Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 12 Februari 2018 : UJIAN TERHADAP IMAN MENGHASILKAN KETEKUNAN

Bacaan Ekaristi : Yak. 1:1-11; Mzm. 119:67,68,71,72, 75,76; Mrk. 8:11-13.

"Ujian terhadap imanmu menghasilkan ketekunan" : Paus Fransiskus mendasarkan homilinya selama Misa harian Senin pagi 12 Februari 2018 di Casa Santa Marta, Vatikan, dari Bacaan Pertama liturgi hari itu, yang diambil dari Surat Santo Yakobus (1:1-11).

Tetapi apa arti ketekunan dalam kehidupan dan dalam menghadapi pencobaan? Ini tentu tidak mudah dimengerti, kata Paus Fransiskus. Ketekunan kristiani bukanlah "pengunduran diri" atau sikap "kekalahan", beliau melanjutkan. Sebaliknya, ketekunan kristiani adalah keutamaan dari orang-orang yang berada "dalam perjalanan", orang-orang yang sedang bergerak maju, bukan orang-orang yang mandeg dan menjadi tertutup.

Ketika kalian berada dalam perjalanan, banyak hal terjadi yang tidak selalu baik. Bagi saya, sikap orang tua ketika sang anak dilahirkan sakit atau cacat mengatakan banyak hal tentang ketekunan sebagai keutamaan dalam perjalanan. "Tetapi bersyukurlah kepada Allah bahwa [anak kita] masih hidup!" [Mereka mungkin mengatakannya]. Inilah orang-orang yang tekun. Dan mereka menanggung kehidupan anak itu dengan kasih, bahkan hingga akhir. Dan tidaklah mudah merawat anak cacat atau anak sakit dari tahun ke tahun ... tetapi sukacita memiliki anak tersebut memberi mereka kekuatan untuk berjalan ke depan. Dan inilah ketekunan, bukan pengunduran diri - yaitu, keutamaan yang datang ketika kita berada dalam perjalanan.

Paus Fransiskus berbicara tentang etimologi kata tersebut, dengan mengatakan "ketekunan" membawa bersamanya rasa tanggung jawab, karena ketekunan menandakan adanya penderitaan, bukan membiarkannya berlalu. Dan, beliau melanjutkan, penderitaan dipenuhi dengan sukacita, kegembiraan, "sukacita yang sempurna", menurut Rasul Yakobus :

Ketekunan berarti "menanggung beserta", tidak mempercayakan masalah kepada orang lain, yang menanggung kesulitan tersebut : "Aku menanggungnya, inilah kesulitanku, masalahku. Apakah ada yang menyebabkan aku menderita? Eh, tentu saja! Tetapi aku menanggungnya". Menanggungnya. Dan ketekunan juga merupakan kebijaksanaan untuk bisa berdialog dengan batasan-batasan tertentu. Ada banyak batasan dalam kehidupan, tetapi ketidaktekunan tidak menginginkan batasan-batasan tersebut, ketidaktekunan mengabaikannya karena tidak tahu bagaimana berdialog dengan batasan-batasan. Ada semacam angan-angan kemahakuasaan, atau angan-angan kemalasan, kita tidak tahu.

Tetapi ketekunan yang dikatakan Santo Yakobus ini bukan sekadar "nasehat" untuk umat kristiani, Paus Fransiskus menjelaskan. "Jika kita melihat sejarah keselamatan", beliau mengatakan, "kita dapat melihat 'ketekunan Allah, Bapa kita, yang telah menuntun dan membawa 'umat-Nya yang tegar tengkuk' ke depan setiap kali mereka menyimpang satu atau lain cara". Dan Bapa juga menunjukkan ketekunan ini kepada kita masing-masing, "menyertai kita," dan "menunggu" pada waktu yang tepat. Allah juga mengutus Putra-Nya, supaya Ia "masuk dalam ketekunan", "mengambil perutusan-Nya", dan mempersembahkan diri-Nya dengan tegas dalam sengsara-Nya.

"Dan di sini saya memikirkan saudara dan saudari kita yang teraniaya di Timur Tengah", kata Paus Fransiskus, yang justru "terusir" karena mereka adalah umat kristiani :

Tetapi mereka bertekad untuk tetap menjadi umat kristiani : mereka telah menerima ketekunan sama seperti Tuhan merangkul ketekunan. Dengan gagasan-gagasan ini, mungkin, kita bisa berdoa hari ini, mendoakan diri kita: "Tuhan, berikanlah kepada umat-Mu ketekunan untuk menanggung pencobaan-pencobaan mereka". Dan juga dapat berdoa untuk diri kita sendiri. Seringkali kita tidak tekun : Bila segala sesuatunya tidak berjalan, kita mengeluh. Tetapi, mundurlah sejenak, pikirkanlah ketekunan Allah Bapa, rangkullah ketekunan, seperti yang dilakukan Yesus. Ketekunan adalah keutamaan yang indah. Marilah kita memohonkannya kepada Tuhan.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.