Pada saat di mana pengharapan yang berjaga-jaga menjadi lebih intens dalam perjalanan Adven; pada saat ini yang di dalamnya Gereja hari ini mulai berdoa dengan antifon-antifon yang agung, sebuah saat yang intens yang di dalamnya kita mendekati Natal, Liturgi membuat kita berhenti sejenak. Ia mengatakan : "Marilah kita berhenti sejenak", dan kita memiliki perikop Injil yang kita baca ini. Apa artinya berhenti sejenak pada saat yang sedang berkembang dalam intensitas? Gereja hanya menginginkan kita mengingat : "Berhenti sejenak dan mengingat. Melihat ke belakang, melihat jalan tersebut". Kenangan : Sikap kitab Ulangan yang memberi roh begitu banyak kekuatan. Kenangan yang ditekankan oleh Kitab Suci itu sendiri sebagai cara untuk berdoa, untuk berjumpa dengan Allah. "Ingatlah akan pemimpin-pemimpin kamu", penulis Surat Ibrani mengatakan kepada kita (13:7). "Ingatlah akan masa yang lalu..." (Ibr 10:32) : hal yang sama. Dan kemudian, dalam Surat yang sama, yang mempersiapkan kesaksian, dalam bab 11, yang menuntun jalan untuk sampai pada kepenuhan waktu : "Ingatlah, lihatlah ke belakang untuk dapat berjalan maju dengan lebih baik". Inilah arti hari liturgi saat ini : rahmat kenangan. Perlunya memohonkan rahmat ini : janganlah lupa.
Sebaiknya mengasihi bukan melupakan; sebaiknya mengasihi untuk selalu memiliki begitu banyak di depan mata kita, begitu banyak kebaikan yang telah kita terima; sebaiknya mengasihi untuk melihat sejarah : dari mana kita berasal, orang tua kita, leluhur kita, jalan iman ... Dan kenangan ini ada baiknya untuk kita, karena ia membuat bahkan lebih intens penantian Natal yang berjaga-jaga ini - hari yang tenang. Kenangan yang membawa dari permulaan pilihan umat : "Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham" (Mat 1:1). Umat Terpilih, yang berjalan menuju sebuah janji dengan kekuatan Perjanjian, kekuatan Perjanjian yang berjalan turun temurun. Juga adalah jalan orang kristiani, juga adalah jalan kita, sederhana. Sebuah janji dibuat untuk kita, kita diberitahu : berjalan di hadapan-Ku dan menjadi tak bercacat seperti Bapa kita. Sebuah janji yang akan terpenuhi, pada akhir, tetapi yang diperkuat dengan setiap Perjanjian yang kita buat dengan Tuhan, Perjanjian kesetiaan; dan itu membuat kita melihat bahwa itu bukanlah terserah kita memilih : itu membuat kita memahami bahwa kita semua dipilih. Pilihan, janji dan Perjanjian seperti pilar-pilar kenangan kristiani, melihat ke belakang ini dalam rangka untuk berjalan maju.
Inilah rahmat hari ini : mengingat. Dan ketika kita mendengar perikop Injil ini, ada sebuah sejarah, sebuah sejarah rahmat, yang begitu besar; tetapi juga sebuah sejarah dosa. Di jalan tersebut kita selalu menemukan rahmat dan dosa. Di sini, dalam sejarah keselamatan, dalam silsilah ini (bdk. Mat 1:1-17), ada orang-orang berdosa besar dan ada orang-orang kudus. Dan, dalam kehidupan kita, kita juga akan menemukan hal yang sama : saat-saat kesetiaan yang besar kepada Tuhan, saat-saat sukacita dalam pelayanan, dan saat-saat ketidaksetiaan yang mengerikan, saat-saat dosa yang membuat kita merasakan perlunya keselamatan. Dan ini juga merupakan keamanan kita, karena ketika kita membutuhkan keselamatan, kita mengakui iman, kita membuat sebuah pengakuan iman : "Aku adalah orang berdosa, tetapi Engkau dapat menyelamatkanku, Engkau menuntunku ke depan". Dan dengan demikian kita berjalan maju dalam sukacita akan pengharapan.
Kita mulai mengikuti jalan ini dalam Masa Adven, menunggu Tuhan dengan pengharapan yang berjaga-jaga. Hari ini kita berhenti sejenak, melihat ke belakang, kita melihat bahwa perjalanan itu baik, bahwa Tuhan tidak mengecewakan kita, bahwa Tuhan adalah setia. Kita melihat juga bahwa, apakah itu dalam sejarah atau dalam kehidupan kita, ada saat-saat kesetiaan yang sangat indah dan saat-saat dosa yang mengerikan. Tetapi Tuhan ada di sana, dengan tangan-Nya yang terulur untuk mengangkat kita dan berkata : "Berjalanlah ke depan!" Dan ini adalah kehidupan kristiani : berjalan maju menuju perjumpaan yang menentukan. Inilah sebuah perjalanan dari begitu banyak intensitas, dengan pengharapan yang berjaga-jaga terhadap kedatangan Tuhan, yang tidak mengambil dari diri kita rahmat akan kenangan, rahmat melihat kembali semua yang telah dilakukan Tuhan bagi kita, bagi Gereja, dalam sejarah keselamatan. Dan dengan demikian kita memahami mengapa Gereja memiliki perikop ini yang kita baca hari ini, yang mungkin tampak agak membosankan, tetapi di sinilah sejarah seorang Allah yang ingin melakukan perjalanan bersama umat-Nya dan menjadikan diri-Nya, pada akhir, seorang manusia, seperti salah seorang dari kita.
Semoga Tuhan membantu kita untuk mengambil kembali anugerah kenangan ini. "Tetapi itu sulit, membosankan, ada begitu banyak masalah ...". Penulis Surat Ibrani memiliki sebuah ungkapan yang sangat indah, yang sangat indah untuk keluhan-keluhan kita : "Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan darah" (bdk. 12:4). <Ada> juga sedikit humor pada bagian yang mengilhami penulis, untuk membantu kita maju. Semoga Tuhan memberi kita rahmat ini.
[Sambutan Paus Fransiskus pada akhir Misa]
Saya ingin mengucapkan terima kasih untuk konselebrasi ini, untuk menyertai saya pada hari ini : terima kasih banyak! Dan Anda, Yang Mulia, Dekan Kardinal, untuk kata-kata Anda yang tulus : terima kasih banyak!
Untuk beberapa hari, sepatah kata telah datang ke pikiran saya, yang tampaknya mengerikan : usia tua. Ini menakutkan, setidaknya, ini menakutkan ... Kemarin juga, memberi saya hadiah, Monsignor Cavaliere memberi saya De Senectute karya Cicero - satu tetes lagi ... Saya ingat apa yang saya katakan kepada Anda pada tanggal 15 Maret [2013] dalam pertemuan kami yang pertama : "Usia tua adalah takhta kebijaksanaan". Marilah kita berharap agar hal ini juga berlaku untuk saya. Marilah kita berharap agar demikian!
Ada datang ke pikiran saya juga - karena itu datang begitu cepat, itu datang begitu cepat - ada datang ke pikiran saya puisi itu ... saya mempercayai Pliny : "Tacito pede lapsa vetustas" [Ovid] : usia tua datang kepada Anda dengan sebuah langkah diam . Itu adalah sebuah pukulan! Namun, ketika orang memikirkannya sebagai sebuah tahapan kehidupan yakni memberikan sukacita, kebijaksanaan, pengharapan, orang mulai hidup lagi. Dan puisi lain datang ke pikiran yang saya kutip untuk Anda hari itu : "Usia tua adalah menentramkan dan bersifat rohani" - "Es ist ruhig, das Alter, und fromm" [Holderlin]. Berdoalah agar doa saya akan demikian : menentramkan, bersifat rohani dan berbuah - dan juga penuh sukacita. Terima kasih.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.