Bacaan Ekaristi : Why 18:1-2,21-23; Mzm 100:2-5; Luk 21:20-28
Korupsi merupakan bentuk penghujatan yang mengarah pada pemujaan uang dan eksploitasi orang lain. Itulah yang dikatakan Paus Fransiskus dalam homilinya selama Misa harian Kamis pagi 23 November 2016 di Casa Santa Marta, Vatikan. Bapa Suci merenungkan bacaan-bacaan liturgi hari itu yang berbicara tentang akhir dunia, penghakiman dan penebusan bagi umat Allah yang setia, Beliau berbicara tentang korupsi yang menyebabkan jatuhnya kota besar Babel.
Korupsi adalah cara hidup yang menghujat, Paus Fransiskus memperingatkan, itulah bahasa Babel dan hidup duniawi. Korupsi adalah bentuk penghujatan di mana tidak ada Allah, beliau melanjutkan, tetapi hanya ada para dewa uang dan kesejahteraan melalui eksploitasi orang lain.
Namun keduniawian yang menggoda penguasa ini akan diruntuhkan, Paus Fransiskus mengatakan, sama seperti kita mendengar teriakan kemenangan malaikat, dalam Bacaan Pertama (Why 18:1-2,21-23), mengumumkan jatuhnya Babel dengan kerajaan kesombongan, keangkuhan dan kejahatannya.
Berbeda dengan teriakan kemenangan malaikat memberitakan jatuhnya peradaban yang korup ini, Paus Fransiskus mengatakan, ada suara lain yang kuat dari orang banyak memuji Allah dan mengatakan : "Keselamatan, kemuliaan, dan semoga milik Allah kita". Inilah suara umat Allah yang akan diselamatkan karena mereka adalah orang-orang berdosa tetapi tidak korup, beliau menegaskan.
Seorang pendosa yang tahu bagaimana memohon pengampunan dan mencari keselamatan di dalam Yesus Kristus belajar bagaimana menyembah Allah, meskipun ini bukanlah tugas yang mudah bagi orang-orang Kristiani. Ada baiknya kita berdoa ketika kita meminta sesuatu, beliau berkata, tetapi kita juga harus belajar bagaimana memuji Allah. Lebih baik belajar sekarang, beliau melanjutkan, daripada harus belajar terburu-buru ketika akhir jaman tiba. Paus Fransiskus bersikeras mengenai keindahan doa di depan tabernakel, mengatakan secara sederhana : "Engkaulah Allah, aku adalah seorang anak yang malang yang dikasihi oleh-Mu".
Akhirnya Paus Fransiskus mencatat bahwa dalam bacaan ada suara ketiga, suara bisikan malaikat yang mengatakan kepada pengarang untuk menulis : "Berbahagialah mereka yang telah dipanggil untuk pesta pernikahan Anak Domba". Undangan Tuhan bukanlah tangisan, melainkan suara lembut yang berbicara ke hati, Paus Fransiskus mengatakan, sama seperti suara Allah berbicara kepada Elia. Ketika Allah berbicara kepada hati kita dengan cara ini, beliau berkata, itu adalah seperti sebuah hirupan suara hening.
Undangan ke pesta nikah ini, menurut perumpamaan Yesus, akan menjadi keselamatan kita. Mereka yang diundang meliputi orang jahat dan orang baik, orang buta, orang tuli dan orang lumpuh, kita semua orang-orang berdosa yang memiliki cukup kerendahan hati di dalam hati kita untuk mengatakan : "Aku adalah orang berdosa dan Allah akan menyelamatkanku".
Perikop Injil (Luk 21:20-28) diakhiri dengan mengingatkan kita bahwa "Apabila semuanya itu mulai terjadi" - yaitu penghancuran keangkuhan dan kesombongan - "bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat". Semoga Tuhan memberi kita rahmat, Paus Fransiskus mengatakan, untuk mempersiapkan diri kita dan mendengarkan suara yang mengatakan "Datanglah, datanglah, datanglah hamba yang setia - orang berdosa tetapi setia - datanglah ke pesta nikah Tuhanmu".
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.