya, Bapa menciptakan kembali melalui Putra-Nya seluruh ciptaan".
Kemudian beralih ke saat ketika Yesus sedang memanggul salib ke Kalvari, Paus Fransiskus merenungkan para perempuan saleh yang sedang menangis, mengatakan mereka tidak sedang menangisi-Nya tetapi menangisi anak-anak mereka sendiri. Beliau menekankan bahwa tangisan ini seperti tangisan seorang ayah dan tangisan seorang ibu adalah tangisan yang Allah masih terus lakukan di masa-masa kita.
"Bahkan saat ini di depan bencana, perang yang dilancarkan untuk menyembah ilah uang, banyak orang yang tidak bersalah terbunuh oleh bom yang diluncurkan oleh mereka yang menyembah berhala uang, Allah masih menangis dan Ia juga mengatakan : 'Yerusalem, Yerusalem, anak-anak-Ku, apa yang sedang engkau lakukan?'. Dan Ia juga mengatakan hal ini kepada para korban yang malang, kepada para pedagang senjata dan kepada semua orang yang menjual kehidupan orang-orang. Kita ada baiknya berpikir tentang bagaimana Allah Bapa kita menjadi manusia agar dapat menangis dan bagaimana Allah Bapa kita menangis saat ini : Ia menangisi umat manusia yang akhirnya tidak memahami perdamaian yang Ia tawarkan kepada kita, kedamaian kasih".
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.