Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 21 Desember 2017 : ORANG KRISTIANI SEHARUSNYA BERSUKACITA

Bacaan Ekaristi : Zef. 3:14-18a; Mzm. 33:2-3,11-12,20-21; Luk. 1:39-45.

Membandingkan raut muka penuh sukacita dari orang yang telah diampuni dan ditebus, dengan raut muka orang yang sedang dalam keadaan terbangun, Paus Fransiskus menyampaikan homili tentang sukacita yang timbul dari pengampunan dosa dan kedekatan dengan Tuhan. Bacaan Pertama (Zef. 3:14-18a) dan Bacaan Injil (Luk. 1:39-45) hari itu berbicara tentang sukacita mendalam yang datang dari sanubari, yang sangat berbeda dari kesenangan yang kita rasakan pada sebuah pesta. Seluruh liturgi berseru, "Bersukacitalah, bersukacitalah!".

Bapa Suci memusatkan perhatian pada tiga aspek sukacita sejati. Pertama, beliau berbicara tentang sukacita yang berasal dari telah diampuni : "Tuhan telah menyingkirkan hukuman yang jatuh atasmu". Maka kita dipanggil untuk bersukacita, dan tidak menjalani kehidupan yang suam-suam kuku, justru karena kita telah diampuni. Ini, beliau berkata, "adalah akar sukacita kristiani". Sukacita kristiani serupa dengan sukacita seorang tahanan ketika hukumannya diringankan, atau sukacita seseorang yang disembuhkan, seperti orang lumpuh dalam keempat Injil. Oleh karena itu mengenali penebusan yang dimenangkan oleh Kristus adalah penting.

Paus Fransiskus menceritakan kisah seorang filsuf yang mengkritik orang-orang kristiani : "Ia mengatakan bahwa ia seorang agnostik atau ateis, aku tidak yakin, tetapi ia mengkritik orang-orang kristiani, dan mengatakan hal ini, 'Tetapi orang-orang itu - orang-orang kristiani - mengatakan bahwa mereka memiliki seorang penebus. Aku akan mempercayainya, aku akan percaya kepada sang penebus saat mereka memiliki tampilan sang penebus, bersukacita karena telah ditebus. Tetapi jika kamu memiliki wajah orang saat terbangun, bagaimana mereka bisa percaya bahwa kamu telah ditebus? Bahwa dosa-dosamu telah diampuni? Inilah poin pertama, pesan pertama dari liturgi hari ini: kamu telah diampuni, kita masing-masing telah diampuni".

Aspek kedua, kata Paus Fransiskus, adalah bersukacita karena Tuhan "berjalan bersama kita"; sejak saat ketika Ia memanggil Abraham, Ia "berada di tengah-tengah kita", di tengah-tengah pencobaan-pencobaan kita, kesulitan-kesulitan kita, sukacita-sukacita kita, setiap saat kehidupan kita. Karena alasan ini, Paus Fransiskus mengatakan, kita seharusnya meluangkan waktu pada siang hari untuk berbicara dengan Tuhan, "siapakah di pihak kita", yang terlibat dalam kehidupan kita sehari-hari.

Aspek ketiga dari sukacita sejati adalah tidak membiarkan diri kita lepas tangan dalam keputusasaan, dalam kemalangan kita : "Bahwa pesimisme tidak bersifat kristiani. Hal ini berakar pada ketidaktahuan bahwa kita telah diampuni, berakar pada tidak pernah merasakan belaian Allah. Dan Injil, bisa kita katakan, membuat kita melihat sukacita ini : 'Maria yang penuh sukacita bangun dan pergi dengan tergesa-gesa ...' Sukacita membawa kita dalam ketergesa-gesaan, selalu, karena rahmat Roh Kudus tidak mengenal kelambatan, rahmat Roh Kudus tidak mengenalnya ... Roh Kudus selalu pergi dengan tergesa-gesa, selalu mendorong kita : berjalan maju, maju, maju, seperti angin pada pelayaran, pada perahu".

Menyimpulkan, Paus Fransiskus menggambarkan sukacita yang membuat bayi di dalam rahim Elisabet melonjak kegirangan ketika ia menyambut Maria:

"Inilah sukacita yang dikatakan Gereja kepada kita: tolong, kita adalah orang-orang kristiani yang penuh sukacita, kita berusaha untuk menunjukkan kita percaya kita telah ditebus, bahwa Tuhan telah mengampuni kita segala sesuatunya, dan jika kita kadang-kadang tergelincir, Ia juga akan mengampuni kita, karena Dialah Allah pengampunan; bahwa Tuhan ada di tengah-tengah kita; dan bahwa kita tidak akan membiarkan diri kita mengangkat tangan kita dalam keputusasaan. Inilah pesan untuk hari ini : 'Bangkitlah!' Inilah panggilan Yesus kepada orang sakit: 'Bangkitlah, bersorak-sorai dengan sukacita, bergiranglah, dengan senang hati dan bersukacitalah dengan segenap hatimu!'"

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.