Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 17 November 2016 : KASIH ALLAH SETIA MELAMPAUI AKAL

Bacaan Ekaristi : Why 5:1-10; Mzm 149:1-2,3-4,5-6a,9b; Luk 19:41-44

Dalam homilinya pada Misa harian Kamis pagi, 17 November 2016, Paus Fransiskus berfokus pada Injil menurut Santo Markus, yang di dalamnya Tuhan kita meratapi dosa-dosa Yerusalem. Bapa Suci membicarakan terutama kontras tajam ketegaran Allah dan kasih setia bagi umat-Nya, serta ketidaksetiaan umat-Nya - yakni ketidaksetiaan kita:

"Itulah apa yang menyakitkan hati Yesus Kristus, kisah ketidaksetiaan ini, kisah tidak mengenali belaian Allah, kasih Allah, seorang Allah dalam kasih bersama kalian yang sedang mencari kalian, dan berkeinginan melihat kalian bahagia. Yesus melihat saat [ketika, tak lama sebelum sengsara-Nya, Ia meratapi kedosaan atas Yerusalem] apa yang menanti-Nya sebagai Sang Putra itu - dan Ia meratap ... 'karena mereka tidak mengetahui saat pelawatan mereka'. Drama ini tidak hanya terjadi dalam sejarah dan berakhir dengan Yesus. Itu adalah drama setiap hari. Bahkan itu adalah drama saya. Bisakah beberapa orang dari kita benar-benar mengatakan, 'Aku tahu bagaimana mengenali saat yang di dalamnya aku telah dilawati? Apakah Allah mengunjungiku?'".

Paus Fransiskus melanjutkan dengan menyoroti jalan liturgi dua hari yang lalu - Selasa lalu - yang menawarkan kesempatan untuk merenungkan tiga saat lawatan Allah : perbaikan, masuk ke dalam dialog dengan kita, dan "mengundang-Nya ke dalam rumah kita". Paus Fransiskus kemudian mengajak umat untuk melakukan pemeriksaan batin, menanyakan apakah kita masing-masing mendengarkan kata-kata Yesus ketika Ia mengetuk pintu kita dan mengatakan, "Perbaikilah hidupmu!". Semua orang sebenarnya menjalankan sebuah resiko :

"Kita masing-masing bisa jatuh ke dalam dosa yang sama dengan umat Israel, dosa yang sama dengan Yerusalem, tidak mengenali saat yang di dalamnya kita telah dilawati - dan setiap hari Tuhan melawati kita, setiap hari Ia mengetuk pintu kita - tetapi kita harus belajar mengenali hal ini, agar kita tidak berakhir dalam situasi yang begitu menyakitkan itu : 'Semakin Aku mengasihi mereka, sebagaimana Aku memanggil mereka, semakin mereka melarikan diri daripada-Ku'. 'Tetapi saya yakin akan hal-hal tersebut. Saya pergi ke Misa, saya yakin ... '. Apakah kalian melakukan pemeriksaan batin harian tentang hal ini? Apakah Tuhan melawati saya hari ini? Apakah saya telah mendengar beberapa panggilan, beberapa ilham untuk mengikuti-Nya lebih dekat, untuk melakukan sebuah karya amal, sedikit lebih banyak berdoa? Saya tidak tahu, begitu banyak hal yang kepadanya Tuhan mengajak kita setiap hari untuk bertemu dengan kita".

Itulah pokok untuk mengenali kapan kita "dilawati" oleh Yesus, dan membuka diri terhadap kasih-Nya:

"Yesus meratapi tidak hanya Yerusalem, tetapi kita semua. Ia memberikan hidup-Nya, agar kita dapat mengenali lawatan-Nya. St Agustinus mengatakan sepatah kata, kalimat yang sangat kuat : 'Aku takut akan Allah, akan Yesus, ketika Ia lewat!'. Tetapi mengapa kamu takut? 'Aku takut aku tidak akan mengenalinya!' Jika kalian tidak berhati-hati dengan hati kalian, kalian tidak akan pernah tahu apakah Yesus melawat kalian atau tidak. Semoga Tuhan memberi kita semua anugerah untuk mengenali saat-saat kita telah dilawat, kita dilawati dan harus dilawati, sehingga kita membuka pintu untuk Yesus dan maka memastikan bahwa hati kita lebih diperluas oleh kasih, dan agar kita oleh karena itu dapat melayani Tuhan Yesus dalam kasih".

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.