Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 4 Mei 2017 : BERANGKATLAH DAN DENGARKANLAH

Bacaan Ekaristi : Kis. 8:26-40; Mzm. 66:8-9,16-17,20; Yoh. 6:44-51.

Gereja seharusnya berdiri dan berada dalam perjalanan, mendengarkan kegelisahan umat, dan selalu dengan sukacita. Itulah pesan Paus Fransiskus dalam homilinya selama Misa harian Kamis pagi di Casa Santa Marta, Vatikan.

Dalam delapan bab pertama Kisah Para Rasul, Paus Fransiskus mengatakan, "ada sebuah rangkuman keseluruhan sejarah Gereja" : pewartaan, baptisan, pertobatan, mukjizat, penganiayaan, sukacita, tetapi juga dosa buruk orang-orang yang menggabungkan diri mereka kepada Gereja demi tujuan mereka sendiri, "para penderma Gereja yang pada akhirnya menipu Gereja", seperti Ananias dan Safira. Bapa Suci memulai homilinya dengan permenungan ini, kemudian beralih membahas bacaan-bacaan liturgi hari itu. Beliau pertama-tama menekankan bahwa Tuhan sejak semula menyertai murid-murid-Nya, memastikan Sang Sabda dengan tanda-tanda ajaib. Ia tidak pernah meninggalkan mereka sendirian, bahkan pada saat-saat terburuk sekalipun.

Paus Fransiskus yang berfokus pada tiga "kata" yang diambil dari Bacaan Pertama hari itu (Kis 8:26-40) mengajak umat yang hadir untuk membaca kembali perikop tersebut di rumah. Kata pertama adalah kata-kata seorang malaikat kepada Filipus : "Bangunlah dan berangkatlah". "Inilah", kata Paus Fransiskus, "tanda penginjilan" : panggilan, dan penghiburan besar Gereja, adalah menginjili.

"Tetapi untuk menginjili : 'Bangunlah dan berangkatlah!', kita tidak mengatakan : 'Duduklah diam, tenanglah, di rumahmu' : Tidak! Untuk setia kepada Tuhan, Gereja seharusnya selalu berdiri dan berada dalam perjalanan : 'Bangunlah dan berangkatlah'. Gereja yang tidak bangkit, Gereja yang tidak berada dalam perjalanan, sedang sakit".

Dan, Paus Fransiskus melanjutkan, hal ini dapat menyebabkan Gereja tertutup pada dirinya sendiri, dengan banyak trauma psikologis dan rohani - "tertutup di dalam dunia kecil pergunjingan, dunia kecil berbagai hal ... tertutup, tanpa cakrawala". Dan demikianlah, beliau berkata, Gereja harus "bangun dan berangkat", ia harus "berdiri dan dalam perjalanan". Inilah bagaimana Gereja harus melakukan penginjilan.

"Berangkatlah dan bergabunglah dengan kereta itu" - pesan kedua yang diterima Filipus dari Roh - adalah ungkapan berikutnya yang ditekankan oleh Paus Fransiskus. Di dalam kereta itu ada seorang Etiopia, seorang penganut agama Yahudi, seorang sida-sida yang telah datang ke Yerusalem untuk menyembah Allah. Saat ia melakukan perjalanan, ia membaca kitab nabi Yesaya. Bagian ini berkaitan dengan pertobatan seorang "kepala perbendaharaan", yang, kata Paus Fransiskus, berarti itu adalah "sebuah mukjizat yang luar biasa". Roh memanggil Filipus untuk menggabungkan dirinya kepada orang itu, Paus Fransiskus melanjutkan, menekankan betapa pentingnya bagi Gereja untuk mengerti bahwa Gereja harus mendengarkan kegelisahan tersebut dalam hati setiap orang :

"Semua laki-laki, semua perempuan memiliki suatu kegelisahan di dalam hati mereka - [mereka mungkin] baik atau buruk, tetapi ada suatu kegelisahan. Dengarkanlah kegelisahan itu. Ia tidak mengatakan : 'Berangkatlah dan sebarkanlah agama'. Tidak, tidak! 'Berangkatlah dan dengarkanlah'. Mendengarkan adalah langkah kedua. Langah pertama : 'Bangunlah dan pergilah'; Langkah kedua : 'Dengarkanlah'. Kemampuan mendengarkan itu : Apa yang dirasakan umat? Apa yang dirasakan oleh hati umat? Apa yang dipikirkannya? Tetapi apakah mereka memikirkan berbagai hal yang keliru? Tetapi saya ingin mendengarkan hal-hal yang keliru ini, untuk memahami di mana kegelisahannya. Kita semua mengalami kegelisahan ini. Langkah kedua bagi Gereja adalah menemukan kegelisahan umat".

Kemudian, orang Etiopia sendiri yang, melihat Filipus mendekati, menanyakan siapa yang sedang dibicarakan oleh nabi, dan memintanya untuk bergabung dengannya dalam kereta. Maka, kata Paus Fransiskus, Filipus mulai berkhotbah "dengan lemah lembut". Kegelisahan dalam hati orang itu menemukan sebuah penjelasan yang menanggapi pengharapan di dalam hatinya. Ini mungkin, lanjut Paus Fransiskus, "karena Filipus bergabung dengannya dan mendengarkannya".

Sementara orang Etiopia mendengarkan, Tuhan sedang bekerja di dalam dirinya. Dengan cara ini, orang tersebut mengerti bahwa Nabi Yesaya sedang berbicara tentang Yesus. Imannya kepada Yesus kemudian tumbuh sedemikian rupa sehingga ketika mereka tiba di tempat di mana ada air, ia meminta untuk dibaptis. "Ia meminta Baptisan karena Tuhan telah bekerja di dalam hatinya", kata Paus Fransiskus. Kemudian, setelah ia dibaptis, ketika Roh membawa Filipus dan melarikannya, sida-sida itu melanjutkan perjalanannya, dipenuhi dengan sukacita. "Sukacita kristiani" ini, kata Paus Fransiskus, adalah "kata" ketiga dari Bacaan Pertama.

Paus Fransiskus mengakhiri homilinya dengan pengharapan agar Gereja sudi "berdiri", menjadi "seorang ibu yang mendengarkan", dan "dengan rahmat Roh Kudus ... menemukan Sabda mengucapkan" :

"Gereja Bunda, yang memberi begitu banyak anak kepada terang dengan metode ini, kita dapat mengatakan - marilah kita gunakan kata - metode yang tidak bersifat menyebarkan agama ini : ia adalah metode kesaksian terhadap ketaatan. Gereja, yang mengatakan kepada kita hari ini : 'Bersukacitalah'. Bersukacita; sukacita. Sukacita menjadi orang kristiani, bahkan pada saat-saat buruk sekalipun. Karena setelah perajaman Stefanus, penganiayaan besar muncul, dan umat kristiani bertebaran ke mana-mana, seperti benih yang terbawa angin. Dan ia jatuh kepada mereka untuk mewartakan Sabda Yesus. Semoga Tuhan memberikan kita semua rahmat untuk menghidupkan Gereja dengan cara ini : berdiri dan berangkat, mendengarkan kegelisahan orang-orang, dan selalu dalam sukacita".

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.