Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 26 April 2018 : TANPA KASIH GEREJA TIDAK DAPAT BERGERAK ATAU BERTUMBUH

Bacaan Ekaristi : Kis. 13:13-25; Mzm. 89:2-3,21-22,25,27; Yoh. 13:16-20.

Dalam homilinya pada Misa harian Kamis pagi 26 April 2018 di Casa Santa Marta, Vatikan, Paus Fransiskus mengatakan bahwa seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya. Beliau mengacu pada Bacaan Injil liturgi hari itu (Yoh 13:16-20), yang mengandung kata-kata Yesus tersebut setelah pembasuhan kaki pada Perjamuan Terakhir. Yesus mewariskan kita teladan pelayanan dan kasih dalam Perjamuan Terakhir.

Bapa Suci mengatakan kata-kata tersebut mengandung tiga kebenaran dasariah bagi Gereja : Yesus mengajarkan kita kasih melalui Ekaristi, Ia mengajarkan kita pelayanan dalam pembasuhan kaki para murid, dan mengatakan tidak ada hamba yang lebih besar dari tuannya.


Paus Fransiskus mengatakan Yesus membuat dua "tata gerak kelembagaan" pada Perjamuan Terakhir. Yesus memberikan tubuh-Nya untuk disantap dan darah-Nya untuk diminum dalam Ekaristi. Ia juga membasuh kaki para murid. "Kedua tindakan ini mengungkapkan dua perintah yang akan membuat Gereja bertumbuh, jika kita setia", beliau mengatakan.

Perintah pertama adalah kasih. Paus Fransiskus mengatakan tidak lagi "kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri", karena Yesus melangkah lebih jauh dengan mengatakan "kasihlah satu sama lain karena Aku telah mengasihimu".

“Kasih itu tanpa batas. Tanpa kasih, Gereja tidak dapat bergerak maju; Gereja tidak bisa bernafas. Tanpa kasih, Gereja tidak bisa bertumbuh, dan berubah menjadi sebuah lembaga kosong melompong, yang mencakup kehadiran dan tindakan tanpa hasil. Dalam tindakan-tindakan lahiriah-Nya, Yesus mengatakan kepada kita bagaimana kita harus mengasihi, yaitu, sampai kesudahan”.

Perintah kedua, lanjut Paus Fransiskus, muncul dalam pembasuhan kaki: "layanilah satu sama lain".

Paus Fransiskus mengatakan pelajaran ketiga adalah peringatan. “Kamu dapat melayani, tetapi hanya Aku yang mengutus dan memberimu mandat. Kamu tidak lebih besar daripada-Ku”. Bapa Suci mengatakan ini adalah kerendahan hati yang sejati dan sederhana.

“Kesadarannya Ia lebih besar dari kita semua, dan kita adalah para hamba yang tidak dapat melampaui Yesus. Kita tidak bisa mempergunakan Yesus. Ia adalah Tuhan, bukan kita. Inilah kehendak Tuhan. Memberikan diri-Nya sendiri untuk disantap dan diminum, Ia mengatakan kepada kita untuk saling mengasihi dengan cara ini. Membasuh kaki, Ia memberitahu kita untuk saling melayani dengan cara yang sama. Tetapi berhati-hatilah: tidak ada hamba yang lebih besar daripada orang yang mengutusnya, sang guru. Kata-kata dan tindakan-tindakan yang blak-blakan ini adalah landasan Gereja. Jika kita melanjutkan wahana seperti dengan tiga perintah ini, kita tidak akan pernah gagal”.

Paus Fransiskus melanjutkan dengan mengatakan bahwa para martir dan banyak orang kudus bertindak "dengan kesadaran menjadi hamba".

Di akhir Injil hari itu, Yesus memperingatkan murid-murid-Nya agar ada satu orang di antara mereka yang akan mengkhianati-Nya. Maka, Paus Fransiskus mengakhiri homilinya dengan ajakan untuk mengambil waktu hening sejenak agar Tuhan melihat kita.


“Biarkanlah tatapan Yesus masuk ke dalam diriku. Kita akan merasakan banyak hal : kasih, mungkin tidak ada ... Kita mungkin merasa terjebak di sana atau merasa malu. Tetapi biarkan Yesus selalu menatap. Ia melihat pada murid-Nya saat perjamuan dengan tatapan yang sama pada perjamuan terakhir”.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.