Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 13 April 2018 : YESUS MEMBERIKAN KEBEBASAN SEJATI

Bacaan Ekaristi : Kis. 5:34-42; Mzm. 27:1,4,13-14; Yoh. 6:1-15.

Dalam homilinya pada Misa harian Jumat pagi 13 April 2018 di Casa Santa Marta, Vatikan, Paus Fransiskus mengatakan kebebasan yang kita dengar selama Masa Paskah ini adalah kebebasan putra dan putri Allah. Yesus memberi kita kebebasan ini “melalui tindakan penebusan-Nya” di kayu salib.

Kebebasan sejati berarti memiliki keterbukaan berpikir jernih guna memberi ruang bagi Allah dalam kehidupan kita dan mengikuti Yesus. Untuk itu, Paus Fransiskus merenungkan tiga contoh kebebasan - Gamaliel, Rasul Petrus dan Yohanes, serta Yesus.


Paus Fransiskus mengatakan Gamaliel adalah contoh pertama kebebasan yang ditawarkan oleh Bacaan-bacaan liturgi hari itu. Ia adalah seorang ahli Taurat dan seorang Farisi, yang menyakinkan Mahkamah Agama untuk membebaskan rasul Petrus dan Yohanes.

Gamaliel, kata Bapa Suci, adalah “orang bebas, yang beralasan dengan pikiran yang jernih”, dan ia meyakinkan rekan-rekannya bahwa “waktu akan memakan korban” pada gerakan kristiani zamannya.

“Orang yang bebas tidak takut akan waktu : ia membiarkan Allah melakukan karya-Nya. Ia membiarkan Allah mengambil waktu-Nya. Orang yang bebas tersebut penyabar. [Gamaliel] adalah orang Yahudi, bukan orang kristiani, dan ia tidak mengakui Yesus sebagai Juruselamat. Tetapi ia adalah orang yang bebas. Ia mempertimbangkan baik-baik berbagai hal dan menawarkan gagasan-gagasannya kepada orang lain yang mau menerima gagasan-gagasan tersebut. Kebebasan bukanlah ketidaksabaran".

Paus Fransiskus mengatakan Pilatus juga amat beralasan dengan pikiran yang jernih, menyadari bahwa Yesus tidak bersalah. Tetapi, tidak bebas, ia tidak bisa mengatasi keinginannya untuk naik pangkat. "Ia tidak memiliki keberanian kebebasan karena ia adalah budak untuk karir, ambisi, dan kesuksesannya", kata Paus Fransiskus.

Paus Fransiskus kemudian berbicara tentang contoh kedua kebebasan, Petrus dan Yohanes. Mereka telah menyembuhkan orang lumpuh, diseret ke hadapan Mahkamah Agama, dan dibebaskan setelah dicambuk, meskipun tidak bersalah.

Bapa Suci berkata, “Mereka pergi dengan bahagia karena telah layak diadili untuk menderita bagi nama Yesus”. Inilah, beliau mengatakan, “sukacita meneladan Yesus. Inilah jenis kebebasan lain yang lebih besar, lebih luas, dan lebih bersifat kristiani".

“Inilah kebebasan seseorang yang mengasihi Yesus Kristus. Mereka dimeteraikan dengan Roh Kudus melalui iman kepada Yesus Kristus. 'Engkau telah melakukannya untukku, maka aku melakukan ini untuk-Mu'. Bahkan di zaman kita sendiri, ada banyak umat kristiani yang dipenjara dan disiksa, yang memiliki kebebasan untuk mengakui Yesus Kristus".

Paus Fransiskus mengatakan contoh ketiga dan paling sejati adalah Yesus sendiri.

Ketika Ia melakukan mukjizat penggandaan roti di padang gurun, Paus Fransiskus mengatakan, orang-orang telah datang untuk menjadikan-Nya seorang raja. Tetapi Ia menyingkir ke gunung untuk menghindari nasib tersebut. “Ia menghindari triumfalisme dan tidak terperdaya olehnya. Ia bebas, karena kebebasan-Nya adalah melakukan kehendak Bapa”. Paus Fransiskus mengatakan Yesus akan berakhir di kayu Salib. Jadi, beliau berkata, "Yesus adalah contoh terbesar kebebasan".

“Hari ini marilah kita memikirkan kebebasan kita. Kita memiliki tiga contoh : Gamaliel, Petrus dan Yohanes, serta Yesus. Apakah aku memiliki kebebasan kristiani? Apakah aku bebas, atau apakah aku adalah seorang budak nafsu, ambisi, kekayaan, atau kesenangan sepintas laluku? Kelihatannya seperti lelucon, tetapi banyak orang adalah budak model! ... Marilah kita merenungkan kebebasan kita di tengah-tengah dunia 'skizofrenik'. Dunia tersebut meneriakkan 'Kebebasan, Kebebasan, Kebebasan!' tetapi sesungguhnya seorang budak. Marilah kita renungkan kebebasan yang diberikan Allah kepada kita di dalam Yesus”.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.